Setelah pintu kamar itu tertutup, Cinthya menyandar pada benda tersebut tanpa ia sadari tubuhnya merosot karena kedua kaki terlalu lemas untuk menopang.Air matanya luruh seiring dengan hati yang hancur berkeping-keping.Perjuangannya mengasingkan diri dengan menuntut ilmu di sebuah asrama untuk memantaskan diri berdampingan dengan sang Pangeran ternyata sia-sia.Masih ingatkah pria itu dengan janji yang terucap akan menikahinya dan selalu menjaga dan menyayanginya hingga maut memisahkan?Ah tidak, bahkan pria itu pernah berkelakar kalau dirinya akan hidup lagi walau jasadnya telah terkubur hanya untuk memberikan kasih sayang dan perhatian kepadanya.Dan satu yang belum Cinthya sadari kalau Andra menyayangi dan mencintainya hanya sebatas rasa sayang dan cinta dari seorang Kakak kepada sang adik.FLASHBACK ONSeorang gadis kecil berlari masuk kedalam suatu rumah dengan lutut dan sikut yang penuh luka.Rasa perih hingga membuat air mata menetes membasahi wajahnya tidak ia hiraukan karen
“Sayang, Mas nanti pulang agak malem…” Andra memberitahu disela sarapan paginya dan Rena membalas dengan anggukan disertai senyum sekilas.Wanita itu sambil menemani sang suami sarapan pagi, ia juga berlarian menyiapkan keperluan sekolah Rendra.Setiap pagi di hari kerja adalah pagi tersibuk bagi Rena.“Rendra, abisin donk makannya!” Sambil melangkah meninggalkan ruang makan, Rena berujar.“Aku ga mau makan sama Tante itu!” Rendra berseru seraya mengarahkan telunjuknya kepada Cinthya membuat gadis yang sibuk dengan poselnya itu terhenyak.“Hei…Kamu ko ga sopan gitu sih?” Omel Andra sedikit menaikan nada bicaranya.“Ga apa-apa!” balas Cinthya sambil mengusak kepala Rendra namun anak laki-laki itu menghempas kasar tangan Cinthya dengan tatapan tajam.“Rendra!” kembali Andra berseru kali ini tatapan tajam itu berhasil membuat Rendra menundukan kepalanya.Semua itu tertangkap jelas oleh mata Rena walau dirinya sedang berada didapur, ia pun mendekati Rendra sebelum sang anak menangis lal
Hari yang sangat melelahkan, waktu sudah menunjukan lewat tengah malam saat sang Presdir tampan pulang ke rumah dengan wajah dan pakaian yang lusuh.Dua kancing teratas dari kemejanya terbuka, jas yang entah dimana dan dasi yang hampir lepas dari kaitannya belum lagi rambut yang tidak se-klimis ketika dirinya pergi kerja tadi pagi.Dengan langkah gontai pria itu memasuki rumah mewah tempat dimana keluarga kecil yang dicintainya berada.Andra tidak berharap sang istri apalagi anaknya akan menanti dirinya pulang karena memang hari sudah berganti tanggal saat ini dan orang normal pada umunya pastilah sedang terlelap dalam buaian mimpi.Hal yang tidak tertuga terjadi ketika ia mendorong pintu besar rumahnya karena seorang gadis cantik sedang menanti dengan senyum merekah.“Ah, Tya…Senyum itu masih sama seperti dulu!” batin Andra kemudian dirinya merentangkan kedua tangan ketika gadis itu sudah berlari kearahnya.Ia jadi ingat saat dirinya semasa SMA dulu, Tya akan menunggunya di teras rum
“Papa…Papa…Aku berhasil!” Sang anak yang sedang duduk di karpet bulu di depan televisi berseru gembira sambil menunjukan lego yang ia bentuk sendiri dengan hanya mengukuti cara yang terdapat pada selembar kertas.Sang Papa yang duduk di sofa tepat dibelakang Rendra menyimpan Macbooknya lalu meraih lego berbentuk pesawat luar angkasa yang berada di tangan Rendra.“Ini kamu yang bikin sendiri?” Papa Andra bertanya dengan kedua alis teragkat, tidak percaya.Rendra mengangguk cepat, senyum yang memperlihatkan deretan gigi yang rapi dan putih bersih disertai binar di mata bulatnya menunjukan bila dirinya pun bangga pada diri sendiri.“Waaa…Keren!! Hebat anak Papa!” Komentar sang Papa begitu takjub pasalnya lego yang ia belikan bertuliskan sepuluh plus di dusnya yang berate Lego tersebut diperuntukan untuk anak berumur sepuluh tahun keatas dan Rendra bisa membentuk lego tersebut diusianya yang baru menginjak empat tahun.Sungguh pencapaian yang luar biasa mungkin menurun dari sang Papa yang
