"Ini tidak adil, dan aku benar-benar tidak percaya. Coba bayangkan, menantu mendapat warisan sedangkan istri tidak mendapat warisan" protes Riana."Posisi kamu dengan Zeira, itu jauh berbeda. Kamu hanya istri sirih, sedangkan Zeira istri sah" ucap Anjas yang membuat semuanya terdiam. Anjas sudah muak mendengar ocehan Riana sejak tadi. "Seharusnya anda berterima kasih karena putra anda sudah mendapatkan 20 persen. Bukan malah protes dan banyak menuntut seperti ini" lanjutnya dengan tegas."Saya rasa apa yang dikatakan pak Anjas itu sudah cukup jelas. Jadi sekarang tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi" timpal pengacara.Pertemuan itu pun berakhir setelah masing-masing menandatangani hak miliknya dan disaksikan oleh petugas pengadilan...........................Satu Minggu telah berlalu, penghuni kediaman Wijaya masih berduka atas kepergian Gunawan untuk selamanya. Tetapi pagi ini Anjas sudah memutuskan untuk masuk kantor. Berdiam diri di rumah hanya membuatnya semakin terpuruk dalam
"Ta.....ta...tapi pak, ini tidak seperti yang bapak bayangkan" ucap Zeira dengan bibir bergetar. "Pak Mark tidak melakukan apapun padaku, aku hanya terkejut melihatnya berdiri di belakangku" lanjutnya."Jika dia tidak ingin berbuat sesuatu kepadamu, kenapa dia diam-diam masuk dan berdiri di belakang kamu ?" Bantah Anjas."Maaf pak Anjas, aku benar-benar minta maaf. Aku sama sekali tidak bermaksud buruk terhadap karyawan bapak" ucap Mark dengan tulus. Seluruh wajah pria tampan itu babak belur akibat pukulan dari Anjas."Pergilah sebelum aku menghabisimu" sahut Anjas dengan nada lembut namun penuh penekanan."Mari saya bantu pak" petugas keamanan menuntun Mark menuju pintu lift. Sedangkan Anjas bergegas masuk ke dalam ruangannya dan diikuti Zeira."Apa kamu menyukai sentuhan dari pria itu ?" Todong Anjas setelah mereka tiba di ruangannya."Aku tidak mengerti maksud bapak" sahut Zeira."Cukup Zeira, kamu tidak perlu berpura-pura bodoh. Aku tahu kalau kamu menyukai Mark" "Maaf pak, aku s
"kalau begitu, katakan kamu menyukai milikku" ucap Anjas."Hum...aku menyukainya mas, tidak ingin yang lain" jawab Zeira.Anjas semakin bersemangat mendengar jawaban Zeira. Pinggulnya bergoyang di bawah sana, mulutnya melumat ujung dari gunung kembar Zeira secara bergantian."Ah...ah....mas...." Desah Zeira."Sebut namaku sayang" ucap Anjas sambil mempercepat gerak pinggulnya maju mundur."Mas Anjas" erang Zeira dengan nada sedikit meninggi."Ow...." Erang Anjas. Keduanya mencapai puncak secara bersamaan. Anjas menungkupkan tubuh kekarnya di atas tubuh mungil Zeira, hingga keduanya tertidur dan terbangun saat mendengar suara ketukan pintu.Tok.....tok....tok....."Kamu mandi saja, biar aku yang buka pintu" ucap Anjas kepada Zeira.Pria tampan itu melilitkan handuk di pinggul, lalu melangkah ke luar dari kamar untuk membuka pintu ruangan."Permisi pak" ucap Saddam dan Irene secara bersamaan. "Hm" sahut Anjas."Apa kami sudah bisa pulang pak ?" Tanya Saddam. Keduanya berbicara sopan da
"Ya Tuhan, bahkan disaat berduka saja dia masih tetap angkuh dan sombong. Jika bukan karena hartanya ! Aku pasti sudah membuangnya ke laut untuk santapan ikan paus" bisik dalam hati Bella."Apa kamu sedang berpikir sesuatu ?" Todong Anjas sambil menatap tajam Bella yang masih duduk di sofa."Oh...tidak, ini aku mau pergi" Bella bangkit dari sofa, ia berpamitan sebelum membuka pintu dan pergi."Saddam, Saddam, simpan saja cintamu itu. Sudah jelas wanita yang kamu cintai adalah istri dari bos kita, tapi kamu masih memikirkannya. Bahkan kamu tidak selera untuk sarapan" Kata-kata itu terdengar di telinga Bella saat melewati ruangan Saddam dan Irene.Tok...tok..tok... Bella mengetuk pintu, "permisi" ucapnya sambil menjulurkan kepala."Iya buk, silahkan masuk" sahut Saddam dan Irene secara bersamaan.Bella melangkah menghampiri Saddam, ia meraih sebuah kartu nama dari dalam tas lalu menaruhnya di atas meja Saddam. "Hubungi aku, ada hal penting yang harus kita bicarakan" ucapnya.Saddam ter
