Sejak keluar dari rumah untuk berangkat ke kantor bersama Daren, suaminya, Danisa lebih banyak diam. Hal itu menarik perhatian dari yang sudah membukakan pintu untuknya dan memastikan Danisa masuk ke dalam mobil dengan berhati-hati.“Biar aku bantu,” kata Daren, pria itu mengambil alih sabuk pengaman yang hendak digunakan oleh wanitanya.Lagi-lagi, perhatian kecil yang Daren lakukan untuknya tersebut berhasil membuat lebaran dalam diri wanita yang sedang mengandung di usia kehamilan ke 7 bulan itu berdetak tak karuan.“Tidak. Kau harus menenangkan diri, Danisa. Jangan sampai Daren mendengar debaran jantungmu yang kurang ajar ini.”Danisa yang mendapati perlakuan dari suaminya itu segera menepis pikiran konyol atas sikap yang Daren lakukan padanya. Dia tidak ingin terjebak oleh permainan yang dilakukannya bersama sang suami. Sikap yang Daren tunjukkan padanya itu berhasil mengusik hatinya yang sudah ia bentengi dengan kenyataan yang tidak boleh untuknya jatuh cinta kepada atasannya se
“Apa kau serius dengan keputusanmu yang hendak mencairkan dana 10 miliar untukku? Bukankah Perjanjian awal kau akan memberikannya jika aku sudah melahirkan nanti. Dan kau merubah keputusan yang telah kau buat sendiri. Apa kau tidak takut jika aku akan kabur dengan membawa uang tersebut dan anak-anakmu ini?”Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan Danisa. Danisa yang Sejak pagi mendapat kejutan dari suaminya itu pun semakin tak percaya dengan keputusan yang dilakukan oleh pria tersebut. Dari Daren memutuskan sepihak agar dia Berhenti bekerja setelah merayakan acara baby moon nanti. Bahkan pria itu akan membayarkan gajinya dalam 2 bulan yang tidak akan ia gunakan bekerja dengan hanya menunggu hari kelahirannya di rumah.Kini, dia dikejutkan kembali dengan keputusan Daren yang sudah meminta Leo untuk segera mencairkan uang 10 miliar yang Danisa minta karena adanya dua janin yang ada di dalam kandungannya. Daren tetap emal gkah tenang, mengiringi la
Bukan Daren yang menggerakkan tangannya untuk menenangkan anak-anak yang ada dalam rahim Danisa yang terus bergerak. Melainkan Dokter Christie, dia yang terlalu gemas dan tahan untuk menunggu Daren akan mengulurkan tangan guna menenangkan pergerakan yang dilakukan oleh bayi-bayi yang ada di dalam perut tersebut. “Menunggu ayahmu yang membelai dan menenangkan kalian, sepertinya adalah hal mustahil.” Dokter Christie sengaja memberikan sindirannya bersama dengan lirikan sinis kepada Daren yang masih diam saja di tempatnya. “Sepertinya kau harus banyak sabar, memiliki suami seperti Daren.”Lagi-lagi wanita itu memberikan nasehatnya kepada Danisa yang membiarkan pergerakan bayinya tidak mau diam itu dibelai oleh dokter yang memeriksa kandungannya.Kedua bayi itu masih begitu aktif. Bahkan meski sudah mendapatkan ungkapan dari dokter berisi tetap saja dia masih melakukan pergerakannya. Hal itu membuat sang dokter mengalihkan pandangannya kepada Darren yang sejak tadi hanya memperhatikan
Hubungan Danisa dan Daren memang seperti pasang surut ombak di lautan. Pagi tadi, keduanya yang berangkat dalam kondisi saling diam itu sudah mencair saat Daren memutuskan untuk mencairkan komisi uang yang Danisa minta sebagai perjanjian atas anak-anak yang dikandungnya.Tetapi, keadaan kaku dan hening itu kembali lagi terjadi saat keduanya keluar dari ruang pemeriksaan kandungan.Daren yang merasakan dejavu dalam dirinya, setelah memberikan sentuhan hanya kepada anak-anak yang tidak mau diam di dalam perut Danisa. Ada rasa aneh yang berhasil membuat hatinya menghangat. Bukan Daren tidak tahu rasa aneh yang dirasakannya sekarang. Pria kaku seperti Daren selalu teguh pada pendiriannya untuk tidak tertarik dengan keberadaan Danisa di sekitarnya. Jika dia mengungkapkan, runtuh sudah harga diri yang sejak awal Daren bangun pada Danisa di awal perjanjian yang mereka lakukan bersama. Dia pria normal, dapat merasakan syahwatnya juga saat melihat tubuh seksi wanitanya tersebut yang sudah t
