“Sayang…Mas pergi.”Suara lembut sang suami membawa Rena kembali dari alam mimpi, matanya menyipit setelah mengerjap beberapa kali dan sosok pria tampan berhasil ditangkap indera penglihatannya.“Hem?” Rena bergumam seraya menggeliatkan tubuh.“Mas pergi ya, kamu tidur aja! Mas udah minta sarapan kamu dibawa ke kamar,” kata Andra disertai senyum hangat.Rena tertegun bingung, mulai merasa tidak berguna sebagai istri karena suaminya bangun terlebih dahulu.Biasanya dia tidak semalas ini, tapi seharian di mall dan malamnya bekerja lembur melayani Andra belum lagi perutnya yang sudah membesar membuat tenaga Rena terkuras habis.Mata Rena memindai pakaian yang dikenakan Andra karena biasanya dia lah yang menyiapkan kebutuhan suaminya setiap pagi.Semua sudah terpasang dengan baik dan rapih termasuk dasi. “Kenapa Mas enggak bangunin aku?” protes Rena dengan suara parau.“Enggak apa-apa…Sekali-kali Nyonya Gunadhya boleh bangun siang…,” balas Andra lembut kemudian mencondongkan tubuh
“Oh iya…Lia enggak kepikiran buat pesta baby shower …,” ujar Lia setelah dirinya memanggil pelayan untuk membawakan buku menu. “Om sama Tante udah makan?” Rena bertanya penuh perhatian tidak begitu tertarik dengan baby shower yang dibicarakan om Salim karena Baby Shower bagi keluarga Gunadhya akan semegah pesta pernikahan dan menurut Rena yang selalu berpikir hemat kalau itu hanya membuang-buang uang.“Belum…kita juga sekalian makan siang aja ya Pa, sebentar lagi event organizernya datang.” Tante Mery berujar kembali setelah menerima buku menu yang pelayan berikan.“Jadi Baby showernya mau diadakan di mana? Bandung atau Jakarta?” Om Salim masih keukeuh mengutarakan keinginannya.“Di Jakarta aja Om …,” jawab Amalia santai tanpa meminta persetujuan sang kakak.Sekilas, seperti Amalia yang menantu Gunadhya, sama halnya dengan Ricko yang selalu merespon dan lebih menonjol di keluarga tersebut sedangkan Andra hanya mengikuti.Mungkin Tuhan memang menjodohkan Amalia untuk Ricko.Om
“Mau kemana?” Pertanyaan dari pria yang sedang bertelanjang dada di atas tempat tidur menghentikan pergerakan Monica yang sedang memakai stelan blazernya. “Kerja, Do! Hari ini aku harus dampingin Andra presentasi! Adak klien dari Korea,” jawab Monica sambil melanjutkan merapihkan bagian depan blazer dengan mengusapnya menggunakan telapak tangan. “Aku udah siapin sarapan…,” imbuhnya lagi kemudian beralih pada lemari dengan deretan sepatu di dalamnya. Mengambil satu pasang yang sesuai dengan warna kemeja kemudian memakainya setelah itu Monica menyambar tas dari atas nakas di samping tempat tidur. “Aku pergi,” pamit Monica namun tidak semudah itu baginya untuk berangkat kerja karena seorang pria yang memaksa ingin menjadi kekasihnya ini menarik pergelangan tangannya hingga dia terduduk menyamping di pangkuan pria tampan tersebut. “Do!” Monica memekik. “Jangan lama-lama nanti aku rindu,” ucap Edward dengan tangan melingkar di pinggang Monica dan dagunya menumpu pada pundak wa
Seminggu sudah Rena dan Amalia tinggal di hotel dan kini kakak beradik itu telah kembali ke rumah masing-masing dan dibuat terpesona ketika melihat kamar bayi yang telah selesai direnovasi serta ditata apik kental dengan nuansa bayi yang lembut. Troly bayi pesanan sang suami yang konon katanya sama dengan anak dari Pangeran Wiliam sudah terpajang cantik di sudut ruangan, box bayi dari bahan kayu berwarna putih dan furniture mini lainnya memenuhi ruangan bayi yang memiliki pintu langsung ke kamar Rena itu sungguh menggemaskan. Hari-hari berikutnya sekembalinya dari hotel, Rena memang banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar ini. Sengaja Rena dan Andra meminta dokter kandungan untuk tidak memberitahu jenis kelamin dari sang buah hati agar menjadi kejutan untuk mereka berdua ketika bayi itu lahir nantinya. Maka ruangan kamar tersebut didesain unisex tidak condong pada jenis kelamin manapun. “Ren .…” Suara lembut seorang wanita membuat Rena menoleh kearah pintu ketika diriny
