DANISA TAK BISA TENANGSepanjang perjalanan Kembali menuju rumah, Danisa terus diliputi oleh kegelisahan. Berusaha tenang, tetapi usaha yang dilakukannya hanya sia-sia. Menatap luar kaca jendela, berharap Danisa dapat melupakan keresahan yang terus menghantuinya dalam hari. Tetap saja, pikirannya tak mampu luput dari masalah yang terjadi. Menarik nafas dalam-dalam, setelahnya dia kembali menghembuskannya secara perlahan. Tetap saja cara yang dilakukannya itu tidak bisa membuat dirinya terlepas dari rasa gelisah yang terus mencekam. Daren sejak tadi hanya diam, sepanjang perjalanan mengemudikan mobilnya. Dia dapat merasakan jika wanitanya itu tidak baik-baik saja. “Kau kenapa?” Kalimat tanya dari pria yang sejak tadi menunjukkan sikap tenangnya itu memecah keheningan di dalam mobil. Lewat ekor matanya, Daren melirik ke arah Danisa. Tak tahan dengan raut wajah cemas yang ditunjukkan oleh Danisa, membuat Daren segera bertanya langsung.Danisa membuang nafasnya secara kasar, sebelu
Riana dan Daren menoleh ke arah sumber suara. Mereka mendapati Riana-mamanya yang sudah berada di tengah pintu utama.Wanita senja yang terlihat masih sangat cantik itu menatap anak dan menantunya dengan raut wajah pernah tanya. Menelisik pembicaraan yang terjadi antara Daren dan juga Danisa. Dia tidak sengaja Mendengar pembicaraan yang dilakukan oleh anak dan menantunya hal itu membuatnya merasa ingin tahu dan langsung saja bertanya kepada keduanya. Daren dan Danisa saling pandang, tentu saja mereka pun terkejut dengan kehadiran mamanya tersebut. Tetapi Daren sangat pandai mengatur situasi yang terjadi itu mampu merubah mimik wajahnya dengan segera. Begitu juga dengan Danisa. Wanita itu sudah mengulas senyum merekahnya, mengambil wanita yang saat ini menjadi Mama mertua terbaiknya.“Mama menunggu kami pulang?” Tanya Danisa, dia sengaja mengalihkan pertanyaan yang dilakukan oleh Riana terhadap mereka.Riana membalas Senyum Dan mengusap lengan yang menantu yang sedang memeluknya.“
Waktu begitu cepat berlalu, kehamilan Danisa sudah mulai membesar. Seperti yang diperkirakan oleh wanita itu semula. Kini tubuhnya sudah tidak selangsing saat awal dirinya baru mengandung benih dari atasannya. Tidak seperti kehamilan wanita pada umumnya. Perut Danisa terlihat lebih besar dari wanita lain yang hamil normal karena memang Danisa mengandung dua janin sekaligus di dalamnya.Dia sudah merasa kesusahan untuk bergerak, Tetapi dia masih bersikukuh untuk tetap bekerja bersama suaminya.Danisa memberikan alasan kepada Riana jika ada Daren, suaminya yang selalu setia setiap saat berada di sekitarnya. Bahkan, Daren tidak segan-segan mengutus Leo jika ada pertemuan di luar kantor.“Sini,” kata Daren. Pria yang sejak tadi sudah selesai bersiap lebih dulu daripada Danisa itu mengambil alih tas tangan yang akan dipakai oleh sang istri untuk bekerja.Danisa yang sudah mendapati Darren mengambil tas kerjanya itu pun tidak membantah.“Padahal itu hanya ponsel saja isinya,” kata Danisa
PERSIAPAN PENYAMBUTAN TWEENY“Apa perlu melakukan semua itu, Ma?” Tanya Daren setelah mendengar cerita mamanya untuk melaksanakan acara persiapan menyambut anak-anaknya. Setelah menyelesaikan makan malamnya, Riana menyampaikan rencananya untuk menyambut kehadiran kedua calon cucunya ke dunia kepada Daren dan juga Danisa. Tentu saja, Danisa dan Daren harus menunda lebih dulu keberangkatan mereka menuju ke kantor. Riana yang masih dengan binar bahagia atas rencana yang disampaikannya itu pun mengangguk cepat. Tentu saja, dia tidak akan melewatkan sedikitpun acara penting untuk kedua calon penerus keluarganya.“Tentu saja, Daren. Selain Mama akan membuat acara baby Moon untuk anak-anak kalian. Mama juga akan melakukan bakti sosial ke yayasan untuk berbagi kepada anak-anak yang kurang beruntung. Bukankah berbagi dengan sesama mereka yang kurang beruntung akan menjadi berkah untuk kita?” kata Riana menjelaskan rencana yang sudah dibuatnya tersebut. Danisa yang sejak tadi mendapati san
