Share

Bab 4 Bermain Hati

Sayangnya, Dipta tampak tak peduli.

Pria itu masih menatap dalam Alina, sang istri pertama. "Aku bisa jelaskan semuanya!" ucapnya serius.

"Kamu sudah gila!" Alina menjawab dengan menunjukkan jari telunjuknya.

Dia lalu segera melangkah menuju ke ruang tengah. Meninggalkan Dipta yang hanya menggenakan celana panjang dengan kemeja yang berantakan.

Saat ini tampilannya nampak sangat acak-acakan.

"Tuan..Saya pusing...." Suara Lana kembali terdengar.

Kali ini begitu lemah.

Tak diduga Lana pingsan.

"Sialan!" Dipta berteriak ke pengawal atau pembantu agar menolong Lana. 

Untungnya,  tak lama, seorang pembantu datang.

"Tolong, dia!"

Begitu memastikan Lana dirawat, Dipta pun berlari keluar tanpa alas kaki mengejar Alina.

"Alina..." Dipta menggedor kaca pintu mobil sedan berwarna putih.

"Plisss Alina..Pliss . .Tolong dengarkan penjelasanku.."

Berkali-kali Dipta berusaha untuk merayu istrinya yang sedang marah besar.

Urung, Alina malah mengunci pintu

Namun meski mobilnya dalam keadaan mesin menyala, ia tetap terdiam di tempat.

Alina menempelkan kepalanya ke setir mobil sambil menangis sesugukan.

"Penipu!!" teriak Alina di dalam mobil.

Sementara ia harus melihat pemandangan di luar, suaminya menggedor-gedor kaca jendela dan memohon-mohon padanya.

"Buka Alina!" Dipta makin keras memukul kaca jendela.

Hingga akhirnya ia putus harapan dan mengambil sebuah batang besi yang berada di dekat semak-semak.

Dengan jelas Alina bisa melihat suaminya akan memukul kaca jendela mobilnya dengan besi itu.

Mau tidak mau Alina akhirnya kembali membuka pintu mobilnya. Wajahnya datar dan memalingkan pandangan dari suaminya.

"Aku mohon, beri kesempatan aku untuk bicara..." ucap Dipta tiba-tiba.

Sambil menyilangkan tangan, Alina mendengarkan Dipta bercerita panjang lebar tentang kejadian tak terduga yang menimpanya kemarin.

Alina tertegun mendengarnya.

Cukup lama, sebelum dia kembali bersuara, "Aku butuh waktu..."

Setelahnya, wanit itu kembali membuka pintu mobil dan meninggalkan Dipta begitu saja.

Di sisi lain, setelah mendapat perawatan, Lana sudah sedikit baikan.

Dengan mengendap-endap, Lana segera kabur dari tempat Dipta semalam.

Ia tidak ingin Dipta ataupun istri pertamanya tahu.

Hanya saja, saat Lana melewati rumah Juragan Sabri, ia dihadang oleh seorang pria muda yang baru dilihatnya hari ini.

Lana berhenti dan memperhatikan pria itu sejenak.

"Maaf, permisi Tuan..?" tegurnya.

Namun, pria itu malah berpindah tempat dan berada di tengah pintu masuk dan menghalangi Lana sejenak.

"Abimanyu...Panggil saja Bima..."

Sebuah uluran tangan berada tepat di depan Lana.

Lana tertegun memperhatikan pria yang kira-kira lebih tua beberapa tahun saja darinya.

"Saya Lana.."

Begitu mengenalkan diri, Lana langsung melewatinya dan menyelimutkan kembali kain yang menjadi penutup lengan dan bahunya yang terbuka.

Dan ketika mulai memasuki rumah, Lana tersadar jika ia tak memiliki tempat atau ruangan tersendiri untuknya.

Ia sedikit kebingungan dan mulai mencari kira-kira dimana tempat kosong yang bisa ia gunakan untuk kamar.

"Kamu mencari apa?"

Deg!

