"Cinta, lihat!"Christian berseru sambil memperlihatkan dua buah dokumen kepada istrinya."Akta kelahiran Egi Erlangga?" Cinta mengambil dokumen itu dari tangan Christian.Semua orang terkejut mendengar ucapan Cinta. Mereka menunggu tanggapan sepasang suami istri tersebut.Ken mendadak salah tingkah. Dia beberapa kali melirik Jessy yang sedang menggigit bibirnya."Iーini?! Iーini?!"Cinta kehilangan kata-kata. Dia bingung. Dia langsung menangis sesegukan begitu melihat dokumen selanjutnya. Julian tidak sanggup melihat Cinta menangis. "Pa, kenapa?" Julian berdiri, lalu berjalan menuju Cinta. Dia meraih dokumen di tangan Cinta. Lalu, Julian pun dibuat terkejut. Kedua mata Julian membaca dengan cepat dokumen tersebut. Wajahnya tampak memperlihatkan sikap waspada dan tegang.Bagaimana pun juga, ini adalah berita besar. Benar! Berita besar bagi keluarga Hanindra yang terhormat di kota Paloma.Livy memanggil nama suaminya. "Julian? Itu dokumen apa?" Dia merasa ada yang tidak beres dengan
"Brengsek!" maki Jessy. Dia berbicara dengan nada rendah bahkan tidak terdengar oleh Ken yang berada di sebelahnya.Jessy yang semula marah karena perselingkuhan Ken dan Nacita, mendadak berubah ketakutan saat melihat Adnan. Jessy dan Adnan bermain mata. Kemudian, Jessy menunjuk pintu ruang makan dengan dagunya berharap Adnan akan pergi sesuai kehendaknya. Namun, Adnan tidak beranjak selangkah pun. Jessy semakin ketakutan. Dia juga panik. "Sialan! Mau apa sih dia?!""Anak kandung?" Christian kebingungan. Lalu, dia menatap Cinta. Cinta sama bingungnya seperti Christian. Dia menggeleng."Bener, Tuan Christian. Saya ke sini mau lihat anak saya. Apa dia tumbuh dengan baik? Apa Ibunya memperlakukan dia dengan baik? Karena Ibunya halangi untuk ketemu sama saya."Wajah Adnan tampak serius dengan kedua mata melotot. Dia memang berbicara dengan Christian, tetapi matanya tertuju pada Jessy seorang."Saya juga penasaran. Apa Ayah sambungnya tau jati diri dia sebenernya? Tapi, saya rasa ... si
Adnan sukses menyebutkan nama Azraf Hanindra. Dia tersenyum miring saat Jessy menatapnya dengan penuh kebencian.Jessy mengumpulkan sisa tenaga. Dia berteriak, "Pergi dari sini kamu, Adnan! Kamu diharamkan dateng ke sini!"Adnan mengabaikan Jessy. Sekarang, dia dan Kevan menunggu reaksi semua orang."Nggak mungkin!" seru Christian. Dia menyandarkan tubuhnya.Cinta melirik Azraf. Dia terkejut, lalu berseru, "Apa?! Azraf?! Ini nggak lucu! Jangan bercanda keterlaluan, Pak Adnan!"Itulah reaksi sepasang suami istri pemilik mansion indah Hanindra. Cinta kembali memijit keningnya. Sedangkan Christian mencoba tenang.Dabin mengambil tindakan. Dia mendekati Christian. Dia berbisik, "Tuan, tenanglah! Jangan sampai emosi menguras energi Anda!" Donita menutup mulutnya karena terkejut. Dia menatap Leon. "Aku nggak percaya, Leon. Gimana sama kamu? Apa kamu percaya?""Di dunia ini nggak ada yang mustahil, Donita. Bukti udah ada di depan mata. Kita tunggu aja bukti selanjutnya!"Jessy menatap wajah
Sementara itu di ruang makan keluarga Hanindra. Tidak seorangpun berbicara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hanya Adnan dan Nacita yang terlihat mengobrol."Christian, gimana cara kamu selesaikan masalah ini?" tanya Cinta memecahkan keheningan. Christian masih memikirkan solusi untuk permasalahan rumah tangga Ken dan Jessy. Sesekali dia melirik Adnan yang sedang mengobrol dengan Nacita.Dabin bertindak. Dia mendekati Christian. "Tuan, saya tau Anda masih ragu. Gimana kalo Anda gali informasi lebih banyak dari Pak Adnan? Mungkin Anda nanti bisa ambil keputusan setelah denger penjelasannya.""Mau tanya apalagi, Dabin? Semua udah jelas. Dia dan Jessy selingkuh saat Ken nggak ada." Christian tampak frustasi. Dabin mendengus. "Kita nggak punya banyak data tentang dia. Kalo gitu, biarin saya yang tanya-tanya dia. Gimana pendapat Anda?"Christian mengangguk setuju. Dabin kembali berdiri tegak di belakang kursi Christian. Dia menatap semua orang yang masih berada di ruang maka
