"Apa?! Pak Adnan mau bawa Azraf pergi?! Apa Jessy bakalan ngasih izin?! Karena seorang Ibu punya hak asuh penuh atas anak-anaknya." Itu adalah respon Donita yang senantiasa memecah belah dan memperkeruh suasana. Kevan menatap Donita dari kursinya sambil menggeleng.Donita lanjut berbicara. "Tapi, ada baiknya juga sih kalo dia ikut Pak Adnan."Baru beberapa detik lalu Donita membela Jessy dan Azraf agar tetap tinggal di rumah keluarga Hanindra. Namun pada detik berikutnya, Donita langsung menjatuhkan Azraf. Dia memang seorang jenius yang mampu memainkan perasaan seseorang.Kafa yang sejak tadi hanya memperhatikan pun ikut bicara. Dia bertanya, "Kenapa begitu, Ma? Apa nggak masalah kalo Azraf pergi?" Kafa memberikan satu pertanyaan. Namun, Adnan tidak meresponnya, justru Cinta dan Christian menatapnya tajam.Cinta menegur Kafa. "Perhatikan kata-kata kamu, Kafa!" Menyadari posisinya tidak aman, Kafa segera meralat kalimatnya. "Maーmaafin Kafa, Nek! Maksudku gini ... selama ini kan Azr
"Azraf, kamu nggak harus bawa semua barang di sini," kata Kevan. "Aku bisa sewa orang untuk mengemasnya dan kirim ke apartemen Pak Adnan."Sekarang, Kevan berada di kamar Azraf bersama Adnan. Ziyad dan Angga mengawasi Nacita dan anaknya yang sedang berada di ruang keluarga."Nggak apa-apa, Kak. Aku cuma bawa baju dan perlengkapan kuliah aja kok."Azraf tidak ingin siapapun membantunya berkemas-kemas. Sesuai dengan permintaannya, Azraf memutuskan untuk tinggal bersama Adnan di apartemen. Keputusan ini tentu saja mengejutkan banyak orang. Di ruang makan tadi, Cinta tidak berhenti menangis. Dia berusaha membujuk Azraf agar tidak pergi. Namun dengan bantuan Kevan, Cinta berusaha tegar mengikhlaskan Azraf bersama ayah kandungnya. Ketika Azraf selesai, Adnan menatapnya sebentar.Adnan berdiri berhadapan dengan Azraf. Dia bertanya, "Azraf, boleh Ayah peluk kamu?" Kedua matanya berkaca-kaca. Azraf mengangguk. Kemudian, Adnan memeluk anaknya. Air mata mantan kapten pasukan khusus itu berjat
"Kejutan? Kejutan apa, Nek?" Azraf menaikan satu alisnya. Dia dan semua orang menunggu lanjutan kalimat Cinta. "Dabin, bawa ke sini!" seru Christian. Dabin membawa selembar kertas di tangannya. Christian memakai kacamata, lalu membacanya. Di sisi kanan Dabin, berdiri seorang pria bernama Erikson Core. Dia adalah ketua tim pengacara keluarga Hanindra yang baru. "Kertas yang saya pegang ini adalah surat pernyataan resmi bahwa Azraf Hanindra adalah Cucu angkat keluarga Hanindra."Jantung Azraf nyaris berhenti. Dia terlampau bahagia. Dia menatap Adnan. "Azraf boleh tinggal di rumah keluarga Hanindra semaunya. Saya dan Cinta tidak mencabut hak apapun terhadap Azraf, termasuk menggunakan nama belakang Hanindra."Gisele dan Magenta saling berpelukan. "Makasih, Kakek," kata Gisele. Sedangkan Magenta masih menangis di pelukannya.Kevan melirik Donita yang terlihat tidak senang. Namun berbeda dengan Livy yang menangis di pelukan Julian. "Ayah, apa maksud Kakek aku masih jadi bagian dari
Hari berikutnya di kantor pusat HHC kota Horizon, pulau Orion. Rapat dewan komisaris HHC sudah berlangsung selama 2 jam. Ada empat agenda rapat pagi ini. Yaitu pemberhentian jabatan Ken Hanindra, pengumuman transfer saham Christian dan Ken Hanindra, kembalinya Nacita ke tengah-tengah dewan komisaris dan pengumuman resmi jabatan Kevan.Agenda pertama berjalan dengan tegang. Hampir seluruh dewan komisaris tercengang saat mendapatkan fakta kesalahan fatal yang telah dilakukan Ken. Terlebih lagi, Ken diberhentikan dari posisi pemegang saham, direktur utama keuangan HHC dan direktur utama Orion Dreamland.Agenda ke-2 dan ke-3 berjalan dengan lancar. Kevan lega. Dia beberapa kali bermain mata dengan Adnan yang merupakan CEO HHC."Tuan, transfer saham atas nama Tuan Ken udah berhasil. Anda juga udah liat reaksi orang-orang. Apa Anda udah puas?"Itu adalah pertanyaan Ziyad. Dia melihat Kevan tidak berbicara sepanjang rapat.Kevan duduk diapit oleh Ziyad dan Maudy. Di depannya, Christian dudu
