Mata Zeira yang tadinya terpejam tiba-tiba terbuka sempurna saat mendengar Anjas berbisik di telinganya, "aku menikahi kamu bukan untuk memuaskan nafsumu, tetapi aku menikahi kamu karena permintaan putraku Azka"Zeira mematung, kata-kata itu sangatlah menyakitkan seperti kris menancap di dada hingga menembus jantung, yang membuat Zeira lemah dan tak berdaya. Bahkan Anjas sudah 10 menit pergi ke luar dari kamar, tetapi wanita cantik itu masih tetap berbaring di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun.Suara gemuruh dari luar menyadarkan Zeira dari lamunannya, ia bangkit dari tempat tidur melangkah menuju lemari dan meraih piyama untuk ia pakai malam ini."Ya Tuhan, aku ikhlas menerima semua cobaan yang engkau berikan padaku. Tetapi aku mohon kepadamu, berilah aku kekuatan untuk menjalaninya" ucap Zeira dengan nada lembut dan nyaris tidak terdengar.Ia mengusap air mata dari kedua pipi, lalu bergegas meninggalkan kamarnya dan masuk ke kamar Anjas. Sebenarnya Zeira kembali ke kamarnya hanya
Sementara di tempat lain, Anjas sedang duduk bersandar di kursi kerajaannya. Entah mengapa kata-kata Hendrawan berputar-putar di kepalanya seperti baling-baling pesawat. Hati kecilnya tidak terima jika Zeira disebut wanita murahan yang tidak jelas asal usulnya. "Ah, untuk apa aku memikirkan wanita itu. Dia tidak penting bagiku, yang penting itu adalah Azka putra kesayanganku" ucap Anjas untuk menepis pikirannya yang memikirkan Zeira sejak tadi.Berbeda dengan Zeira yang sedang sibuk membantu pelayan memindahkan barang-barangnya ke kamar Anjas. Sebenarnya barang Zeira tidak begitu banyak, hanya beberapa pasang sepatu, tas, pakaian serta peralatan kosmetik."Apa lemarinya tidak perlu dipindahkan paman ?" Tanya Zeira kepada Asep."Tidak perlu nyonya, lemari itu khusus untuk nyonya" jawab Asep sambil menunjuk ke arah lemari yang terletak di samping lemari Anjas. Memang dua hari yang lalu Asep sudah memesan dua lemari untuk Zeira. Satu untuk pakaian dan satu lagi untuk tas."Oh baiklah pa
Satu Minggu telah berlalu, Zeira menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia tetap bekerja sebagai OB dan menjadi istri saat di kediaman Wijaya. Setiap hari wanita cantik itu terlihat ceria dan tersenyum saat bertemu dengan orang-orang, namun di dalam sana hatinya sedang hancur berkeping-keping.Bagaimana tidak hancur ? Selama satu Minggu ini Maria tidak mau menerima telepon darinya, ditambah lagi Anjas yang sama sekali tidak memperlakukannya layaknya seorang istri. Mereka sudah satu Minggu menikah tetapi Anjas tidak pernah menyentuhnya.Seperti pagi ini, Zeira sedang sibuk menyiapkan keperluan Anjas. Memang hari ini adalah hari Minggu, tetapi pria tampan itu harus pergi menemui kliennya yang baru tiba dari luar kota."Apa kamu tidak mandi ?" Tanya Anjas sambil merapikan dasi."Iya pak, aku pasti mandi setelah bapak berangkat ke kantor" jawab Zeira dengan hormat. Wanita cantik itu sedang merapikan tempat tidur, sebab Azka baru saja bangun dan pergi ke kamarnya bersama baby sitter untuk m
Zeira menempelkan kunci yang berbentuk kartu yang ada di tangannya ke pintu. Ia masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi ranjang. Tetapi matanya mengecil dan keningnya berkerut saat melihat ada satu bungkus rokok di atas meja.Zeira bangkit dari tempatnya, melangkah menuju meja, "ini rokok siapa ? Apa Sarah menginap dengan pria di kamar ini ?" Ucap Zeira bertanya kepada dirinya sendiri."Bukan Sarah, tapi aku Zeira" tiba-tiba terdengar suara dari pintu.Zeira memutar tubuh menghadap arah datangnya suara, "kamu" ucapnya setelah melihat yang berdiri di pintu itu adalah Bella dan Armel."Ya, ada apa ? Apa kamu terkejut ? Atau kamu takut ?" Sahut Bella dengan berbagai pertanyaan.Bella dan Armel melangkah menghampiri Zeira, "akhirnya kamu datang juga" bisik Bella sambil melewati Zeira."Maaf, aku harus pergi" Zeira berusaha melangkah tetapi tangan Armel tiba-tiba menarik tangannya."Tunggu dulu Zeira, kenapa buru-buru" ucap Armel.Zeira berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Armel, "t
