"Lihatlah kak, kamu pasti akan merasa senang ketika melihat jika putrimu secantik ini, kenapa kamu malah memilih untuk menyerah kak apakah selama ini aku trus mengalah pada kakak itu masih belum cukup." Gumamnya memandangi wajah Zevanya.Ketika Alora hendak kembali ke kasur untuk melanjutkan tidur, tiba-tiba saja ia merasa ketika perutnya berbunyi karna lapar dan membuat Alora mengurungkan niatnya untuk kembali tidur."Sepertinya aku harus makan, kenapa tiba-tiba aku lapar di jam segini." Gumamnya pada dirinya sendiri memutuskan untuk ke dapur.Namun, Alora tidak langsung ke dapur begitu saja karna ia menimbang-nimbang apakah Zevanya akan di tinggal sendirian dan itu tidak mungkin di lakukannya, sampai akhirnya Alora memutuskan untuk segera menggendong Zevanya lalu ia bawa ke dapur agar perasaannya bisa tenang selama ia tinggal memasak.Seulas senyuman di bibir Alora tampak begitu indah melengkung, ketika ia berhasil menidurkan Zevanya dalam stroller. Merasa jika Zevanya sudah aman Al
"Udah pesan tempatnya kan?" Tanya Chakra pada Arco assisten pribadinya."Sudah pak, kalau boleh tau kenapa tiba-tiba minta pindah tempat pak?" Jawab Arco lalu bertanya alasan Chakra ingin pindah tempat."Ada dua hal yang harus aku lakukan dalam satu waktu dan tempat, oh ya apa pak Arka sudah datang Co?" Kata Chakra bertanya soal meeting yang akan berlangsung."Sudah pak, mari ke atas pak Arka sudah datang bersama asistennya." Arco mempersilahkan Chakra untuk ke lantai dua dimana sebuah tempat sudah ia pesan.Ketika Chakra dan Arco mulai meniti tangga, terdengar pintu cafe kembali terbuka dari setelah ia masuk dan terdengar suara beberapa perempuan tengah mengobrol ringan tengah menuju ke arah tempat dimana menyediakan kursi lebih dari dua."Jangan lupa sisain satu kursi buat Alora." Ucap salah seorang perempuan itu ketika mereka satu-persatu mulai menduduki kursi.Chakra yang sudah menginjakkan kakinya di lantai atas seketika menghentikan pergerakannya ketika mendengar seseorang menye
Chakra menghentikan mobilnya tidak jauh dari dimana mobil Alora dan Damian berhenti, tampak keduanya segera turun dan melangkah bersama ke arah taman. Ia pun tidak tinggal diam dan bergegas keluar mobil lalu mengendap-endap mengikuti kemana perginya Alora dan Damian.Hal yang pertama Chakra lihat apa yang Damian lakukan yaitu menghampiri seorang penjual ice cream keliling lalu membeli dua ice cream dan salah satunya Damian berikan pada Alora yang langsung menerimanya dengan senyuman dan ucapan terimakasih. Sesuatu yang cukup sederhana namun, mampu membuat perasaan tidak suka tiba-tiba muncul dan di rasakan Chakra.Setelah mendapatkan ice cream, Damian dan Alora menghampiri sebuah kursi taman dan keduanya duduk disana. "Alora." Panggil Damian lembur, lalu Alora menoleh menatapnya.Cukup lama keduanya saling mengunci tatapan, dan Damian dapat menangkap sorot kesedihan dari mata Alora yang mulai mengembun. "Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Damian, suaranya terdengar lebih lembut. Mendenga
Pagi hari saat Sarah telah menyelesaikan ritual paginya, ia keluar kamar dan seketika semerbak dari lezatnya sebuah kue yang baru matang memanjakan indra penciumannya."Siapa pagi-pagi begini sudah membuat kue, perasaan para pelayan tidak ada yang aku suruh untuk membuat kue." Gumam Sarah bertanya-tanya.Ketika Sarah hendak pergi menuju ke dapur, tanpa sengaja ia berpapasan dengan salah satu pelayan. Tidak tahan akan rasa penasarannya ia memilih untuk bertanya pada pelayan itu."Bi siapa yang lagi masak kue pagi-pagi gini?" Pertanyaan Sarah berhasil menghentikan langkah pelayan itu yang hendak mengerjakan tugasnya membersihkan rumah."Oh itu non Alora nyonya, entah tiba-tiba pagi buta udah semangat banget buat kue." Jawab pelayan itu."Alora?" Ucapnya tampak tidak percaya."Iya nyonya, non Alora coba nyonya ke dapur tadi kebetulan saya di suruh mencicipinya dan enak banget rasanya." Jelas pelayan itu cukup semangat."Yaudah aku kesana dulu kalau gitu." Sarah bergegas menuju dapur deng