"Apa?! Pak Adnan mau bawa Azraf pergi?! Apa Jessy bakalan ngasih izin?! Karena seorang Ibu punya hak asuh penuh atas anak-anaknya." Itu adalah respon Donita yang senantiasa memecah belah dan memperkeruh suasana. Kevan menatap Donita dari kursinya sambil menggeleng.Donita lanjut berbicara. "Tapi, ada baiknya juga sih kalo dia ikut Pak Adnan."Baru beberapa detik lalu Donita membela Jessy dan Azraf agar tetap tinggal di rumah keluarga Hanindra. Namun pada detik berikutnya, Donita langsung menjatuhkan Azraf. Dia memang seorang jenius yang mampu memainkan perasaan seseorang.Kafa yang sejak tadi hanya memperhatikan pun ikut bicara. Dia bertanya, "Kenapa begitu, Ma? Apa nggak masalah kalo Azraf pergi?" Kafa memberikan satu pertanyaan. Namun, Adnan tidak meresponnya, justru Cinta dan Christian menatapnya tajam.Cinta menegur Kafa. "Perhatikan kata-kata kamu, Kafa!" Menyadari posisinya tidak aman, Kafa segera meralat kalimatnya. "Maーmaafin Kafa, Nek! Maksudku gini ... selama ini kan Azr
"Azraf, kamu nggak harus bawa semua barang di sini," kata Kevan. "Aku bisa sewa orang untuk mengemasnya dan kirim ke apartemen Pak Adnan."Sekarang, Kevan berada di kamar Azraf bersama Adnan. Ziyad dan Angga mengawasi Nacita dan anaknya yang sedang berada di ruang keluarga."Nggak apa-apa, Kak. Aku cuma bawa baju dan perlengkapan kuliah aja kok."Azraf tidak ingin siapapun membantunya berkemas-kemas. Sesuai dengan permintaannya, Azraf memutuskan untuk tinggal bersama Adnan di apartemen. Keputusan ini tentu saja mengejutkan banyak orang. Di ruang makan tadi, Cinta tidak berhenti menangis. Dia berusaha membujuk Azraf agar tidak pergi. Namun dengan bantuan Kevan, Cinta berusaha tegar mengikhlaskan Azraf bersama ayah kandungnya. Ketika Azraf selesai, Adnan menatapnya sebentar.Adnan berdiri berhadapan dengan Azraf. Dia bertanya, "Azraf, boleh Ayah peluk kamu?" Kedua matanya berkaca-kaca. Azraf mengangguk. Kemudian, Adnan memeluk anaknya. Air mata mantan kapten pasukan khusus itu berjat
"Kejutan? Kejutan apa, Nek?" Azraf menaikan satu alisnya. Dia dan semua orang menunggu lanjutan kalimat Cinta. "Dabin, bawa ke sini!" seru Christian. Dabin membawa selembar kertas di tangannya. Christian memakai kacamata, lalu membacanya. Di sisi kanan Dabin, berdiri seorang pria bernama Erikson Core. Dia adalah ketua tim pengacara keluarga Hanindra yang baru. "Kertas yang saya pegang ini adalah surat pernyataan resmi bahwa Azraf Hanindra adalah Cucu angkat keluarga Hanindra."Jantung Azraf nyaris berhenti. Dia terlampau bahagia. Dia menatap Adnan. "Azraf boleh tinggal di rumah keluarga Hanindra semaunya. Saya dan Cinta tidak mencabut hak apapun terhadap Azraf, termasuk menggunakan nama belakang Hanindra."Gisele dan Magenta saling berpelukan. "Makasih, Kakek," kata Gisele. Sedangkan Magenta masih menangis di pelukannya.Kevan melirik Donita yang terlihat tidak senang. Namun berbeda dengan Livy yang menangis di pelukan Julian. "Ayah, apa maksud Kakek aku masih jadi bagian dari
Hari berikutnya di kantor pusat HHC kota Horizon, pulau Orion. Rapat dewan komisaris HHC sudah berlangsung selama 2 jam. Ada empat agenda rapat pagi ini. Yaitu pemberhentian jabatan Ken Hanindra, pengumuman transfer saham Christian dan Ken Hanindra, kembalinya Nacita ke tengah-tengah dewan komisaris dan pengumuman resmi jabatan Kevan.Agenda pertama berjalan dengan tegang. Hampir seluruh dewan komisaris tercengang saat mendapatkan fakta kesalahan fatal yang telah dilakukan Ken. Terlebih lagi, Ken diberhentikan dari posisi pemegang saham, direktur utama keuangan HHC dan direktur utama Orion Dreamland.Agenda ke-2 dan ke-3 berjalan dengan lancar. Kevan lega. Dia beberapa kali bermain mata dengan Adnan yang merupakan CEO HHC."Tuan, transfer saham atas nama Tuan Ken udah berhasil. Anda juga udah liat reaksi orang-orang. Apa Anda udah puas?"Itu adalah pertanyaan Ziyad. Dia melihat Kevan tidak berbicara sepanjang rapat.Kevan duduk diapit oleh Ziyad dan Maudy. Di depannya, Christian dudu