Anjas segera menaruh ponsel di atas meja sebelum Zeira melihatnya. Ia berpura-pura melangkah menuju kamar mandi dan melewati Zeira. Di sisi lain, Zeira meraih ponsel sebelum naik ke atas tempat tidur lalu membaringkan tubuh."Pesan Susan" ucap Zeira setelah menyadari sebuah pesan masuk di ponselnya.*Ra, kamu lagi sibuk gak ? Bisa gak, aku telpon kamu* isi pesan Susan.Tanpa membalas, Zeira segera menghubungi Susan. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di hatinya, sebab Susan tidak biasanya menghubunginya malam seperti ini.*Iya Ra* sahut dari seberang sana, ketika panggilan terhubung.*Ada apa San ? Maaf, aku baru lihat pesan kamu* balas Zeira.*Tadi pagi Bella ke kantor pak Anjas ya ?* Tanya Susan.Pertanyaan Susan membuat Zeira sedikit bingung, "aku gak tahu San, soalnya hari ini aku gak kerja. Aku lagi kurang enak badan**Kamu sakit apa ?* Terdengar suara cemas dari seberang.*Gak sakit sih, hanya tidak enak badan saja. Maklum aja, cuaca saat ini lagi gak bersahabat" jawab Zeir
Sebelum meninggal apartemen menuju kantor agama, Susan kembali bertanya pada Zeira. Ia tidak mau jika suatu saat Zeira menyesal dengan tindakannya sendiri."Ra, kamu udah yakin mau gugat cerai pak Anjas ?" Tanya Susan dengan lembut."Sudah San, dulu aku bertahan hanya karena ibuku dan Azka yang masih terlalu kecil. Tapi sekarang Azka sudah hampir 3 tahun dan ibuku sudah tiada" jawab Zeira."Baiklah kalau begitu" Susan menutup mulut dan tidak bertanya lagi. Keduanya meninggalkan kamar menuju parkiran apartemen. Sepanjang perjalanan Susan tidak berhenti memberi Zeira semangat. Tetap ia gagal fokus saat wajah Zeira berubah ketika ditanya tentang cinta."Ra, kamu jujur ya ? Kamu cinta gak sama pak Anjas ?" Tanya Susan.Zeira sulit untuk menjawab, ia terlihat bingung dan ragu-ragu."Kamu jujur saja Ra, tolong jangan sembunyikan apapun dariku" desak Susan. Melihat dari logat Zeira, Susan sudah bisa menebak kalau sahabatnya itu telah jatuh cinta."Aku tidak tahu ini adalah cinta atau tidak
Anjas sudah dua jam tiba di kediaman Wijaya, tetapi Zeira tak kunjung pulang. Entah ke mana wanita cantik itu pergi, hingga malam seperti ini belum juga pulang.Anjas yang duduk di balkon selalu menatap ke arah gerbang, berharap taksi langganan Zeira muncul di sana. Ingin rasanya menghubungi Zeira, tetapi egonya melarang. Sementara di tempat lain, Zeira sedang menagis meresapi hidupnya yang tak pernah bahagia sejak ia kecil hingga saat ini. Entah dosa apa yang ia lakukan hingga Tuhan memberikan cobaan tiada akhir."Ra, aku bukannya mengusir kamu pergi dari sini. Tapi, sebaiknya kamu kembali ke kediaman Wijaya, kasihan Azka pasti sudah menunggumu sejak pagi" Susan membujuk Zeira untuk kembali ke kediaman Wijaya. Ia bingung harus berbuat apa, di satu sisi ia tidak ingin Zeira berpisah dari Anjas. Karena Anjas lah cinta pertama Zeira, dan sahabatnya itu terlihat sangat mencintai suaminya. Di sisi lain, Susan tidak tega melihat Zeira tersiksa dan tersakiti oleh sikap Anjas yang tidak pe
Azka yang berlari dari pintu utama tanpa sengaja menabrak Riana yang sedang melangkah menuju ruang tamu."Anak tidak tahu etika" geram Riana. Ia menatap sinis Azka yang membuat anak menggemaskan itu meringkuk ketakutan.Sementara itu Zeira sengaja mempercepat langkahnya menghampiri Azka, "ada apa sayang ?" Tanya Zeira.Raut wajah Azka sedih sambil berbicara, "aku tidak sengaja menabrak Oma, mamah" "Minta maaf sama Oma sayang" dengan tulus Zeira meminta anaknya untuk minta maaf pada Riana. Walupun ia sudah tahu kelicikan Riana, Zeira tetap menanamkan sikap sopan santun kepada putranya, dengan meminta maaf atas kesalahannya."Oma" panggil Azka dengan menyodorkan tangan kepada Riana."Aku geli berjabat tangan dengan anak pelacur" Seketika darah Zeira mendidih mendengar ucapan Riana. Ibu mana yang tidak sakit hati saat seseorang menghina anaknya. "Hei...." Zeira mengangkat tangan dan menunjuk satu jari ke wajah Riana. "Putraku bukan anak pelacur, dia hanya memiliki satu ayah dan satu i