PERINGATAN KE SEKIAN KALINYADaren menuruti keinginan mamanya yang meminta untuk mengantar Danisa terlebih dahulu menuju ke kamar mereka. Barulah dia kembali melangkah untuk turun dan membuat susu hamil yang diminta oleh wanita yang sejak tadi terus menghakiminya. Ingin rasanya dia melakukan protes, tapi Daren sungguh tak mampu menolak setiap kata yang terucap dari mamanya tersebut.Daren menuruti, dia kembali turun ke lantai satu untuk membuatkan susu yang diminta oleh mamanya tadi untuk sang istri. “Tuan mau buat apa? Biar saya bantu,” kaga Pelayan. Dia mendekat ke arah kehadiran Daren saat merapikan dapur seusai acara makan malam majikannya. “Hm. Mana susu Danisa. Biar saya yang buatkan,” kata Daren pada pelayan yang berniat membantu Darren ke dapur.“Saya ambilkan dulu, Tuan. Susu Nona Danisa ada di sini,” jawab si Pelayan. Dengan sigap pelayan itu membantu Daren. Diambilnya satu gelas dan bubuk susu yang dikhususkan untuk wanita hamil.“Biar saya saja. Nanti saya yang akan m
Malam semakin larut, Danisa masih menikmati tayangan televisi yang ada di dalam kamar Daren. Dia yang sebelumnya telah mengistirahatkan diri, belum mampu membawa tubuhnya beristirahat kembali ke alam mimpi. Dia masih setia menunggu pria yang sudah sah menjadi suaminya itu karena ada hal penting yang ingin disampaikan olehnya.Bahkan, waktu pun sudah beranjak pukul dua belas malam lebih sepuluh menit. Danisa yang sebelumnya telah mengistirahatkan diri sejak sore hingga senja hampir menghilang itu masih terlihat segar. Sama sekali tidak merasakan kantuk pada kedua matanya. Hingga handle pintu bergerak, dan Danisa dapat melihat pergerakan pintu yang mulai perlahan bergerak terbuka dan menampilkan pria yang sejak tadi ditunggunya. Danisa sama sekali tidak peduli dengan tatapan cuek dari suaminya itu. Karena baginya itu adalah hal biasa. Daren sama sekali tidak menyapa Danisa. Pria itu lebih memilih menuju ke walk in closet dan Danisa hanya memberikan lirikan pada pria tersebut. Tida
NEGOSIASISejak tadi, saat Danisa memutuskan untuk menunggu Daren karena ingin bicara itu dia diliputi oleh keresahan yang begitu sangat. Tidak ingin mengulur waktu, karena Danisa yang ingin memiliki kepastian atas keadaan yang dialaminya saat ini. Hal itu lah yang membuat Danisa memantapkan diri berharap dia bisa tidur minyak malam ini jika semuanya sudah pasti.Jika dibilang materialistis, baginya itu sudah hal biasa memang fakta dirinya yang memang sangat menyukai banyaknya uang. Jadi, tak masalah jika Danisa akan dicap sebagai wanita mata duitan lagi oleh pria kaku di hadapannya itu.“Jangan buang waktuku. Apa kau tak tahu jika waktu itu sangat berharga dan kau sudah menyia-nyiakannya,” ketus Daren, yang sudah melangkah Kembali menuju ke sofa. Menunggu Danisa untuk bicara, namun nyatanya wanita itu sepertinya ragu untuk memberi mengungkapkan. Dan itu berhasil membuat Daren malas menanggapinya. “Tunggu,” cegah Danisa saat melihat suaminya itu sudah menang kembali melangkah menuju
TAWARAN SATU RANJANGMeski merasa sangat geram, Daren tidak tidak menyalahkan sikap Danisa yang meminta bayaran lebih darinya. Karena memang tidak ada yang tahu jika hasil dari percobaan bayi tabung yang dilakukan olehnya dan Danisa akan membuahkan dua janin sekaligus. Bagi darah, itu adalah hal yang sangat membahagiakan. Maka, dia tidak akan mempersulit dan bisa untuk mendapatkan hak yang dimintanya lagi darinya itu.Daren sama sekali tidak menyangka, Danisa akan mengatakan itu semua cara berterus terang. Jika bukan darah dagingnya yang ada dalam kandungan wanita itu, mungkin dia sudah meluapkan kemurkaannya padanya. Beruntung, Danisa adalah wanita yang sudah mengandung benihnya. Dalam keadaan seperti ini, dia harus mampu meredam emosinya. Menarik nafas dalam-dalam, Daren mengeluarkannya secara kasar. Tatapan tajam yang semula Daren lakukan pada Danisa. Perlahan mulai menguar, namun tetap dengan tatapan dingin yang pria itu lakukan. “Akan aku bayar dua kali lipat. Dan aku pastika
