Di depan Klinik itu David duduk bersimpuh menunggu Maryam. Seorang siswa perempuan keluar dari ruangan itu, David mendekatinya.
”Apa yang terjadi pada Maryam?” tanya David masih dengan sisa kepanikan di wajahnya.
”Dia masih belum sadar,” ucap perempuan itu.
David kembali terduduk. Wajahnya pias. Sesaat kemudian, Anggel ikut keluar. Jardon berdiri dari kursi di depan klinik, mereka mendekati David untuk memberinya kekuatan.
David hanya menunduk, tiba-tiba air matanya mengalir.
“Bisakah kalian meninggalkanku sendiri?”
”Kami khawatir padamu, Dave. Ini bukan kebiasaanmu,” bujuk Jardon.
“Kami tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini,” timpal Anggel.
”Tinggalkan aku. Aku mau sendiri. Kalian ingin aku menggunakan bahasa apa?” David setengah teriak.
”Dave, ada apa denganmu?” Jardon balas berteriak.
David beranjak lalu berlari me
Maryam mengenakan gaun muslim yang indah malam itu. Sebuah broch bermata mutiara kecil menghiasai jilbabnya dengan anggun. Wajahnya sedikit dipoles dengan make-up minimalis untuk memberikan kesan segar. Membuat kesan cantik wajahnya tak menghilang walau saat itu hatinya dirundung duka. David tak pernah hilang dari pikirannya. Semakin besar tekanan yang ia dapatkan dari ayahnya, semakin besar pula cintanya pada David. Padahal mereka sudah berakhir. Bayangan David semakin jelas di pelupuk matanya. Di mana-mana wajah David membayang. Menerornya tanpa ampun.Setelah semua siap, ibunya menuntunnya ke ruang makan. Sahabat ayahnya sudah menunggu di ruang makan bersama istri dan anak lelakinya, Khaled.Saat Maryam muncul, sahabat ayahnya yang bernama Husen menyambutnya dengan senyumanan bijak. Khaled sedikit memandang Maryam. Darah muda di dalam dirinya berdesir hebat. Maryam memiliki kecantikan yang memesona. Matanya yang sendu dan teduh dinaungi alis hitam
“Aku tahu,” sela Rushel. “Jika dia hanya gadis berkerudung biasa, kau tidak akan mengejarnya dan mengantarnya pulang.”“Kau juga tahu soal itu?” David kikuk. “Maafkan aku, Yah. Aku tidak bermaksud untuk berbohong.”“Aku tahu. Aku juga meminta maaf. Kau tidak perlu berbohong jika aku tidak mengintimidasimu.”“Kau tidak mengintimidasiku. Aku yang terlalu takut seseorang menghakimi Maryam lagi.”Rushel menatap David dengan sorot pura-pura tersinggung. “Apa aku terlihat seperti akan mengintimidasi gadismu?”“Ayah, maksudku.” David tak tahu bagaimana mengendalikan suasana canggung itu. Ia tertangkap basah. Tapi pada saat yang sama, perasannya jauh lebih lega. Dia tidak bisa mengelabui Rushel. Tidak akan pernah bisa. Lelaki itu yang membentuk dirinya. Mewariskan prinsip-prinsip hidupnya dan tabiat-tabiatnya. Kecuali soal berbohong.“Tenanglah, Dav
David terbaring lemah di ranjangnya. Menutup matanya. Tampak kelelahan. Maryam berusaha sekuat tenaga untuk tidak menampakkan kesedihan. Apalagai menangis. David yang merasakan ada langkah kecil yang menghampiri tempat tidurnya serta merta membuka mata. Bayangan Maryam belum seutuhnya tertangkap oleh pikiran sadarnya saat gadis itu memanggil namanya.”David….”David bangkit dari rebahnya. Dia berbohong jika mengatakan bahwa ia tidak menyukai kehadiran Maryam. Tapi Rushel telah meyakinkannya untuk berdoa. Dan doa yang sudah ia ulangi sejak tadi nampaknya mulai bekerja. Buktinya, ia bisa berkata dengan ketus pada Maryam.”Untuk apa kau ke mari? Aku ingin melupakanmu. Kalau kau di sini, aku tidak bisa melupakanmu seperti keinginanmu." David memalingkan wajahnya. Tak sedikitpun memandang gadis itu.”Aku ingin kau kembali ke kampus, Dave. Kau tidak bisa menyiksa dirimu seperti ini. Jangan buat aku merasa bersalah.”"
