Anjas segera menaruh ponsel di atas meja sebelum Zeira melihatnya. Ia berpura-pura melangkah menuju kamar mandi dan melewati Zeira. Di sisi lain, Zeira meraih ponsel sebelum naik ke atas tempat tidur lalu membaringkan tubuh."Pesan Susan" ucap Zeira setelah menyadari sebuah pesan masuk di ponselnya.*Ra, kamu lagi sibuk gak ? Bisa gak, aku telpon kamu* isi pesan Susan.Tanpa membalas, Zeira segera menghubungi Susan. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di hatinya, sebab Susan tidak biasanya menghubunginya malam seperti ini.*Iya Ra* sahut dari seberang sana, ketika panggilan terhubung.*Ada apa San ? Maaf, aku baru lihat pesan kamu* balas Zeira.*Tadi pagi Bella ke kantor pak Anjas ya ?* Tanya Susan.Pertanyaan Susan membuat Zeira sedikit bingung, "aku gak tahu San, soalnya hari ini aku gak kerja. Aku lagi kurang enak badan**Kamu sakit apa ?* Terdengar suara cemas dari seberang.*Gak sakit sih, hanya tidak enak badan saja. Maklum aja, cuaca saat ini lagi gak bersahabat" jawab Zeir
Sebelum meninggal apartemen menuju kantor agama, Susan kembali bertanya pada Zeira. Ia tidak mau jika suatu saat Zeira menyesal dengan tindakannya sendiri."Ra, kamu udah yakin mau gugat cerai pak Anjas ?" Tanya Susan dengan lembut."Sudah San, dulu aku bertahan hanya karena ibuku dan Azka yang masih terlalu kecil. Tapi sekarang Azka sudah hampir 3 tahun dan ibuku sudah tiada" jawab Zeira."Baiklah kalau begitu" Susan menutup mulut dan tidak bertanya lagi. Keduanya meninggalkan kamar menuju parkiran apartemen. Sepanjang perjalanan Susan tidak berhenti memberi Zeira semangat. Tetap ia gagal fokus saat wajah Zeira berubah ketika ditanya tentang cinta."Ra, kamu jujur ya ? Kamu cinta gak sama pak Anjas ?" Tanya Susan.Zeira sulit untuk menjawab, ia terlihat bingung dan ragu-ragu."Kamu jujur saja Ra, tolong jangan sembunyikan apapun dariku" desak Susan. Melihat dari logat Zeira, Susan sudah bisa menebak kalau sahabatnya itu telah jatuh cinta."Aku tidak tahu ini adalah cinta atau tidak
Anjas sudah dua jam tiba di kediaman Wijaya, tetapi Zeira tak kunjung pulang. Entah ke mana wanita cantik itu pergi, hingga malam seperti ini belum juga pulang.Anjas yang duduk di balkon selalu menatap ke arah gerbang, berharap taksi langganan Zeira muncul di sana. Ingin rasanya menghubungi Zeira, tetapi egonya melarang. Sementara di tempat lain, Zeira sedang menagis meresapi hidupnya yang tak pernah bahagia sejak ia kecil hingga saat ini. Entah dosa apa yang ia lakukan hingga Tuhan memberikan cobaan tiada akhir."Ra, aku bukannya mengusir kamu pergi dari sini. Tapi, sebaiknya kamu kembali ke kediaman Wijaya, kasihan Azka pasti sudah menunggumu sejak pagi" Susan membujuk Zeira untuk kembali ke kediaman Wijaya. Ia bingung harus berbuat apa, di satu sisi ia tidak ingin Zeira berpisah dari Anjas. Karena Anjas lah cinta pertama Zeira, dan sahabatnya itu terlihat sangat mencintai suaminya. Di sisi lain, Susan tidak tega melihat Zeira tersiksa dan tersakiti oleh sikap Anjas yang tidak pe
Azka yang berlari dari pintu utama tanpa sengaja menabrak Riana yang sedang melangkah menuju ruang tamu."Anak tidak tahu etika" geram Riana. Ia menatap sinis Azka yang membuat anak menggemaskan itu meringkuk ketakutan.Sementara itu Zeira sengaja mempercepat langkahnya menghampiri Azka, "ada apa sayang ?" Tanya Zeira.Raut wajah Azka sedih sambil berbicara, "aku tidak sengaja menabrak Oma, mamah" "Minta maaf sama Oma sayang" dengan tulus Zeira meminta anaknya untuk minta maaf pada Riana. Walupun ia sudah tahu kelicikan Riana, Zeira tetap menanamkan sikap sopan santun kepada putranya, dengan meminta maaf atas kesalahannya."Oma" panggil Azka dengan menyodorkan tangan kepada Riana."Aku geli berjabat tangan dengan anak pelacur" Seketika darah Zeira mendidih mendengar ucapan Riana. Ibu mana yang tidak sakit hati saat seseorang menghina anaknya. "Hei...." Zeira mengangkat tangan dan menunjuk satu jari ke wajah Riana. "Putraku bukan anak pelacur, dia hanya memiliki satu ayah dan satu i