“Tuan! Ini serius?” Leo yang diminta untuk menyiapkan surat perjanjian baru dari atasannya itu pun terkejut. Melihat nominal yang akan diberikan Daren kepada Danisa membuat Leo menganga tak percaya.Bukan jumlah yang sedikit. Jumlah yang cukup fantastis hanya untuk perjanjian yang hanya akan berlangsung sembilan bulan saja. Bahkan, setahu Leo di luaran sana. Jumlah yang akan dibayar untuk melakukan sewa rahim tidak sebesar yang dibayarkan Daren pada Danisa. “Lakukan saja sesuai yang aku pinta. Aku rasa, yang aku bilang semua sudah jelas. Jadi seharusnya aku tak perlu lagi menjelaskan secara detail kepadamu. Atau perlu, aku memecatmu dan mengganti asisten baru yang lebih mumpuni,” ancam Daren dengan kalimat tegasnya. Dia menatap datar pada Leo yang masih tidak percaya dengan perintah yang daran berikan terhadap dirinya.Leo yang yang mendapati tatapan datar dari Daren itu pun menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Dia tersenyum kaku pada atasannya, atas ancaman yang tentu saj
MULAI POSESIF 1Bukan sambutan hangat yang Danisa dapatkan dari tatapan sang suami. Melainkan, tatapan tajam yang Daren beri saat melihat wanitanya itu masuk ke dalam ruang kerjanya dengan membawa satu cup coffee di tangannya.Kesal. Itu yang saat ini Daren rasakan pada Danisa. Bisa-bisanya wanitanya itu meminum minuman yang sebelumnya sudah diperingatkan oleh dokter Christie kepadanya. Entah apa yang ada di pikiran Danisa saat ini, hingga dia sama sekali seolah tak merasa bersalah sedikitpun atas perbuatan yang dilakukannya itu.Tanpa berkata apapun lagi, Daren bangkit dari kursi kebesarannya. Tatapan tajam dari mata elang pria yang saat ini menjadi suaminya itu menghentikan langkah Danisa. Tentu saja, dia bingung dengan sikap yang Daren lakukan. Danisa merasa jika dia sama sekali tidak melakukan kesalahan sedikitpun.Lalu, Mengapa pria itu memberikan tatapan bersahabat kepadanya?“Kau kenapa?” Tanya Danisa tanpa rasa bersalah sedikitpun darinya. Tanpa menjawab sepatah kata pun ata
POSESIF LAGI“Ayo, pulang,” ajak Daren pada wanitanya. Danisa mendongak, menatap wajah pria yang sedang membawa sebelah tangannya itu ke dalam kantong celana serta tatapan datar yang dilakukan olehnya. “Hm. Okey,” jawab Danisa tak membantah. Dia merapikan pekerjaannya, dan pria kaku itu nyatanya masih setia menunggu di dalam ruangan dengan duduk pada sofa tunggu di sana. Saat melihat Danisa mengambil tas mahal yang memang sudah disediakan untuk Denisa dari Riana – mama mertuanya saat menyambut kehadiran Danisa di rumah utama. Daren bangkit dari duduknya, melangkah lebih dulu dari wanitanya dan membukakan pintu untuk Danisa. Danisa tidak menanggapi, dia mengikuti kemauan Daren dan mengabaikan sikap pria kaku itu yang peduli kepadanya. Sungguh, sikap yang Daren lakukan itu bukanlah hal yang biasa. Karena pria kaku itu biasa lebih cuek dengan hal di sekitarnya. Lalu, kali ini dia seolah peduli pada dirinya.“Tidak. Tidak.”Danisa segera menepis pikiran tiba-tiba lewat dalam benakny
Danisa mengerucutkan bibirnya kesal, mendapati suaminya itu terus memberikan ancaman untuknya. Hingga suara seseorang yang begitu familiar di antara mereka itu pun mengalihkan perdebatan yang terjadi di antara keduanya. Daren dan Danisa menoleh ke sumber suara, mendapati wanita yang sangat mereka kenal. Dia adalah Marisa, wanita yang sempat akan dijodohkan kepada Darren dan juga menjadi perancang busana di acara pernikahan Daren dan Danisa. Danisa yang melihat kehadiran orang yang dikenalnya itu menarik ke atas kedua ujung sudut bibirnya. Memberikan senyum yang mengembang, kepada Marisa yang sudah beberapa minggu tidak ditemuinya. Tentu saja Danisa sangat bahagia, Kebetulan sekali dia juga akan membicarakan soal rencana dirinya dan mama mertuanya yang akan melakukan kursus membuat kue bersama mertuanya. “Hai, aku ada di sini?’ Tanya Danisa ke arah Marisa yang sudah berdiri beberapa jarak antara dirinya dan sang suami. Marisa merekahkan senyum ramahnya kau mau menyambut perjumpaan