“Tuan! Ini serius?” Leo yang diminta untuk menyiapkan surat perjanjian baru dari atasannya itu pun terkejut. Melihat nominal yang akan diberikan Daren kepada Danisa membuat Leo menganga tak percaya.Bukan jumlah yang sedikit. Jumlah yang cukup fantastis hanya untuk perjanjian yang hanya akan berlangsung sembilan bulan saja. Bahkan, setahu Leo di luaran sana. Jumlah yang akan dibayar untuk melakukan sewa rahim tidak sebesar yang dibayarkan Daren pada Danisa. “Lakukan saja sesuai yang aku pinta. Aku rasa, yang aku bilang semua sudah jelas. Jadi seharusnya aku tak perlu lagi menjelaskan secara detail kepadamu. Atau perlu, aku memecatmu dan mengganti asisten baru yang lebih mumpuni,” ancam Daren dengan kalimat tegasnya. Dia menatap datar pada Leo yang masih tidak percaya dengan perintah yang daran berikan terhadap dirinya.Leo yang yang mendapati tatapan datar dari Daren itu pun menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Dia tersenyum kaku pada atasannya, atas ancaman yang tentu saj
MULAI POSESIF 1Bukan sambutan hangat yang Danisa dapatkan dari tatapan sang suami. Melainkan, tatapan tajam yang Daren beri saat melihat wanitanya itu masuk ke dalam ruang kerjanya dengan membawa satu cup coffee di tangannya.Kesal. Itu yang saat ini Daren rasakan pada Danisa. Bisa-bisanya wanitanya itu meminum minuman yang sebelumnya sudah diperingatkan oleh dokter Christie kepadanya. Entah apa yang ada di pikiran Danisa saat ini, hingga dia sama sekali seolah tak merasa bersalah sedikitpun atas perbuatan yang dilakukannya itu.Tanpa berkata apapun lagi, Daren bangkit dari kursi kebesarannya. Tatapan tajam dari mata elang pria yang saat ini menjadi suaminya itu menghentikan langkah Danisa. Tentu saja, dia bingung dengan sikap yang Daren lakukan. Danisa merasa jika dia sama sekali tidak melakukan kesalahan sedikitpun.Lalu, Mengapa pria itu memberikan tatapan bersahabat kepadanya?“Kau kenapa?” Tanya Danisa tanpa rasa bersalah sedikitpun darinya. Tanpa menjawab sepatah kata pun ata
POSESIF LAGI“Ayo, pulang,” ajak Daren pada wanitanya. Danisa mendongak, menatap wajah pria yang sedang membawa sebelah tangannya itu ke dalam kantong celana serta tatapan datar yang dilakukan olehnya. “Hm. Okey,” jawab Danisa tak membantah. Dia merapikan pekerjaannya, dan pria kaku itu nyatanya masih setia menunggu di dalam ruangan dengan duduk pada sofa tunggu di sana. Saat melihat Danisa mengambil tas mahal yang memang sudah disediakan untuk Denisa dari Riana – mama mertuanya saat menyambut kehadiran Danisa di rumah utama. Daren bangkit dari duduknya, melangkah lebih dulu dari wanitanya dan membukakan pintu untuk Danisa. Danisa tidak menanggapi, dia mengikuti kemauan Daren dan mengabaikan sikap pria kaku itu yang peduli kepadanya. Sungguh, sikap yang Daren lakukan itu bukanlah hal yang biasa. Karena pria kaku itu biasa lebih cuek dengan hal di sekitarnya. Lalu, kali ini dia seolah peduli pada dirinya.“Tidak. Tidak.”Danisa segera menepis pikiran tiba-tiba lewat dalam benakny
Danisa mengerucutkan bibirnya kesal, mendapati suaminya itu terus memberikan ancaman untuknya. Hingga suara seseorang yang begitu familiar di antara mereka itu pun mengalihkan perdebatan yang terjadi di antara keduanya. Daren dan Danisa menoleh ke sumber suara, mendapati wanita yang sangat mereka kenal. Dia adalah Marisa, wanita yang sempat akan dijodohkan kepada Darren dan juga menjadi perancang busana di acara pernikahan Daren dan Danisa. Danisa yang melihat kehadiran orang yang dikenalnya itu menarik ke atas kedua ujung sudut bibirnya. Memberikan senyum yang mengembang, kepada Marisa yang sudah beberapa minggu tidak ditemuinya. Tentu saja Danisa sangat bahagia, Kebetulan sekali dia juga akan membicarakan soal rencana dirinya dan mama mertuanya yang akan melakukan kursus membuat kue bersama mertuanya. “Hai, aku ada di sini?’ Tanya Danisa ke arah Marisa yang sudah berdiri beberapa jarak antara dirinya dan sang suami. Marisa merekahkan senyum ramahnya kau mau menyambut perjumpaan