Tatapan mata keduanya saling terpaku, Danisa terkejut saat mendapati wajah Daren yang begitu dekat dengannya. Begitu pun Daren, nafasnya tercekat saat ketahuan oleh Danisa berada dalam jarak yang begitu dekat. Apa yang harus ia bilang nanti, meski mata sedang terpaku. Otaknya sedang berpikir keras menyiapkan jawaban yang tepat untuk Danisa jika bertanya. Akan sangat malu sekali jika Danisa sampai bertanya, sebab Daren bisa dalam keadaan posisi seperti ini. Danisa segera memalingkan wajah kumat tersadar dari tatapan yang begitu dekat dengan wajah suaminya. Jangan Ditanya, Dia sedang cemas jika sampai Daren dapat mendengar lebaran dalam dadanya yang berdetak semakin cepat.Tidak tidak. Apa yang harus Danisa bilang. Dia tidak mungkin mengatakan jika mulai jatuh cinta kepada suaminya yang tidak lain adalah atasannya sendiri. Mereka hanya bekerja sama, hal itu tidak boleh sama terjadi. Karena peringatan keras sudah diberikan oleh pria yang ada di hadapannya saat ini. Jika sampai dia mel
Setelah melakukan makan malam bersama, Daren merasa ada sesuatu yang aneh dengan kabar yang disampaikan oleh sang Mama kepada mereka. Bukankah semua yang dilakukan oleh Marissa atas persiapan dirinya dan wanita itu sejak menikah itu seperti bukan sesuatu yang kebetulan. Akan tetapi, Daren berusaha menyangkal semua pikiran buruk yang melintas dalam benaknya. Jika dia mengatakan sesuatu tentang pendapatnya. Daren pikir akan membuat sang Mama menjadi khawatir dan dia tidak ingin melakukan hal itu. Membiarkan, adalah jalan yang diambil oleh pria kaku yang begitu sangat menyayangi wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya dengan begitu baik hingga bisa membuat darah seperti ini. Danisa yang melihat Daren yang sedang duduk di sofa dengan iPad di tangannya itu pun mendekati.“Daren,” panggil wanita itu kepada suaminya. Daren yang mendapati wanitanya mendekatinya itu menautkan kedua alisnya.“Kau butuh sesuatu? Atau ingin makan sesuatu, biar aku bikinkan,” kata pria itu. Sikap cuek
Pesta yang direncanakan oleh Riana itu pun 95% sudah siap. Hari ini, Danisa tidak diizinkan untuk berangkat ke kantor Di Hari terakhirnya kerja. Bukan hanya Daren yang melarangnya. Riana pun memberikan larangan keras agar dan bisa tetap berdiam diri di rumah.Riana tidak ingin, jika saat malam tiba Danisa akan merasa lelah. Maka, hari ini dia hanya menghabiskan waktu di dalam rumah sesekali melangkah dekat jendela untuk melihat dekorasi yang sedang disiapkan oleh sang mertua di taman belakang.Wanita itu terlihat sangat antusias menyiapkan semuanya. Dari cara bicara dan pergerakan tangan yang dilakukan oleh Riana dapat Danisa lihat dengan jelas di dalam kamarnya.Ingin rasanya membantu, tetapi dia yakin penolakan lah yang akan didapatkan oleh Danisa jika dia melakukan.Maka, menatap dari kejauhan itu yang dilakukan oleh Danisa saat ini untuk persiapan pesta menyambut tamu-tamu syukuran bayi-bayi yang ada di dalam rahimnya.“Nenekmu sangat bersemangat sekali, Nak.”Jemari lentik wanit
Daren mendadak menjadi panik saat tahu sang mama tak sadarkan diri. Dokter keluarga sudah dalam perjalanan, tetap saja tak mampu membuat pria itu merasa lega. Sudah tiga belas menit berlalu, Riana tak kunjung sadar. Daren bolak balik mengusap telapak tangan mamanya dengan minyak penghangat yang baru saja diberikan oleh seorang pelayan atas permintaan Daren tentunya. “Bagaimana? Mama belum sadar juga?” Tanya Danisa yang baru tiba. Dia tidak bisa banyak bergerak karena terlalu sulit untuk terburu-buru menyusul suaminya yang lebih dulu meninggalkannya.Danisa bersama Leo, harus lebih dulu menenangkan segala pertanyaan yang dilakukan oleh banyaknya tamu yang datang bertanya kepadanya.Danisa memutuskan agar Leo dan Lisa yang menangani pesta di bawah sana. Dia ikut menyusul ke kamar sang mertua dengan bantuan pelayan yang mengiringi langkahnya untuk berhati-hati.Daren menoleh ke arah wanitanya, dia menggeleng pelan sebagai jawaban yang diberikannya. Tak lama Danisa masuk, Leo pun ikut