Share

Bab 05

Di luar kamar rawat, tepat berada di depan pas Alora duduk di kursi yang di sediakan oleh rumah sakit. Wajah lelah serta tarikan nafas panjangnya sesekali terdengar menyiratkan betapa banyak kebimbangan yang tengah di pikul.

Sampai dimana Alora terperanjat ketika Chakra tiba-tiba keluar dari kamar rawat, dan menyadari keterkejutan adik iparnya itu apalagi perubahan dari sikap Alora yang sangat terlihat canggung setelah kedatangannya. "Maaf karna permintaan Alara yang tanpa sadar menciptakan suasana canggung ketika kamu melihatku." 

"Gapapa mas, mungkin aku masih belum siap akan semua ini." 

"Aku tahu, karna untuk menerima semua ini tidak mudah bagi kamu." Chakra lalu duduk di kursi dekat Alara yang hanya berjarak satu kursi saja.

"Dan aku akan mencobanya meski sulit, semoga setelah ini kak Lara bisa kembali pulih seperti sebelumnya." Jawab Alora yang tidak hanya berharap jika kakaknya akan segera pulih, tapi ia juga berharap agar secepatnya bisa lepas dari apa yang telah ia setujui untuk menikah dengan Chakra.

"Aku pun berharap yang sama, dan terimah kasih telah mau berkorban." Kali ini Chakra mencoba untuk menatap kearah Alora, wajah yang sama dengan istrinya. Ia mengakui wajah itu memang sangat mirip bahkan hampir tidak bisa di bedakan meski beberapa kali istrinya mengatakan ada yang berbeda di antara keduanya.

Ketika keheningan hadir di antara keduanya, terdengar suara langkah kaki yang mampu menarik perhatian Chakra dan Alora tanpa disadari keduanya menoleh kearah sumber suara secara bersamaan, dimana terlihat seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap tengah menyusuri koridor berjalan kearah keduanya. 

Alora cukup terkejut dan refleks berdiri ketika melihat kehadiran Damian, setelah langkah Damian sudah cukup dekat dengan dimana posisi Alora berdiri laki-laki yang memilik bola mata hazel itu langsung mempercepat langkahnya dan tanpa aba-aba langsung membawa Alora ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku sayang." Gumamnya di samping telinga Alora, sesekali mata tajamnya melirik kearah Chakra yang membalas menatapnya.

Setelah cukup lama pelukan itu berlangsung, dengan sedikit kaku Alora mengurai pelukan itu, karna di satu sisi Alora masih sadar akan Chakra yang masih berada di belakangnya. "Aku tidak mau membuat masalah baru Dam, sebaiknya kita mengobrol di tempat lain karna di dalam ada orang tuaku dan orang tua kak Chakra." Kata Alora sesekali melirik Chakra yang itu di sadari oleh Damian, lalu Alora menarik lengan kekar kekasihnya mengajak untuk segera pindah dari tempat itu.

"Baiklah..." Damian menyetujui ajakan Alora lalu mengikuti langkah Alora, dan tidak lupa Damian kembali melayangkan tatapan tajamnya ke arah Chakra yang tidak luput membalas tatapan itu tidak kalah tajam.

Setelah Damian dan Alora menghilang dari pandangannya, Chakra segera bangkit. Sekali lagi ia mengambil nafas dalam lalu mengeluarkannya pelan-pelan dan setelahnya dengan langkah gontai Chakra kembali masuk ke kamar rawat Alara.

****

Empat puluh lima hari setelah Alara keluar dari Rumah Sakit.

"Mas..." Panggil Alara sembari merapikan kerah kemeja Chakra.

"Hmmm..." Jawab Chakra hanya herdehem.

"Aku harap kamu juga turut senang mas atas pernikahan ini, sama halnya seperti yang aku rasakan." Kata Alara tersenyum melihat penampilan Chakra yang telah rapi dan begitu tampan.

Chakra terkekeh. "Tapi sayangnya ini tidak sesuai apa yang kamu harapkan sayang, karna satu hal yang harus kamu ingat aku melakukan ini karna janjiku padamu." Sebuah senyuman kembali Alara berikan setelah mendengar jawaban dari Chakra.

"Satu hal lagi mas, aku mohon dan berjanjilah setelah nanti Alora telah sah menjadi istrimu belajarlah untuk mencintainya dan perlakukan lah dia dengan baik, seperti layaknya kau memperlakukanku selama ini." Pinta Alara kembali, meski ia bahagia ketika Chakra menepati janjinya untuk menikahi Alora. Tapi ia juga tidak lupa untuk membuat Chakra berjanji agar bisa mencintai adiknya.

"Kamu terlalu khawatir sayang jika Alora tidak bahagia akan permintaanmu ini, tapi tenanglah aku akan memperlakukannya dengan baik. Tapi untuk mencintai aku tidak bisa menjamin jika aku bisa melakukannya." Chakra perlahan mengangkat tangannya dan menggenggam tangan Alara yang masih setia berada di pundaknya, Chakra genggam tangan itu lalu menciumnya dalam.

"Meski kamu tidak bisa menjamin akan mencintainya, tapi aku yakin jika waktu yang akan menuntun hatimu untuk mencintainya." Gumam Alara tersenyum lalu berjinjit untuk mengecup pipi Chakra sekilas.

Ketika Alara hendak kembali menegakkan kembali tubuhnya, kedua tangan kekar Chakra segera menahan pinggang Alara membuatnya masih berjinjit. Lalu tanpa aba-aba Chakra mendekatkan wajahnya sampai hembusan dari nafasnya begitu terasa oleh Alara, dan dalam waktu cepat Chakra menyapu bibir Alara lalu tanpa dapat menolak Alara hanya bisa menikmati ketika keduanya bertukar saliva.

"Aku mencintaimu, dan akan terus seperti itu." Bisik Chakra, menyapu lembut bibir Alara yang basah akibat ulahnya.

"Aku juga mencintaimu mas." Balas Alara.

Di tengah kemesraan yang masih berlangsung, seketika Alara menjauhkan tubuhnya dari Chakra ketika seseorang mengetuk pintu kamar. "Biar aku aja yang buka, sepertinya ada yang penting." Kata Alara lalu bergegas berjalan menuju kearah pintu untuk membukanya.

"Maaf mbak Lara, saya kesini di suruh buat manggil mbak sama mbak Lora. Karna sepertinya ada yang penting." Ucap seorang wanita muda yang tidak lain asisten dari Mua yang tengah merias Alora saat ini.

"Baiklah aku akan segera kesana," akhirnya setelah mendapat jawaban dari Alara, wanita muda itu pamit undur diri dan Alara segera menutup pintu kembali melangkah kearah Chakra.

"Mas aku tinggal dulu ke kamar adek ya, kamu sekalian siap-siap untuk ijab sebentar lagi." Kata Alara yang hanya di jawab anggukan oleh Chakra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status