"Meskipun kamu bersikap menyebalkan seperti ini, itu tidak akan membuat Alara kembali padamu Chak. Ingat dia sudah tidak ada maka ikhlaskan kepergiannya, jangan menyakiti yang lain hanya karna kamu merasa tersakiti." Adiyatma seketika bersuara kala ia tidak dapat lagi menahan kekesalannya, dan ia menekankan setiap kata-kata yang keluar.Tangan kekar Chakra terlihat mengepal erat saat mendengar perkataan dari papanya yang cukup memancing emosinya, ia tiba-tiba langsung berdiri mengeratkan rahangnya menahan emosi yang ingin segera meledak."Papah bisa berbicara seperti itu, karna belum pernah kehilangan seseorang yang paling berharga di hidup papah. Maka jangan pernah bicara seolah-olah papah pernah merasakannya." Ucap Chakra tidak kalah menekan kan setiap kata-katanya.Setelah mengatakannya Chakra langsung melenggang pergi keluar rumah, sedangkan Adiyatma yang terpancing emosi hendak menyusul putranya itu tapi Sarah cepat-cepat mencegahnya."Sudahlah, mungkin Chakra begitu karna belum
Tidak terlalu lama untuk Alora memasukkan semua bajunya ke dalam koper karna baju-baju miliknya tidak terlalu banyak, ketika ia hendak memasukkan pouch yang berisi perhiasannya tanpa sengaja sebuah kalung terjatuh ketika pouch itu tidak tertutup sempurna.Seketika perhatiannya teralih pada kalung itu, dan Chakra yang kebetulan baru keluar dari dalam kamar mandi tanpa sengaja melihat ke arah kalung yang terjatuh. Dari dimana tempat dia berdiri Chakra merasa mengenal pada kalung itu, dan buru-buru ia menghampiri Alora sebelum dia masukkan kembali ke dalam pouch."Dari mana kamu mendapatkan kalung itu?" Tanya Chakra berdiri tepat di samping Alora yang masih duduk di lantai.Alora mendongak menatap ke arah Chakra. "Ini punyaku sendiri, kenapa?" Alora berbalik bertanya, mata lentik itu mulai memperhatikan ekspresi Chakra dalam-dalam.Tidak menghiraukan pertanyaan Alora, Chakra mulai merendahkan tubuhnya meraih kalung yang berada di genggaman Alora. Lalu ia kembali menegakkan tubuhnya melih
Setelah acara saling berpelukan dan saling melemparkan tuturan lembut, akhirnya Bagas dan Mirna segera melenggang pergi menuju pesawat yang akan keduanya tumpamgi, dan Alora tersenyum tipis sembari menatap kepergian kedua orang tuanya yang sudah mulai menghilang dari pandangannya."SAYANG!" Panggil Damian sembari berlari kecil menghampiri Alora."Damian," Alora langsung memeluk tubuh sang kekasih."Dam, maafin Papah ya yang sampai saat ini masih belum bisa menerima kamu dan hubungan kita." Kata Alora, ketika Damian tidak bisa mengantar kepergian orang tuanya ke bandara karna restu yang masih belum keduanya dapatkan."Tidak masalah sayang, tidak perlu terlalu di pikirkan." Kata Damian tersenyum mencoba menyembunyikan rasa sedihnya yang pasti ada."Supaya kamu tidak terlalu sedih lebih baik kita ke London Eye, kita habisin waktu disana karna aku nanti akan sangat merindukanmu ketika kamu kembali ke Indonesia." Tutur Damian mencoba untuk mengalihkan kesedihan kekasihnya.Seketika kesendua
Seketika Mirna kembali teringat akan kondisi dari putri pertamanya, lalu satu orang yang seketika Mirna tatap tidak lain adalah Chakra."Chakra, kamu anter Alora ke ruangan Dokter cepat!" Tutur Mirna membuyarkan lamunan Chakra yang cukup tertegun saat baru pertama kali melihat adik dari istrinya."Iya Mah...""Ayo ikut aku." Ucap Chakra menjawab lalu di lanjut berbicara kearah Alora dan mengajaknya untuk ke ruangan Dokter, selama langkah menyusuri lorong rumah sakit Alora mencoba untuk menahan gejolak perasaan yang tiba-tiba merasa tidak karuan ketika melihat Chakra dan tanpa di sadari itu juga yang di rasakan oleh Chakra.Sesampainya di ruangan dan bertemu dengan Dokter, Alora segera diperiksa keadaan dan darahnya yang dimana akan di donorkan kepada Alara. Setelah melewati pemeriksaan dan hasilnya baik, Dokter pun segera melakukan pendonoran darah.Berbaring bersama dengan sang Kakak dan hanya berbeda bed petient, Alora mencoba menoleh menatap lekat kearah sang Kakak. Air matanya tib