Pagi sekali Andra sudah berada di apartemen Rena sampai Rena tidak menyadari kedatangan Andra saat itu.Rena keluar dari kamar hendak membuat sarapan pagi kemudian dikejutkan dengan sosok Andra yang duduk di meja makan sambil melemparkan senyum meski kaku kepadanya."Tumben senyum ... udah ngatain aku wanita bayaran sekarang pagi-pagi datang trus senyum doank?” Rena misuh-misuh di dalam hati.Rena mengalihkan pandangannya setelah beberapa detik mata mereka bertemu."Mata kamu kenapa? Kaya panda.” Andra berusaha menggoda Rena dengan kelakarnya yang tidak lucu. Jangan salahkan Andra, karena pria itu memang terkenal ketus dan dingin jadi tidak tau bagaimana caranya merayu seorang gadis yang sedang marah.Rena tidak menjawab, gadis itu malah memberengutkan wajah."Buatin aku sarapan donk,” pinta Andra dengan santainya, kedua tangannya bertaut di atas meja. "Mau sarapan apa?" tanya Rena tanpa menatap Andra, gadis itu membuka kulkas lalu memindai isi kulkas mencari ide untuk sara
Sore itu Rena kembali dijemput oleh Andra dari kantornya, kali ini Andra menunggu di ruangan prioritas ditemani pak Rudi karena saat Andra datang menjemput, Rena belum menyelesaikan pekerjaannya."Senangnya dijemput tunangan,” celetuk Mia menggoda Rena dengan mengedipkan satu mata."Seneng donk ... seneng banget malah.” Rena balas menggoda Mia."Aku iriiiiii,” balas Mia gemas.Rena tergelak, dia harus pandai menutupi perasaanya. Sakit yang dia pendam sedari malam karena perkataan Andra akan Rena balas malam ini juga, Rena akan menghabiskan banyak uang tunangan pura-puranya, gadis cantik itu berencana meminta Weddding Organizer untuk membuatkan pesta pernikahan mewah dan megah impian setiap wanita.Walaupun pernikahan ini pura-pura setidaknya pesta pernikahannya nanti tidak akan pernah terlupakan untuk gadis sederhana seperti Rena.Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, Rena pamit pada Kepala Cabang dan teman-teman sekantor."Aku duluan ya Mia ... Bu Firdha ….” Dan mendapat lamb
Ting...Tong...Bel pintu Apartemen Rena berbunyi."Siapa yang membunyikan bel? Mas Andra biasanya langsung masuk." Rena bergumam penuh tanda tanya.Gadis itu bergegas menuju pintu kemudian membuka benda tersebut.Ceklek..."Selamat Pagi Nona Rena, Hari ini saya yang mengantar jemput Nona Rena ke kantor,s" apa pak Syam sambil membungkukan tubuhnya sekilas."Loh .. mas Andra kemana, Pak?" tanya gadis itu dengan dahi berkerut."Pak Andra ada perjalanan bisnis selama dua hari ke luar kota,” jawab pak Syam dengan senyum ramah meski dalam hati heran kenapa tunangan Andra yang cantik ini tidak tahu."Oooh … pak Syam udah sarapan?" tanya gadis itu kemudian."Sudah Non … saya tunggu dibawah ya, Non.”"Iya …msebentar lagi saya ke bawah, Pak"Pak Syam membungkukan punggungnya sebelum berputar meninggalkan Rena yang masih mematung di depan pintu."Kenapa mas Andra enggak ngomong apa-apa mau pergi selama beberapa hari? Dia juga masih hutang penjelasan untuk kejadian tadi malam.” Rena
Di atas ranjang berukuran quin size dalam kamar apartemen mewah milik Andra, Rena membolak-balikan tubuh menghadap ke kiri kemudian ke kanan sama dengan nasib ponsel yang sedari tadi dia genggam. Rena mengeceknya berulang kali, membuka aplikasi pesan lalu mencari nama 'Mas Andra' kapan terakhir kali pria itu online kemudian keluar dari aplikasi tersebut dan menyimpannya di atas bantal tidak lama kemudian meraih kembali ponsel tersebut, membuka aplikasi pesan kemudian menutupnya lagi, begitu seterusnya.Sudah beberapa hari Andra tidak memberi kabar setelah kejadian malam canggung itu di mana Rena jatuh di atas tubuh Andra.Masih terbayang saat bibirnya hampir menyentuh bibir Andra, masih terasa hangatnya nafas Andra membelai wajahnya membuat jantung Rena berdebar kencang dan saat itu juga dia bisa merasakan getaran di dada Andra, begitu hebat sama seperti apa yang tengah Rena rasakan. Mengingat moment tersebut membuat pipi Rena merona, sudah lama bahkan dia hampir lupa bagaimana