MENJADI AKRABDanisa yang memang memiliki kepribadian sangat ramah kepada siapapun itu pun dengan mudahnya akrab dengan anak kecil yang dibawa oleh Marissa.Dengan begitu mudahnya, wanita itu mampu merayu anak tersebut dan berakhir dia membawa Jessy-keponakan Marisa mengelilingi minimarket dengan memberikan banyak mainan dan juga makanan untuknya.“Kau jangan khawatir. Ambil apa pun yang kau mau, dan tante akan traktir untukmu hari ini,” kata Danisa, senyum wanita itu pun merekah bahagia. Saat ini doa sedang membawa keponakan Marisa berkeliling minimarket. Danisa membawa anak kecil itu, dan mengambilkan beberapa mainan dan banyak hal yang disukai anak-anak. Daren, pria itu saat ini sedang mendorong stroller yang sudah penuh berisi makanan anak-anak dan mainan anak yang diambil oleh Danisa dan dengan begitu semangatnya Dia memasukkan semuanya ke dalam keranjang belanjaan tersebut.“Benarkah, Tante? Jessy sangat bahagia sekali. Kali ini, Jessy bisa menikmati banyak makanan yang Jessy
BERTEMU ORANG YANG TAK DIINGINKANDaren hanya mampu membuang nafas kasarnya, kala Danisa berlaku kepada dirinya sesuka hati. Wanita ini benar-benar menguji kadar kesabarannya yang hanya setipis tisu. Mau tak mau, Daren mengikuti perintah Danisa untuk membayar semua belanjaan yang dipilih oleh Jessy dan dirinya. Marissa yang merasa tak nyaman saat mendapati sikap pria kaku itu pun memilih mendekat pada Daren saat pria itu melangkah menuju ke kasir. “Aku titip Jessy sebentar ya,” kata Marissa pada Danisa. Danisa tersenyum, diikuti oleh senyuman manisnya. “Okey, tenang saja. Jessy aman bersamaku,” jawab Danisa. Wanita itu sama sekali tak keberatan membawa Jessy menuju ke tempat yang Danisa tunjuk sebelumnya. Tanpa merasa ada beban sedikit pun dari Danisa, dengan begitu riang dia melangkah bersama dengan Jessie menuju kursi tunggu di depan.Sesekali, Daren melirik ke arah Danisa. Dia dapat melihat sikap hangat yang dilakukan oleh wanita tersebut kepada anak kecil yang baru dikenalnya
Danisa yang sedang duduk dan bercanda bersama Jessie itu teralihkan perhatiannya oleh keributan yang berada di dekat mesin kasir.Tatapan matanya membeliak terkejut, saat mendapati Daren dengan raut wajah tak bersahabatnya itu. Dia pun mengalihkan perhatian pada seorang pria yang jatuh tersungkur di bawah sana. Lebih tepatnya di hadapan Daren yang menatap pria tersebut dengan tetapan penghujamnya. “Adlrik!” Danisa semakin terkejut, ketika mendapati pria yang sama sekali tidak ingin ditemuinya. Terlebih, saat mendapati kondisi pria tersebut sudah tersungkur dan terlihat menahan sakit. Danisa bisa mengambil kesimpulan jika Daren habis memukulnya.Dia semakin yakin, jika Adlrik sudah berhasil menarik kemarahan dari pria yang menjadi suaminya tersebut.“Pasti dia menyinggung sesuatu yang buat Daren marah,” ucapnya. Dia yang tahu, Jika hubungan Adlrik dan Daren memang tak baik itu semakin yakin. Dia kemudian bangkit dari duduknya, menarik lengan kecil Jessie membawa anak itu mendekat k
DANISA TAK BISA TENANGSepanjang perjalanan Kembali menuju rumah, Danisa terus diliputi oleh kegelisahan. Berusaha tenang, tetapi usaha yang dilakukannya hanya sia-sia. Menatap luar kaca jendela, berharap Danisa dapat melupakan keresahan yang terus menghantuinya dalam hari. Tetap saja, pikirannya tak mampu luput dari masalah yang terjadi. Menarik nafas dalam-dalam, setelahnya dia kembali menghembuskannya secara perlahan. Tetap saja cara yang dilakukannya itu tidak bisa membuat dirinya terlepas dari rasa gelisah yang terus mencekam. Daren sejak tadi hanya diam, sepanjang perjalanan mengemudikan mobilnya. Dia dapat merasakan jika wanitanya itu tidak baik-baik saja. “Kau kenapa?” Kalimat tanya dari pria yang sejak tadi menunjukkan sikap tenangnya itu memecah keheningan di dalam mobil. Lewat ekor matanya, Daren melirik ke arah Danisa. Tak tahan dengan raut wajah cemas yang ditunjukkan oleh Danisa, membuat Daren segera bertanya langsung.Danisa membuang nafasnya secara kasar, sebelu