Satu Minggu telah berlalu, di mana saat ini Zeira dan Anjas sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.Usah Anjas membujuk Zeira selama ini, kini membuahkan hasil. Hati wanita cantik itu akhirnya luluh dan mau menemui ayah dan adiknya.Tok....tok....tok...."Masuk." Suara dari dalam ruangan."Selamat pagi." Sapa Anjas sambil membuka pintu.Susan yang sedang membantu ayahnya untuk duduk, refleks melihat ke arah pintu. Bibirnya menyunggingkan senyum terindah saat melihat Anjas dan Zeira. Kaki jenjangnya melangkah menghampiri Zeira."Kakak." Susan langsung memeluk Zeira. Ia menumpahkan air mata di pundak wanita cantik itu. "Maafkan aku dan ayah kakak." Lanjutnya.Zeira mengangkat tangan untuk membalas pelukan Susan, "Hm....aku sudah memaafkan kamu dan ayah." Zeira juga menumpahkan air mata di pundak Susan. Begitu juga dengan Barata, pria tua itu duduk bersandar di tempat tidur sambil meneteskan air mata melih kedua putrinya berpelukan.Jika Barata tahu, kalau Zeira adalah anak dari man
Pagi yang cerah, secerah hati Zeira. Wanita cantik satu anak itu selalu tersenyum manis, kebahagiaan terpancar dari wajahnya.Tentu Zeira bahagia, saat ini ayah dan adiknya tinggal satu atap dengannya. Walupun hatinya terkadang sedih mengingat ibunya yang sudah jauh di surga. Tetapi Zeira berusaha untuk melupakannya, ia ingin memulai hidup yang baru bersama keluarga dan suaminya.Saat ini semuanya sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama."Uek...uek..." Tiba-tiba Anjas mual."Ada apa mas? Mas kenapa?" Zeira mengikuti Anjas yang berlari menuju kamar mandi."Sepertinya aku lagi masuk angin sayang." Jawab Anjas."Wajah kamu juga pucat mas, aku panggilin dokter ya?" Zeira khawatir dengan kondisi kesehatan suaminya. Apalagi akhir-akhir ini, Anjas sering mual saat makan dan bangun pagi."Enggak usah sayang, aku cuma masuk angin." Tolak Anjas, ia memang paling malas berurusan dengan dokter. Karena Anjas takut dengan jarum suntik."Gak mas, kali ini kamu gak boleh menolak. Do
Suasana hati Anjas tidak secerah cuaca pagi ini. Bella sudah menunggu di sana saat ia tiba di kantor.Wanita cantik berhati licin itu datang ke sana, untuk membicarakan tentang hasil kerja sama mereka. Biasanya Anjas selalu meminta Irene untuk mentransfer uangnya setiap bulan. Tetapi beberapa hari yang lalu, Anjas melarang Irene untuk mentransfernya."Selamat pagi pak Anjas." Sapa Bella dengan wajah serius."Selamat pagi, silahkan duduk." Anjas mempersilahkan Bella dan kedua rekan kerjanya untuk duduk."Hem..." Anjas berdehem sebelum membuka mulut, "apa ada hal penting nyonya Barata?" tanya Anjas dengan berpura-pura tidak tahu."Iya, benar sekali. Kami datang kemarin untuk membicarakan tentang hasil kerja sama kita." Jawab Bella."Oh, tunggu sebentar." Anjas bangkit dari tempatnya, melangkah menuju meja kerjanya lalu meraih sebuah map berwarna biru dari dalam laci.Ia kembali menghampiri Bella ke sofa, ditaruhnya map biru itu di atas meja, tepat di hadapan Bella."Nyonya Bella bisa me
Satu bulan telah berlalu, selama satu bulan ini kondisi Zeira sedang tidak baik. Wanita cantik satu anak itu sering pusing dan pingsan. Tetapi saat diperiksa! Dokter selalu mengatakan kalau Zeira tidak apa-apa."Maaf nyonya, apa datang bulannya lancar?" tanya dokter yang saat ini sedang memeriksa Zeira.Seketika Zeira tertegun saat mengigat mengigat, kalau sudah 2 bulan ini dia tidak datang bulan. "Aku sudah dua bulan gak datang bulan Dokter," ucapnya."Kalau begitu kita tes dulu ya, nyonya?" Dokter mengambil secukupnya urin Zeira, lalu memasukkan benda kecil berbentuk panjang itu ke dalam. Sambil menunggu hasilnya, Zeira tidak berhenti berbicara dalam hati, "Aku gak mungkin hamil, karena 3 tahun yang lalu, mas Anjas sudah divonis dokter tidak bisa memiliki keturunan."Zeira baru selesai berbicara dalam hati, tapi tiba-tiba dokter mengatakan hasilnya, "Selamat nyonya, sebentar lagi Azka akan memiliki adik," ucap dokter dengan penuh semangat dan tersenyum bahagia.Berbeda dengan Zei