Jardon sengaja datang ke tempat David dengan menjinjing setumpuk buku.”Aku membawakan sesuatu untukmu, Teman!” Diletakkannya tumpukan buku yang sedari tadi dibawanya di atas kasur David. Beberapa buku Motivasi; ada Cara Menghilangkan Stress, Bangkit dari Pikiran yang Mengancam, Cara Mudah Menghilangkan Depresi Cinta, 10 Trik Melupakan Cinta, hingga buku Chicken Soup for the Soul. David hanya melirik sekilas tumpukan buku di sampingnya dan tetap melanjutkan lamunannya.”Ayolah sobat, aku benar-benar kehilangan dirimu. Ini bukan David yang kukenal sebelumnya.” Jardon jelas-jelas menunjukkan kekhawatirannya. ”Ini buku-buku bagus buatmu. Ayo kita praktikkan agar kau lepas dari derita cinta ini, Kawan. Ini, coba lihat, ini buku Sepuluh Trik Melupakan Cinta. Mari kita bahas dan praktikkan, Dave!” Jardon begitu antusias, namun David tetap bergeming, menoleh pun tidak.”Dave... Hello... Are you her
Mata David terbuka perlahan. Ia melihat ke sekelilingnya, sepertinya ia sedang berada di sebuah rumah yang sama sekali asing. Dirabanya keningnya, ada handuk kecil yang terasa dingin. Seseorang telah mengompres keningnya.”Kau sudah sadar?” ucap seorang wanita tua yang tiba-tiba muncul di dekatnya.”Di mana aku?” tanya David yang masih berbaring lemah di sofa empuk itu.”Kamu aman sekarang, kamu sedang berada di rumahku. Tadi kutemukan kamu sedang pingsan di jalanan. Supirku yang menggotongmu.” Wanita tua itu menjelaskan.”Maryam... Maryam... di mana Maryam?” tanya David panik. Ia mencoba untuk bangkit, tapi ia masih tak punya daya.”Maksudmu gadis yang pingsan bersamamu? Dia ada di sini. Tapi kondisinya masih lemah, dia ada di kamarku. Sepertinya dia harus dibawa ke dokter,” jawab wanita tua itu.”Tolong bawa aku ke tempatnya, aku ingin melihatnya!” Pinta David, matanya
Wanita tua itu terkejut begitu melihat sekelompok orang yang berpakaian hitam-hitam tiba-tiba memasuki rumahnya dengan kasar. ”Di mana Anda menyembunyikan gadis itu, Nyonya?” tanya si rambut cepak. ”Kalian siapa?” wanita tua itu panik. ”Dia anak dari majikan kami, kami harus membawanya pulang.
Jardon menemukan David yang sudah tidak sadarkan diri. Ada darah segar mengalir dari lubang hidungnya, begitu juga dengan keningnya yang memar dan memerah karena mengeluarkan darah. Tanpa membuang waktu, Jardon segera membawa sahabatnya itu ke rumah sakit terdekat.David segera mendapatkan pertolongan medis sesampainya di rumah sakit. Jardon berharap, dia tidak datang terlambt. Setelah beberapa jam terbaring dengan mata tertutup, David belum juga sadarkan diri. Padahal perawat sudah berkali-kali mengganti cairan infus yang mengalir di dalam pembuluh darah David.Rushel berdiri di dekat kepala David. Tak henti menatap wajah putranya. Beberapa biarawan juga turut berjaga di sekeliling David. Mereka melantunkan doa yang sama.David baru tersadar tiga hari setelahnya. Mata David bergerak-gerak, cahaya lampu menyilaukan matanya. Ia perlahan sadar begitu mendengar suara lirih ayahnya yang terus menyebut nama Tuhannya dalam tiap doanya.“Ayah....”
Ayah David keluar. Ditinggalkannya David sendirian di kamarnya agar ia bisa lebih tenang. Dalam kesendiriannya, David berdoa. ”Tuhan, kenapa jalan cinta ini begitu sulit? Tak ada wanita lain yang kucintai selain dia, Tuhan. Apakah aku harus berpaling dari-Mu, dan mencintai Tuhan yang disembah oleh Maryam? Hanya itu jalan satu-satunya agar aku bisa mendapatkan cinta Maryam, Tuhan. Apakah Kau akan marah padaku jika aku berpaling dari-Mu? Aku tahu, Engkau yang menyelamatkanku, Engkau yang mengantarkan aku pada ayah, hingga dia merawatku bersama biarawan-biarawannya, Engkau yang mengurus aku, Tuhan. Tidak, Engkau pasti akan marah besar padaku, Engkau pasti mengatakan aku ini hamba-Mu yang tak berbakti. Ampuni aku, Tuhan. Ampuni aku. Jika Engkau tak ingin aku mengkhianati-Mu, hilangkan rasa cintaku terhadap Maryam. Aku mohon, karena sampai kapan pun Maryam tak akan pernah jadi milikku.” Tergugu David berdoa sambil memegang salib yang tergantung di lehernya. ***