“Aku tahu,” sela Rushel. “Jika dia hanya gadis berkerudung biasa, kau tidak akan mengejarnya dan mengantarnya pulang.”
“Kau juga tahu soal itu?” David kikuk. “Maafkan aku, Yah. Aku tidak bermaksud untuk berbohong.”
“Aku tahu. Aku juga meminta maaf. Kau tidak perlu berbohong jika aku tidak mengintimidasimu.”
“Kau tidak mengintimidasiku. Aku yang terlalu takut seseorang menghakimi Maryam lagi.”
Rushel menatap David dengan sorot pura-pura tersinggung. “Apa aku terlihat seperti akan mengintimidasi gadismu?”
“Ayah, maksudku.” David tak tahu bagaimana mengendalikan suasana canggung itu. Ia tertangkap basah. Tapi pada saat yang sama, perasannya jauh lebih lega. Dia tidak bisa mengelabui Rushel. Tidak akan pernah bisa. Lelaki itu yang membentuk dirinya. Mewariskan prinsip-prinsip hidupnya dan tabiat-tabiatnya. Kecuali soal berbohong.
“Tenanglah, Dav
David terbaring lemah di ranjangnya. Menutup matanya. Tampak kelelahan. Maryam berusaha sekuat tenaga untuk tidak menampakkan kesedihan. Apalagai menangis. David yang merasakan ada langkah kecil yang menghampiri tempat tidurnya serta merta membuka mata. Bayangan Maryam belum seutuhnya tertangkap oleh pikiran sadarnya saat gadis itu memanggil namanya.”David….”David bangkit dari rebahnya. Dia berbohong jika mengatakan bahwa ia tidak menyukai kehadiran Maryam. Tapi Rushel telah meyakinkannya untuk berdoa. Dan doa yang sudah ia ulangi sejak tadi nampaknya mulai bekerja. Buktinya, ia bisa berkata dengan ketus pada Maryam.”Untuk apa kau ke mari? Aku ingin melupakanmu. Kalau kau di sini, aku tidak bisa melupakanmu seperti keinginanmu." David memalingkan wajahnya. Tak sedikitpun memandang gadis itu.”Aku ingin kau kembali ke kampus, Dave. Kau tidak bisa menyiksa dirimu seperti ini. Jangan buat aku merasa bersalah.”"
Jardon sengaja datang ke tempat David dengan menjinjing setumpuk buku.”Aku membawakan sesuatu untukmu, Teman!” Diletakkannya tumpukan buku yang sedari tadi dibawanya di atas kasur David. Beberapa buku Motivasi; ada Cara Menghilangkan Stress, Bangkit dari Pikiran yang Mengancam, Cara Mudah Menghilangkan Depresi Cinta, 10 Trik Melupakan Cinta, hingga buku Chicken Soup for the Soul. David hanya melirik sekilas tumpukan buku di sampingnya dan tetap melanjutkan lamunannya.”Ayolah sobat, aku benar-benar kehilangan dirimu. Ini bukan David yang kukenal sebelumnya.” Jardon jelas-jelas menunjukkan kekhawatirannya. ”Ini buku-buku bagus buatmu. Ayo kita praktikkan agar kau lepas dari derita cinta ini, Kawan. Ini, coba lihat, ini buku Sepuluh Trik Melupakan Cinta. Mari kita bahas dan praktikkan, Dave!” Jardon begitu antusias, namun David tetap bergeming, menoleh pun tidak.”Dave... Hello... Are you her
Mata David terbuka perlahan. Ia melihat ke sekelilingnya, sepertinya ia sedang berada di sebuah rumah yang sama sekali asing. Dirabanya keningnya, ada handuk kecil yang terasa dingin. Seseorang telah mengompres keningnya.”Kau sudah sadar?” ucap seorang wanita tua yang tiba-tiba muncul di dekatnya.”Di mana aku?” tanya David yang masih berbaring lemah di sofa empuk itu.”Kamu aman sekarang, kamu sedang berada di rumahku. Tadi kutemukan kamu sedang pingsan di jalanan. Supirku yang menggotongmu.” Wanita tua itu menjelaskan.”Maryam... Maryam... di mana Maryam?” tanya David panik. Ia mencoba untuk bangkit, tapi ia masih tak punya daya.”Maksudmu gadis yang pingsan bersamamu? Dia ada di sini. Tapi kondisinya masih lemah, dia ada di kamarku. Sepertinya dia harus dibawa ke dokter,” jawab wanita tua itu.”Tolong bawa aku ke tempatnya, aku ingin melihatnya!” Pinta David, matanya
Wanita tua itu terkejut begitu melihat sekelompok orang yang berpakaian hitam-hitam tiba-tiba memasuki rumahnya dengan kasar. ”Di mana Anda menyembunyikan gadis itu, Nyonya?” tanya si rambut cepak. ”Kalian siapa?” wanita tua itu panik. ”Dia anak dari majikan kami, kami harus membawanya pulang.