Hari-hari berikutnya di rumah besar keluarga Hanindra. Kevan risih dengan banyaknya hadiah yang datang. Semua hadiah itu kiriman dari dewan komisaris, jajaran dewan direksi juga pejabat tingkat bawah di perusahaan Hanindra Holdings Company. "Tuan, semua hadiah ini mau diapain?" tanya Ziyad kebingungan. "Apa semua orang kayak gini?" Kevan balik bertanya. "Maksudnya, Van?" Angga terlihat kebingungan. "Liat aja!" Kevan menunjuk tumpukan hadiah di sudut ruang tidur. Ziyad paham dengan sikap Kevan yang sejak dulu tidak suka kemewahan."Dari buket bunga, barang-barang branded sampai mobil mewah di garasi. Aku nggak butuh semuanya, Angga."Kevan kesal. Dia berdiri di bawah jendela yang terbuka menghisap rokoknya.Ziyad menjawab pertanyaan Kevan. "Anda baru aja naik posisi ke pemegang saham terbesar di HHC. Sekarang Anda juga punya wewenang Wakil komisaris Utama. Siapapun pasti berlomba-lomba untuk menjilat Anda.""Masuk akal," kata Angga. "Inget, Van! Kamu tuh sekarang udah punya jabat
Kali ini, Gisele menangis. Kevan melihatnya. Kevan menahan emosi. Karena bagaimana pun juga, Gisele pernah menyakiti hati Kevan. Jadi, Gisele harus mendapatkan karmanya.Adam celingak-celinguk. Setelah memastikan keadaan aman, dia mendorong Gisele ke dinding kasar yang tidak bercat.Brak!"Ahhh, bajingan!"Gisele berteriak sambil menangis. Dia meringis menahan sakit. Adam mengapit rokoknya di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Dia membawa kedua tangan Gisele ke atas. Tenaga Adam yang kuat membuat Gisele pasrah. Dia tidak bisa melawannya."Aku kasih dua opsi buat kamu. Gugurin anak ini dan kita berakhir atau aku bakal nikahin kamu, tapi dengan syarat. Gimana? Mau tau syaratnya, nggak?!"Gisele yang lemah mengangguk. Wajah keduanya begitu dekat hingga Gisele bisa merasakan kehangatan nafas Adam yang memiliki aroma rokok kuat. Sebelum menjawab, Adam menempelkan bibirnya ke bibir Gisele. Dia melumat bibir Gisele dengan kasar dan tanpa ampun. Gisele ingin menolak
"Van, kamu lama banget!" Angga menegur Kevan yang baru datang. Dia berdiri di samping mobil mewah Kevan bersama Ziyad. Wajah kedua orang kepercayaan Kevan itu cemas.Kevan datang sambil menggendong Gisele yang masih menangis di dadanya. Merasa telah terjadi sesuatu yang buruk pada Gisele, Ziyad bertanya, "Nona Gisele kenapa, Tuan?" "Buka pintu mobil!"Angga membuka pintu mobil dalam sekejap. Kevan masuk ke mobil bersama Gisele. "Sekarang jam berapa?"Angga melirik jam tangan pemberian Kevan tadi. "Hampir jam 6 sore," jawabnya. "Oke, masih keburu. Cepet jalan ke Hanindra Orion Hotel sekarang!"Angga dan Ziyad mengangguk. Angga menutup pintu mobil, sedangkan Ziyad berlari memutari mobil menuju kursi sopir.Tidak lama, mobil melaju dengan bebas di jalan raya. Kevan memperhatikan penampilan Gisele yang terlihat berantakan dan menyedihkan."Jangan cengeng!"Kevan menyentil dahi Gisele hingga membuat perempuan hamil itu tersentak. Kevan tertawa melihat ekspresi Gisele."Kaーkamu ...."G
Kevan menatap wajah memohon Gisele. Dia tidak tega, tetapi semua ini dia lakukan demi kebaikan Gisele. "Jangan takut dan jangan cemas sama hal-hal yang belum pasti terjadi! Di masa depan, kamu harus kuat demi bayi!"'Demi bayi? Demi apa Kevan punya pikiran kayak gitu? Bahkan aku aja nggak sampai mikirin ke arah sana!'Itu adalah isi pikiran Gisele. Reputasi Gisele yang dulu sudah berubah. Gisele yang sekarang hanyalah perempuan hamil yang tidak memiliki seorang suami. "Aku terima tawaran kamu, Van. Tapi, apa Nenek bakalan setuju aku ke luar negeri?"Kevan akhirnya tersenyum. Oh, Ziyad dan Angga tahu makna senyuman Kevan. "Kamu ngeraguin kemampuan aku, Gisele?"Kevan melihat senyum tipis mengembang di bibir Gisele. "Pergi ke Pink Beach Island di negara King's Island. Aku ada vila di sana. Kamu dan anakmu bisa tinggal di sana selama yang kamu mau."Kedua mata Gisele melotot sempurna. Wajahnya memerah. Dia duduk tegak menatap Kevan dengan bingung. "Pink Beach Island?! Yang bener, Va