Setelah kehamilan istrinya memasuki trimester ketiga, Andra terlihat sering berada di rumah.Terakhir kali pria itu sibuk adalah ketika akan menyiapkan presentasi untuk klien besar dari Korea sebelum perayaan baby shower dua bulan yang lalu.Setelah itu Andra nampak pulang lebih awal dan pergi terlalu siang, belum lagi sudah tidak ada perjalanan bisnis keluar kota maupun keluar negri.Rena sedikit heran namun sejujurnya dirinya bahagia karena bisa sering bertemu dengan Papa dari bayi yang ada dalam kandungannya.Seperti saat ini ketika Rena melakukan kegiatan rutin setiap pagi yaitu membuat kue didapur, Andra menemaninya dengan segelas kopi dan macbook menampilkan portal berita online yang sedang dibacanya.Pria itu sudah mengenakan kemeja dan celana bahan seperti akan berangkat kerja namun sudah jam sembilan, Andra masih betah berlama-lama dengan sang istri.“Bikin kue apa hari ini?” Andra membuka suaranya setelah meletakan macbook di meja bar kitchen island.“Kue tart Mangga…” balas
“Widiiiih…gantengnya suami aku!” Rena berseru menggoda sang suami ketika baru saja keluar dari walk in closet dengan kemeja batik yang sama percis dengan kain yang melilit bagian bawah tubuhnya.Kain batik tersebut merupakan sarimbit yang diberikan Dio dan Mia untuk acara ngunduh mantu atau dalam adat betawi disebut pulang tiga hari hanya saja acara ini dilakukan setelah dua bulan mereka menikah karena terbentur satu dan lain hal maka hari ini acara tersebut akan di gelar di salah satu restoran di Jakarta.Andra mendengus kesal sambil menyisir rambutnya didepan cermin tidak merasa tersanjung sedikit pun dengan pujian sang istri pasalnya selain dirinya memang tampan, ia juga tengah kesal karena Rena yang memohon selama seminggu ini untuk mendatangi pesta ngunduh mantu yang diadakan pihak keluarga Dio.Menurut Andra karena dahulu mereka pernah datang pada akad nikah yang dilakukan di kampungnya Mia maka tidak perlu lah hari ini mereka juga harus datang ke acara ngunduh mantu.Tapi deng
“Ka…Ka Mia cantik ya!” pancing Lia ketika mereka mengantri untuk bersalaman kepada kedua mempelai pengantin.“Cantikan kamu, apalagi hamil kaya gini! Makin cinta deh!” balas Ricko menggombal, tidak terpancing dengan segala macam cara karena dirinya lebih berpengalaman menghadapi wanita.“Iiih…Gomball!” Lia mendengus sambil membuang tatapannya karena tidak ingin sang suami melihatnya sedang merona.Lia yang begitu polos selalu saja termakan segala bujuk rayuan gombal seorang Ricko yang merupakan perayu ulung, hatinya selalu menolak untuk tidak percaya maka setiap kesalahan Ricko pasti langsung dimaafkannya karena pria itu selalu bisa membuat hatinya berbunga-bunga.“Selamat ya Bro! Gue ga bisa dateng kemaren! Istri gue lagi hamil…” ucap Ricko kepada Dio sekaligus memberi kesan kepada Mia kalau dirinya telah move on bahkan sang istri tengah hamil buah cinta mereka.Masalah kehamilan Lia hasil dari hubungan terlarangnya dengan Adrian hanya keluarga saja yang tau, maka dengan begitu perca
Mobil Ricko dan Andra berhenti tepat di depan IGD, keduanya berlari kalang kabut untuk memanggil petugas medis agar segera memberikan pertolongan kepada istri mereka.Maka dengan sigap beberapa orang perawat membawa tempat tidur beroda memburu kedua wanita hamil yang masih berada didalam mobil.Setelah melakukan beberapa pengecekan, akhirnya Rena dan Lia langsung dimasukan keruangan bersalin yang bersebelahan.Andra dan Ricko masih menyelesaikan administrasi ketika Ibu dan Bapak juga Om Salim dan Tante Mery memasuki loby Rumah Sakit.Seperti biasa Tante Mery dengan kericuhannya berhamburan memburu Andra dan Ricko.“Dimana anak-anak Tante?” Tante Mery langsung bertanya sambil mengguncang tubuh Andra dan Ricko bergantian.“Di ruang bersalin Tan…” Ricko menyaut sedangkan Andra masih menegang kaku dengan segala pikiran di benaknya.Tante Mery langsung memutar tubuhnya untuk menghampiri kedua besan yang berjalan mendekat kemudian menggiring mereka menuju ruang bersalin.Didepan ruang bersa