Rupanya, Bima masih mengikuti Lana dari belakang.

"Maaf sayaa..." Lana ragu-ragu untuk melangkahkan kakinya lebih jauh lagi.

"Apakah kamu pembantu baru di sini?"

Diam-diam Bima memang memiliki rasa penasaran yang tinggi pada Lana.

"Atau kamu mau menempati kamarku saja?" godanya lagi.

Lana tidak berani memandang wajah Bima. Ia hanya diam dan menunggu seseorang datang untuk dimintai tolong.

"Ayolah.. kalau cuma pembantu, kamu malah lebih enak tinggal di kamarku saja..." tawa Bima terkekeh.

"Maaf saya bukan wanita yang seperti itu..." jawab Lana dengan memejamkan kedua matanya.

Sejujurnya ia bingung harus berbuat apa. Karena tidak ada seorangpun yang dekat dengannya di rumah ini.

"Tetapi, aku bisa memberikanmu sesuatu yang jauh lebih baik dari sekedar jadi pembantu!"

Diam-diam Bima mendekati Lana dari arah belakang. Kedua tangannya bersiap memeluk Lana yang ketakutan setengah mati.

"Lana.. Namamu cantik..." Bima berbisik dengan pelan.

Tangannya mulai bermain dengan perlahan memegang pinggul Lana.

"Bukalah selendangmu ini.. Aku ingin melihatmu seperti saat kamu berlarian ke rumah ini..."

"Tuan..Maaf..Saya bukan wanita seperti..."

"Kenapa kamu takut kalau ada yang melihat?" goda Bima lebih lama.

Sekujur tubuh Lana bergetar. Hatinya terus mengatakan agar menjauhi pria yang bernama Bima. Namun raganya lemah, tak kuasa lagi untuk berpindah.

Bibir Lana berubah memucat. Wajahnya sayu. Ketakutan yang luar biasa membuatnya terdiam kaku.

"Apakah kamu takut padaku?" tanya Bima lagi.

Lana hanya bisa mengangguk dengan mata yang memelas. Bima tak kuasa menahan tawanya sendiri.

"Hahahaa..Maafkan aku, aku hanya bercanda!" gelak tawa Bima memenuhi seantero rumah Juragan Sabri yang besar.

Suara Bima menggema ke mana-mana.

"Jangan takut Lana. Aku bukan laki-laki seperti yang kamu pikirkan..."

Kalimat yang keluar dari mulut Bima belum bisa membuat Lana percaya sepenuhnya. Ia masih ragu dengan ucapan Bima.

"Tenang Lana..Aku hanya memancingmu saja.." kini Bima malah menjadi salah tingkah.

Ia takut jika Lana berprasangka yang tidak-tidak padanya.

"Iii...iiyyaaa..." Lana menjawab dengan pelan.

Selang beberapa saat Mbok Mirah datang dari arah belakang.

Ia lari tergopoh-gopoh saat tahu Lana hanya berdiri mematung kebingungan.

"Lana...." panggilnya. "Sebaiknya kamu ke kamar Tuan Dipta.."

Mbok Mirah segera mengajak Lana untuk masui ke kamar Dipta.

"Jj jaangan Mbok Mirah," tolak Lana. Ia seperti ketakutan saat mendengar nama pria yang menjadi suaminya sendiri.

"Ayolah, tidak apa-apa..Kamarnya Tuan Dipta kosong, tidak ada yang menempati.."

Bima yang belum sadar situasi malah mengira Mbok Mirah mendukungnya!

"Ayoo..." Tanpa diminta, Bima memegang tangan Lana dan mengajaknya masuk ke kamar Dipta.

Tangan Lana masih mengepal--masih menolak diajak masuk ke kamar Dipta.

"Tunggu apa lagi?"

Genggaman tangan Bima makin kuat. Mau tidak mau Lana harus mengikuti kemana kaki Bima melangkah.

Hanya saja, tanpa sepengetahuan Bima, Dipta sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Lepaskan istriku!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status