Entah apa yang dikatakan sang istri kemarin kepada Cinthya karena hari ini gadis itu begitu semangat mendengar penjelasannya mengenai cara membedah laporan kinerja perusahaan bahkan ekspresi wajah cantik sang adik terlihat begitu antusias.Sesekali Cinthya menanggapi dengan melontarkan pertanyaan tanda dirinya menangkap semua penjelasan Andra dengan baik dan cepat.Tidak ada gadis manja dan rengekan yang memekakan telinga, yang ada adalah ketekunan Cinthya untuk menjadi seperti Andra.Cinthya banyak berpikir setelah berdebat dengan Rena kemarin pagi, ia harus merubah dirinya menjadi seperti Rena yang mandiri, anggun dan pintar juga harus menjadi gadis penurut agar disukai Andra.Ditambah nanti Cinthya akan setara dengan Andra karena menjadi pemimpin di perusahaan sang Papa bukan Ibu rumah tangga seperti Rena saat ini.Ia yakin bila Andra akan tertarik kepadanya nanti setelah menjadi CEO termuda, cantik, sukses dan masih lajang.Cinthya tidak akan menjalankan rencana yang sudah dibuat
“Loh ko jadi rugi gini? Aku salah donk?” setelah berucap demikian Cinthya tergelak.Entah apa yang sedang didiskusikan Andra dan Cinthya di ruang televisi sambil bercanda tertawa lepas hingga membuat Rendra berkali-kali menatap sebal kearah sang Papa yang sedang duduk bersebelahan di sofa dengan wanita genit yang hampir seminggu ini tinggal di rumahnya.“Tuuh Kan Mas Andra curang!” terdengar lagi suara manja Cinthya memenuhi ruangan besar tersebut.Rena yang berada didapur sedang meracik salad buah kesukaan anak dan suaminya hingga harus menegaskan indera pendengarannya untuk mencuri dengar apa yang tengah dibahas oleh kedua lawan jenis itu.“Dasar genit!” umpat Lisna yang sedang mencuci buah-buahan dan masih bisa terdengar oleh Rena membuat sang majikan menoleh dan langsung mendapat balasan berupa cengiran dari Lisna.“Kamu sama Hadi suka ghibahin Cinthya ya?” Rena bertanya dengan tangan yang masih sibuk memotong buah seolah pertanyaan tersebut hanya basa-basi tidak terlalu menar
“Kalau Mas ga bisa tepatin seharusnya ga usah bikin janji, kasian dari tadi Rendra nungguin Mas sampe ketiduran…” omel Rena dengan nada rendah namun bersungut-sungut, jangan lupakan Andra adalah Rajanya di dunia sehingga Rena sangat menghormati pria itu diatas segalanya.Andra melepas dasi dan kemejanya sendirian karena sang istri sedang sibuk mengomel.Dirinya sering melupakan janji namun entah kenapa baru kali ini Rena mengomel hingga panjang kali lebar seperti ini bahkan enggan melakukan kebiasaan romantis yang tidak pernah absen ia lakukan.Wanita dengan senyum gigi kelinci yang kini hilang ditelan kekesalan berbalut kecewa sedang pura-pura sibuk mengaplikasikan skin care ke wajahnya.Ah…mungkin sang istri sedang dalam masa pra periode-nya, begitu pikir Andra.Pagi tadi Andra berjanji akan membawa Rendra dan Rena makan malam di resto fovarit mereka untuk merayakan keberhasilan Rendra dalam lomba pidato bahasa Inggris yang diadakan sekolah TK Swasta sekota Jakarta.Namun sayang, h
“Jadi Mas mau jadiin Cinthya istri kedua?” Pertanyaan itu Rena ajukan kepada Andra setelah hampir dua jam sang suami bercerita mengenai awal hubungannya dengan Cinthya hingga pengungkapan perasaan gadis itu di pinggir pantai sore tadi.“Ga mungkin lah Ren….” Jawab Andra seraya mengusap wajahnya frustasi.Andra tau akan kemana masalah ini bermuara dan dirinya berharap Tuhan menunjukan jalan mana yang harus ia tempuh.“Perasaan aku udah ga enak dari awal…Mas terlalu mesra sama Cinthya untuk ukuran Adik dan Kakak!” Rena berucap setelah memalingkan wajahnya karena terlampau kecewa.“Ren…Mas minta maaf, Mas akui Mas salah…!” ucap Andra bersungguh-sungguh.Andra menggerakan sedikit tubuhnya kemudian menarik dagu Rena dengan kedua jari agar sang istri bisa menatap kedalam bola matanya.“Bila Cinthya wanita lain, Mas akan segera menjauh dari dia saat ini juga tapi Cinthya bukan orang lain…Dia udah menjadi bagian dari keluarga Gunadhya dan Mas udah berjanji untuk menjaganya tapi Mas juga ga