Sejak keluar dari rumah untuk berangkat ke kantor bersama Daren, suaminya, Danisa lebih banyak diam. Hal itu menarik perhatian dari yang sudah membukakan pintu untuknya dan memastikan Danisa masuk ke dalam mobil dengan berhati-hati.“Biar aku bantu,” kata Daren, pria itu mengambil alih sabuk pengaman yang hendak digunakan oleh wanitanya.Lagi-lagi, perhatian kecil yang Daren lakukan untuknya tersebut berhasil membuat lebaran dalam diri wanita yang sedang mengandung di usia kehamilan ke 7 bulan itu berdetak tak karuan.“Tidak. Kau harus menenangkan diri, Danisa. Jangan sampai Daren mendengar debaran jantungmu yang kurang ajar ini.”Danisa yang mendapati perlakuan dari suaminya itu segera menepis pikiran konyol atas sikap yang Daren lakukan padanya. Dia tidak ingin terjebak oleh permainan yang dilakukannya bersama sang suami. Sikap yang Daren tunjukkan padanya itu berhasil mengusik hatinya yang sudah ia bentengi dengan kenyataan yang tidak boleh untuknya jatuh cinta kepada atasannya se
“Apa kau serius dengan keputusanmu yang hendak mencairkan dana 10 miliar untukku? Bukankah Perjanjian awal kau akan memberikannya jika aku sudah melahirkan nanti. Dan kau merubah keputusan yang telah kau buat sendiri. Apa kau tidak takut jika aku akan kabur dengan membawa uang tersebut dan anak-anakmu ini?”Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan Danisa. Danisa yang Sejak pagi mendapat kejutan dari suaminya itu pun semakin tak percaya dengan keputusan yang dilakukan oleh pria tersebut. Dari Daren memutuskan sepihak agar dia Berhenti bekerja setelah merayakan acara baby moon nanti. Bahkan pria itu akan membayarkan gajinya dalam 2 bulan yang tidak akan ia gunakan bekerja dengan hanya menunggu hari kelahirannya di rumah.Kini, dia dikejutkan kembali dengan keputusan Daren yang sudah meminta Leo untuk segera mencairkan uang 10 miliar yang Danisa minta karena adanya dua janin yang ada di dalam kandungannya. Daren tetap emal gkah tenang, mengiringi la
Bukan Daren yang menggerakkan tangannya untuk menenangkan anak-anak yang ada dalam rahim Danisa yang terus bergerak. Melainkan Dokter Christie, dia yang terlalu gemas dan tahan untuk menunggu Daren akan mengulurkan tangan guna menenangkan pergerakan yang dilakukan oleh bayi-bayi yang ada di dalam perut tersebut. “Menunggu ayahmu yang membelai dan menenangkan kalian, sepertinya adalah hal mustahil.” Dokter Christie sengaja memberikan sindirannya bersama dengan lirikan sinis kepada Daren yang masih diam saja di tempatnya. “Sepertinya kau harus banyak sabar, memiliki suami seperti Daren.”Lagi-lagi wanita itu memberikan nasehatnya kepada Danisa yang membiarkan pergerakan bayinya tidak mau diam itu dibelai oleh dokter yang memeriksa kandungannya.Kedua bayi itu masih begitu aktif. Bahkan meski sudah mendapatkan ungkapan dari dokter berisi tetap saja dia masih melakukan pergerakannya. Hal itu membuat sang dokter mengalihkan pandangannya kepada Darren yang sejak tadi hanya memperhatikan
Hubungan Danisa dan Daren memang seperti pasang surut ombak di lautan. Pagi tadi, keduanya yang berangkat dalam kondisi saling diam itu sudah mencair saat Daren memutuskan untuk mencairkan komisi uang yang Danisa minta sebagai perjanjian atas anak-anak yang dikandungnya.Tetapi, keadaan kaku dan hening itu kembali lagi terjadi saat keduanya keluar dari ruang pemeriksaan kandungan.Daren yang merasakan dejavu dalam dirinya, setelah memberikan sentuhan hanya kepada anak-anak yang tidak mau diam di dalam perut Danisa. Ada rasa aneh yang berhasil membuat hatinya menghangat. Bukan Daren tidak tahu rasa aneh yang dirasakannya sekarang. Pria kaku seperti Daren selalu teguh pada pendiriannya untuk tidak tertarik dengan keberadaan Danisa di sekitarnya. Jika dia mengungkapkan, runtuh sudah harga diri yang sejak awal Daren bangun pada Danisa di awal perjanjian yang mereka lakukan bersama. Dia pria normal, dapat merasakan syahwatnya juga saat melihat tubuh seksi wanitanya tersebut yang sudah t