"Sebelah sana tenda ayam gepreknya Mas ... kita berhenti di ruko kosong sebelah sana aja, yang lain juga parkir disana,” tuduh gadis itu sambil menggerakan jari telunjuknya.Dengan berat hati Andra memarkirkan kendaraannya di tempat yag ditunjukan Rena, kebetulan di sana ada tukang parkir yang mengatur kendaraan para pelanggan ayam geprek yang katanya terkenal enak dan murah itu."Ini enggak kejauhan parkir disini?" tanya Andra ragu, sesekali matanya menatap layar kamera belakang karena sedang memarkirkan kendaraannya dalam posisi mundur."Enggak Mas ... enggak akan ilang kok mobilnya, dijagain sama kang parkir ...,” sahut gadis itu dengan nada seperti meledek."Bukan takut ilang, sepuluh mobil pun gue bisa beli sekarang juga ... gue cuma takut lo cape aja jalan agak jauh!" Yang hanya bisa Andra ungkapkan dalam hati. Andra sendiri bingung kenapa hatinya berkata seperti itu. Apa pedulinya bila gadis itu kelelahan, jarak dari mobil dengan tenda juga tidak begitu jauh. Ada apa deng
Sesuai janji, keesokan harinya jam sepuluh tepat Rena sudah berada di lobby apartemen.Sepuluh menit menunggu tapi Andra tak kunjung tiba dan Rena masih setia menunggu hingga jam menunjukan angka sebelas. Rena menghembuskan nafas lelah setelah lama menunggu, dia membuka aplikasi pesan tapi tidak ada satupun pesan dari Andra.Kalau saja Rena tunangan atau kekasih Andra yang sebenarnya, mungkin gadis itu sudah ribuan kali menghubungi dan menanyakan keberadaan Andra dan alasan kenapa pria itu terlambat menjemput tapi Rena bukan siapa-siapa jadi yang bisa dia lakukan hanya sabar dan tetap menunggu.Rena sama sekali tidak memiliki keberanian untuk menghubungi Andra, akhirnya dia pun memilih untuk pergi ke gerbang apartemen depan untuk memesan ojeg online. Baru satu langkah keluar dari pintu lobby, suara klakson mobil menarik perhatiannya. Mobil milik Andra tapi bukan mobil yang biasa Andra kendarai, si pria tampan nan kaya raya itu memiliki banyak koleksi mobil. Mobil yang sering
Dalam hidup hanya ada dua pilihan, hadapi atau tinggalkan. Berbeda halnya dengan masalah yang tengah Andra dan Rena alami saat ini, keduanya masih ragu padahal sesuatu sudah diputuskan. Rena dan Andra tidak mempunyai pilihan untuk meninggalkan dan kini keduanya harus menghadapi dan menjalani apa yang telah mereka putuskan. Malam ini udara begitu panas, mungkin sedang hujan deras di daerah lain. Rena membuka pintu jendela kaca menuju balkon. Sudah beberapa bulan menempati apartemen mewah milik sang calon suami kontrak, baru kali ini Rena menginjakan kakinya di balkon. Akhir-akhir ini, sang bankir cantik itu memang sedang sibuk menyiapkan pesta pernikahannya belum lagi bertepatan dengan akhir tahun di mana semua pegawai di kantornya sibuk untuk mengejar target akhir tahunan.Kedua tangannya terjulur memegang pagar balkon, Rena terpesona dengan keindahan kota Jakarta di malam hari, lampu-lampu kota serta mobil yang melintas di jalan raya terlihat seperti miniatur dari atas sini.
PAGI HARI DI RUMAH RENA"Ka … bangun! Itu tukang riasnya udah dateng, kita ‘kan mau acara siraman dulu! Gimana sih, pengantin kok males-malesan,” teriak ibu masuk ke dalam kamar Rena, membuka gorden lalu menarik selimut yang masih membalut anak sulungnya."Kakak capek, Bu … baru sampe tadi subuh, jalanan macet banget," keluh Rena menarik selimutnya kembali menutupi seluruh tubuh."Iiih gimana sih, ayo donk Kakak harus perawatan tubuh dulu ... biar besok malam pertamanya pooooolll!" Ibu menarik selimut yang menutupi tubuh Rena kemudian melipatnya."Jadi Kakak harus perawatan tubuh dulu atau siraman dulu?" tanya Rena malas, mendudukan tubuhnya dengan rambut berantakan."Siraman dulu, ayo!!" Ibu berkacak pinggang di depan Rena."Kalo gitu Kakak enggak usah mandi ya, Bu … langsung make up aja, ‘kan mau disiram juga nanti,” seloroh Rena lantas memamerkan deretan gigi putih bersihnya."Ya ampun Kaka ... ya mandi dulu atuuuh!" teriak ibu lagi sekencang tiba masjid, melempar bantal ke