"Ada apa tuan ?" Tanya Indri ketika Anjas masuk ke dapur."Di mana Zeira ?" Anjas balik bertanya."Oh, itu tuan...." Anjas menyela ucapan Indri, "itu apa ?""Nyonya pergi bersama tuan muda, tuan" Tanpa menjawab, Anjas meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi seseorang. *Kamu di mana ?* Tanya Anjas setelah sambungan teleponnya terhubung.*Saya sudah dalam perjalanan tuan* suara dari seberang sana.*Perjalanan ke mana ? Cepatlah kembali* Anjas memutuskan sambungan telepon dengan kesal. Hanya menunggu 10 menit, Asep sudah tiba di kediaman Wijaya. Ia bergegas masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan mobil.Tatapan Anjas yang begitu tajam menatapnya, membuat pria paruh baya itu guguk sekaligus takut. Namun Asep tetap melangkah menghampiri Anjas dan tertunduk sopan sebelum membuka mulut."Maaf tuan, aku pergi tanpa meminta izin" ucap Asep dengan rasa bersalah."Apa kamu melihat Zeira ?" Anjas langsung bertanya.Asep menegakkan kepala, "saya baru mengantar nyonya dan tuan muda ke
"Apa kamu bangga setelah dipanggil ibu ?" tanya Anjas setelah mereka tiba di ruangannya.Zeira memalingkan wajah menatap Anjas yang duduk di kursi kerajaan, "tidak" ucapnya dan kembali membersihkan wajah Azka yang terkena coklat."Baguslah" sahut Anjas.Ruangan itu kembali hening, Zeira mengajak Azka ke kamar untuk bermain di sana. Sedangkan Anjas fokus pada pekerjaannya.Tok....tok....tok....."Masuk" sahut Anjas dari dalam."Permisi pak" Saddam menjulurkan kepala dari balik pintu, ia melangkah menghampiri Anjas lalu menaruh map di atas meja."Ini laporan bulan ini pak" ucapnya. Bibirnya berbicara tetapi matanya bergerak liar mencari keberadaan Zeira.Anjas yang memperhatikan Saddam, lantas bertanya. "Kamu lihat apa Saddam ?"Seketika Saddam gugup, "oh... Tidak pak" "Kalau begitu pergilah" Anjas meminta Saddam ke luar. Anjas bertanya bukan tidak tahu kalau Saddam mencari keberadaan Zeira. Tapi ia enggak untuk menegurnya.Tanpa terasa satu hari telah berlalu, Zeira dan Anjas kembal
Dua hari telah berlalu, walaupun Zeira melarang Anjas untuk memberikan uang kepada Riana, tetapi pria tampan itu tetap memberikannya. Bahkan uang yang diberikan Anjas lebih dari jumlah yang diminta oleh Riana. Semua itu Anjas lakukan untuk menantang Zeira, yang ia anggap serakah dan sok berkuasa.Tentu Riana tersenyum puas karena Anjas semakin membenci Zeira. Tidak disangka hanya karena meminta uang, sepasang suami istri itu jadi berdebat. Kali ini Riana sangat beruntung, sekali tembak dua yang kena.Riana dan Armel sedang berbahagia menikmati uang yang diberikan Anjas. Sesungguhnya Armel tidak mengalami kecelakaan dan masuk rumah sakit. Itu semua hanya sandiwara Riana untuk mendapatkan uang dengan jumlah yang banyak dari Anjas.Tentu sandiwara itu diketahui Zeira, itu sebabnya ia minta ikut ke Singapura bersama Riana dan melarang Anjas memberikan uang. Tetapi kali ini ia harus membiarkan rencana Riana berhasil menipu Anjas, demi kelancaran rencananya untuk mendapatkan bukti."Bi, car
Anjas berdiri di balkon sambil menatap mobil yang membawa Zeira meninggalkan gerbang istana Wijaya menuju rumah sakit.Anjas meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Asep untuk segera menemuinya. Hanya hitungan menit, Asep sudah tiba di ruang kerja Anjas."Asep, apa kamu mengetahui sesuatu ?" Tanya Anjas.Tentu Asep bingung dengan pertanyaan tuannya, "maksud tuan ?" Asep justru balik bertanya.Anjas menatap Asep, "tentang apa yang terjadi di keluarga ini" ucapnya.Asep terlihat gugup dan salah tingkah, "aku tidak tahu apa-apa tuan, yang aku tahu ! Selama dua hari ini nyonya dan bibi Indri menggeledah kamar nyonya Riana" "Cari tahu tentang Riana" perintah Anjas."Siap tuan" Asep menunduk sopan sebelum pergi.Sementara di tempat lain, Zeira syok mengetahui apa yang terjadi kepada Susan dan ayahnya. Ia memeluk sahabatnya itu dengan penuh kasih sayang."Kamu yang sabar ya San ? Semua masalah pasti ada jalan keluarnya" ucap Zeira untuk menenangkan Susan."Dari awal, aku sudah meng