"Aku tidak perlu mendengar ucapan kamu Zeira. Aku sudah melihat dengan mataku sendiri !" Bantah Anjas."Kamu harus mendengarkan aku pak, semua yang kamu lihat itu tidak seperti yang kamu bayangkan" Zeira berusaha untuk mengatakan yang sebenarnya, kalau ia dijebak oleh Bella dan Armel. Tetapi Anjas tidak memberinya waktu untuk berbicara.Anjas menundukkan tubuh kekarnya lalu mencengkram kedua pipi Zeira, "dengar baik-baik wanita jalang, jangan pernah berpikir untuk menghancurkan aku, karena aku tidak sebodoh yang kamu bayangkan. Aku tahu kalau kamu dan Armel memiliki hubungan dan sekongkol untuk merusak nama baikku" ucapnya.Zeira menggelengkan kepala untuk membantah ucapan Anjas. Wanita cantik itu hanya bisa menagis dan tidak bisa berbicara karena Anjas mencengkram kedua pipinya dengan kasar."Aku tidak pernah berpikir kalau putraku pewaris Wijaya akan terlahir dari wanita murahan seperti kamu. Tapi untuk itu ! Terima kasih karena kamu sudah melahirkan Azka, dan mulai hari ini kamu ti
"Kan kamu yang memintaku datang kemari" jawab Bella.Anjas menggelengkan kepala, "kapan aku memintamu datang kemari ?" Ucapnya."Coba lihat ponsel kamu" Bella meraih ponsel dari atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur, lalu menyodorkannya kepada Anjas. "Ini, coba lihat ! Kamu ada gak menghubungi aku"Anjas mengusap layar ponselnya dan melihat ada 2 panggilan ke luar yaitu ke nomor Bella. "Aku ke kamar mandi dulu" Anjas bangkit dari ranjang melangkah menuju kamar mandi.Sementara Bella hanya tersenyum melihat Anjas menghilang di balik pintu. Wajah wanita cantik itu terlihat bersinar karena bahagia. Bagaimana Bella tidak bahagia ? Apa yang ia rencanakan dengan Armel dan Riana berjalan dengan sempurna. Ditambah lagi dengan kondisi Anjas mabuk parah yang membuat semuanya semakin mudah.Setelah Anjas ke luar dari kamar mandi, pria tampan itu melangkah menuju meja makan. Kaki jenjangnya melangkah menuruni anak tangga dan matanya tertuju ke depan, tetapi otaknya memikirkan apa yang
"Ow..... ternyata kamu sudah mulai bermain-main" ucap Bella sambil menatap layar ponsel Indri."Ada apa sih ?" Armel mendekati Bella untuk melihat apa yang ada di layar ponsel Indri.Tanpa berbicara, Armel langsung mencengkeram lengan Indri dengan kasar, "aku akan mematahkan tanganmu jika kamu berani membuka mulut" ucapnya dengan tegas."Jika Anjas sampai mengetahuinya ! Itu sudah pasti ulah kamu. Dan siap-siaplah untuk menjadi santapan binatang buas" lanjut Armel mengancam Indri."Maaf, maaf tuan" mohon Indri sambil meneteskan air mata."Hancurkan ponselnya" perintah Riana setelah melihat rekaman video yang ada di ponsel Indri."Itu sudah pasti mah" sahut Bella."Jangan nyonya, tolong jangan hancurkan ponselku" protes Indri sambil memohon. "Silahkan jika nyonya menghapus videonya, tapi tolong jangan menghancurkan ponselnya"Riana mencengkram kedua pipi Indri, "berani sekali kamu mematai aku. Apa kamu tidak ingin lagi melihat ibu dan anak-anakmu ?" "Jangan, jangan nyonya. Mereka tida
Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu membangunkan Anjas di pagi hari."Siapa sih" gerutu Anjas. Ia turun dari ranjang melangkah untuk membuka pintu."Permisi tuan" ucap Asep dari balik pintu."Hm...ada apa ?""Di luar banyak karangan bunga pak ?" Jawab Asep.Anjas mengerutkan kening, "karangan bunga ?" Ucapnya sambil bertanya."Iya tuan"Anjas memutar tubuh, ia melangkah menuju balkon. Dari sana pria tampan itu melihat karangan bunga berbaris sepanjang jalan. Rasa kesal dan penasaran membuat Anjas ke luar dari kamar untuk melihat karangan bunga itu lebih dekat."Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya ibu Maria Selena. Dari perusahaan Tiga Putra" ucap Anjas sambil membaca tulisan papan bunga yang ada di hadapannya."Apa-apaan ini ? Apa mereka sudah gila mengirim karangan bunga ke tempat ini ?" Kesal Anjas.Wajar saja Anjas berkata seperti itu, sebab sampai saat ini ia tidak tahu siapa nama ibu Zeira atau ibu mertuanya. Anjas berpikir kalau orang yang mengirimkan