Jardon menemukan David yang sudah tidak sadarkan diri. Ada darah segar mengalir dari lubang hidungnya, begitu juga dengan keningnya yang memar dan memerah karena mengeluarkan darah. Tanpa membuang waktu, Jardon segera membawa sahabatnya itu ke rumah sakit terdekat.David segera mendapatkan pertolongan medis sesampainya di rumah sakit. Jardon berharap, dia tidak datang terlambt. Setelah beberapa jam terbaring dengan mata tertutup, David belum juga sadarkan diri. Padahal perawat sudah berkali-kali mengganti cairan infus yang mengalir di dalam pembuluh darah David.Rushel berdiri di dekat kepala David. Tak henti menatap wajah putranya. Beberapa biarawan juga turut berjaga di sekeliling David. Mereka melantunkan doa yang sama.David baru tersadar tiga hari setelahnya. Mata David bergerak-gerak, cahaya lampu menyilaukan matanya. Ia perlahan sadar begitu mendengar suara lirih ayahnya yang terus menyebut nama Tuhannya dalam tiap doanya.“Ayah....”
Ayah David keluar. Ditinggalkannya David sendirian di kamarnya agar ia bisa lebih tenang. Dalam kesendiriannya, David berdoa. ”Tuhan, kenapa jalan cinta ini begitu sulit? Tak ada wanita lain yang kucintai selain dia, Tuhan. Apakah aku harus berpaling dari-Mu, dan mencintai Tuhan yang disembah oleh Maryam? Hanya itu jalan satu-satunya agar aku bisa mendapatkan cinta Maryam, Tuhan. Apakah Kau akan marah padaku jika aku berpaling dari-Mu? Aku tahu, Engkau yang menyelamatkanku, Engkau yang mengantarkan aku pada ayah, hingga dia merawatku bersama biarawan-biarawannya, Engkau yang mengurus aku, Tuhan. Tidak, Engkau pasti akan marah besar padaku, Engkau pasti mengatakan aku ini hamba-Mu yang tak berbakti. Ampuni aku, Tuhan. Ampuni aku. Jika Engkau tak ingin aku mengkhianati-Mu, hilangkan rasa cintaku terhadap Maryam. Aku mohon, karena sampai kapan pun Maryam tak akan pernah jadi milikku.” Tergugu David berdoa sambil memegang salib yang tergantung di lehernya. ***
Khaled mengangkat wajahnya, ia terkejut sedikit dengan pertanyaan itu. “Islam?” tanya Khaled memastikan. “Ya, aku ingin mengetahuinya. Apa benar islam terkait dengan teroris seperti orang-orang bilang? Maksudku, aku benar-benar tidak setuju.” David tiba-tiba antusias membicarakannya. “Kami dia
David masih larut dalam kesedihan. Hatinya lirih berbisik dalam isak tangis.Maryam...Mengejarmu ibarat mengejar embun untuk mendapatkan tetesnya di udara, kau ibarat molekul-molekulnya yang bisa kurasakan namun tak bisa kuraih dan kugenggam.Bukan kau yang menyiksaku, Maryam.Tapi keadaanlah yang memaksaku demikian.Aku mati di sini.Aku memang masih bernafasTapi jiwaku pergi dan hilang mengejar sosokmu yang semakin menjauh.Aku rapuh,Serapuh bangunan-bangunan Romawi yang ditelan oleh masa, namun dia tetap tegak.Aku tak kuat, Maryam.Haruskah aku pergi meninggalkanmuKe sebuah tempat di mana aku tak bisa lagi memandang wajahmu, Maryam?Haruskah?Tapi semakin aku menjauhDan mencoba menghilang darimuJiwaku semakin dekatSedekat jari-jari yang tak pernah memisah.Maryam...Lihatlah aku disini!Aku bahkan kehilangan harga diriUntuk me