"Aku yang seharusnya berterimakasih, karena selama ini mas sudah berusaha agar Azka memiliki adik." Sahut Zeira dengan tulus.Selama ini Zeira sudah pasrah dan ikhlas jika Azka tidak akan pernah lagi memiliki adik. Tetapi karena Anjas selama ini melakukan pengobatan, akhirnya ia bisa mengandung untuk kedua kalinya. Sungguh tidak ada yang mustahil, jika Tuhan sudah berkehendak.Bagi pembacaku yang belum dikaruniai momongan, semoga segera hamil dan menjadi kado terindah di tahun depan. Amin......................Tepat pukul 2 siang, Anjas dan Zeira sudah tiba di kediaman Wijaya. Pria tampan itu terlihat menuntun istrinya menaiki tangga menuju kamar."Kak Zeira kenapa, kak?" tanya susan yang baru muncul dari pintu kamar.Anjas dan Zeira menghentikan langkahnya secara bersamaan. "Aku enggak ap......""Ada dede bayi dalam perutnya," sela Anjas yang membuat Zeira tidak melanjutkan kata-katanya.Wajah cantik Susan langsung tersenyum bahagia, ia berlari menaiki anak tangga menghampiri Zeira
Dua bulan telah berlalu, kini usia kandungan Zeira memasuki 5 bulan. Sikap wanita cantik itu, semakin hari semakin aneh. Seperti saat ini, ia meminta Anjas untuk mengambil mangga muda yang ada di taman komplek, padahal saat ini sudah menunjukkan pukul 11 malam.Tetapi, walaupun tubuh Anjas terasa lelah karena pekerjaan yang menumpuk di kantor, dan matanya yang terasa berat untuk dibuka karena ngantuk! dia tetap menuruti keinginan istrinya."Mas, emang bisa manjat pohon ?" tanya Zeira sambil melangkah bergandengan tangan dengan Anjas, menuju taman komplek."Oh, bisa dong sayang." Sahut Anjas dengan sigap.Padahal sebenarnya ia tidak mengerti seperti apa caranya memanjat pohon, bahkan seumur hidupnya belum pernah memanjat pohon. Anjas berkata seperti itu, agar terlihat macho di hadapan Zeira."Benar mas?" Zeira kembali bertanya untuk memastikan.Anjas mengangguk sambil berkata, "Iya sayang.""Wah... ternyata suamiku hebat." Puji Zeira dengan girang.Berbeda dengan Asep, sopir kepercayaa
"Sayang, pijit punggung aku dong," ucap Anjas setelah mereka tiba di kamar dan berbaring di atas tempat tidur."Aku gak bisa pijit mas, aku minta pak Asep untuk mencari tukang pijit ya?" bujuk Zeira.Bukan dia tidak mau memijit punggung suaminya, tetapi melihat pinggul Anjas yang merah dan sedikit lebam, membuat Zeira takut untuk menyentuhnya."Tapi tengah malam seperti ini, mana ada tukang pijit yang mau datang sayang.""Iya juga sih, mas." Timpal Zeira."Yaudah, menunggu besok pagi! kamu aja ya yang pijit mas?"Zeira bangkit dari tidurnya, melangkah menuju meja rias untuk meraih minyak telon dari sana. Diusapnya minyak yang berbau sereh itu ke seluruh punggung Anjas. Dengan lembut dan penuh hati-hati, jari lentiknya menyentuh kulit mulus suaminya."Ow...." Rintih Anjas, saat jari tangan Zeira menyentuh bagian punggung yang terbentur ke tanah."Maaf mas, sakit ya?" ucap Zeira."Sakit banget sayang, sepertinya pinggang mas patah.""Ha....." Zeira terkejut, "Benar mas?" lanjutnya.Anja
Selama Anjas di pijit, Zeira selalu setia menemaninya. Begitu juga dengan Saddam, tubuh pria tampan itu duduk sopan di sofa sambil berbincang-bincang dengan Barata, namun matanya tertuju ke perut buncit Zeira. Dan hal itu dilihat oleh pelayan Indri."Silahkan di minum tehnya pak," ucap Indri yang membuat Saddam refleks memalingkan wajah untuk menjauhkan pandangannya dari Zeira."Terima kasih mbak Indri." Saddam berusaha terlihat biasa saja dan tersenyum ramah kepada Indri."Oh iya nyoya, saya sudah menyiapkan rujaknya. Apa nyonya ingin memakannya sekarang?" tanya Indri kepada Zeira."Nanti ajah deh bi, tunggu tuan selesai pijit.""Baik nyonya, kalau begitu saya permisi dulu." Indri meninggalkan ruang keluarga dan kembali ke dapur.Setelah 2 jam berlalu, akhirnya Saddam dan tukang pijit meninggalkan kediaman Wijaya. Namun sebelum itu, Saddam terlebih dulu masuk ke dalam kamar mandi tamu. Naasnya, ponsel pria tampan itu tertinggal di sana, dan ditemukan oleh pelayan saat membersihkan ka