Pagi menyambut lebih awal, celah sorot mentari juga tampak lebih hangat dari Negara biasa. Sinarnya yang masuk dalam celah Tirai membuat mata ingin membuka katupnya. Tidak ada suara kokok Ayam, hanya terdengar bising kendaraan, dan beberapa obrolan dunia luar yang terasa asing.
“Sudah pagi ternyata,” Linara menguap sesaat, mengumpulkan nyawa sejenak.
“Kenapa Aku disini?” Linara tersadar setelah beberapa menit dia terdiam, seketika melihat tubuhnya dibalik selimbut. Ternyata Pakaiannya juga masih utuh, badan lengketnya juga masih sama seperti kemarin. Linara menghela napas lega.
“Siapa yang membawaku Kesini?” Tanyanya mencuat.
Segera mungkin dirinya bangkit dari Ranjang yang tak biasa baginya, melirik sorot arah ruang yag tampak tak biasa, ingatanya tersadar bahwa Linara sedang tak dirumah. Berjalan perlahan membuka tirai jendela yang terkesan klasik.
“Terang sekali!” Linara menyipi
Saat perjalan pulang menuju penginapan hanya sunyi yang menyisakan diantara mereka, saling diam satu sama lain, sepertinya hari ini sangat melelahkan. Hingga sampai di penginapan masih membisu. Rayhan yang langsung pergi mengarah kamar mandi, sedangkan Avraam yang langsung terduduk disofa dengan menengadahkan wajahnya menatap atap langit.Berbeda dengan Linara yang langsung menuju kamarnya, pikirannya sedang kacau, emosi juga menumpah erat pada hatinya yang penuh kecewa. Langkah pertama dalam pencarian gagal begitu saja.Linara merebahkan dirinya diatas ranjang, butiran kristal membasahi bantal, tubuhnya hampir terkoyak keadaan yang rumit, dan yang paling parah saat perpisahan di Parade. Hampir saja dirinya berpisah dari Avraam.“Hari yang cukup melelahkan,” Linara menghela napasnya.“Bunda dimana? Linara harap kita segera bertemu,” Harapnya terucap begitu dalam, dengan mata memandang pada langit yang sudah memb
Mungkin demamnya Rayhan ada kaitannya dengan cuaca saat ini, menurut ramalan cuacanya hari ini adalah hari akhir musim panas dan mulai memasuki musim dingin. Perubahan suhu juga cukup signifikan.Angin juga sudah mulai bertiup dingin, aura musim dingin juga sudah mulai terasa. Rayhan yang sedang terduduk dipojok sofa dengan hidungnya yang memerah, wajahnya yang terlihat pucat itu semakin melihatkan dirinya sedang tidak baik-baik saja.Harumnya Sup Ayam menyebar wangi seisi ruangan, Linara terduduk saling berhadapan dengan membawa semangkuk Sup Ayam dan segelas teh jahe hangat. Untungnya Linara membawa beberapa jahe dari rumah, ya meskipun tergolong jahe instan yang sudah dikemas.“Minumlah,”“Aku tidak apa-apa, Linara.” Jawab Rayhan dengan nada yang mulai serak.“Ternyata Kamu manja juga ya,” Timpal Avraam meledek sembari memakan camilanny dengan santai.Rayhan hanya menatap tajam Avraam, rasanya ingin sek
Rencana awal memang bisa dikatakan rencana yang cukup ringan. Karena hanya sebagai uji coba semata saja, agar semua tampak lebih yakin dan nyata apa yang telah diinformasikan.Kedatangan kembali Rayhan dan Avraam membuat penjaga itu terlihat waspada. Gerak geriknya semakin aneh, dari cara penyampaian penjaga itu terdengar ada yang ditutupi. Apalagi saat Rayhan berpura-pura mencari kakaknya yang hilang dengan nama yang disebut dalam identitas Bunda Adel yang telah diganti.“Kenapa Anda bertanya pada Saya?” Penjaga itu semakin aneh pada akting Rayhan.“Maaf, Saya hanya bertanya saja, barangkali Anda tahu.” Balas Rayhan berusaha tenang.“Sepertinya Saya pernah melihat Anda?” Penjaga itu semakin curiga.“Saya dan teman saya baru saja kesini, mana mungkin Anda mengenal kami,” Jawab Avraam dengan bahasa internasional, inggris. Memperlihatkan bahwa dirinya adalah turis asing.“Cepatlah pergi dar
“Tak perlu repot-repot Saya menyuruh Anak buah untuk menyeret kalian, ternyata Kalian cerdas ya dengan datang sendiri. Sungguh membuat kagum!” Ucap Awal Jarvas dengan santai sembari memutar gelas wineAvraam tampak terlihat begitu santai, berbeda dengan Rayhan yang terlihat sebaliknya. Wajah Rayhan terlihat begitu waspada dan curiga terhadap geriknya. Avraam hanya tersenyum tanpa beban sedikitpun. Diposisi seperti ini Avraam juga terlihat seperti seorang penjahat licik.“Terima kasih atas jamuannya, Tuan. Bisakah Anda bebicara bahasa inggris?” Pinta Avraam begitu tenang.“Kenapa? Apa Translatormu payah?” Balas Jarvas melirik Rayhan.“Iya dia sangat payah dan menyusahkan, maka dari itu mari kita berbicara bahasa inggris saja.” Avraam membalasnya dengan senyum permulaan siasat. Melirik arah Rayhan dengan senyum paksa , “Benarkan?”Rayhan tampak emosi mendengar pernyataan Avraam
“Saya yang akan menggantikan posisi Adelia, lagipula Saya lebih lihai selama bekerja disini. Dan Anda juga selalu mencari Saya, Bukan?”Jarvas tampak kikuk, keadaan seakan membalik semuanya, bimbang yang awalnya menimpa Avraam kini malah menipa Jarvas.“Bagaimana bisa Kau disini, Theo?” Jarvas seakan tak percaya akan kehadirannya.“Itu bukan urusan Anda Tuan, Jadi apakah Anda menerima Saya kembali menjadi Kaki tangan Tuan Jarvas?”Seketika Jarvas terdiam sesaat, dia ingin memilih Avraam karena dengan bersama Avraam dia lebih mudah untuk menjalin hubungan dengan perusahaan besar diluar sana, namun satu sisi Theo hadir kembali setelah sekian lama Jarvas mencarinya untuk bekerja dengannya lagi.Dalam sisi ini Theo sangatlah dipercaya oleh Jarvas, semua pekerjaan yang Theo lakukan selalu memuaskan, dia adalah karyawan cerdas, namun perkara menjalin hubungan dengan perusahaan lain dalam bernegosiasi cukup sulit
Inilah hari yang paling dinanti setiap manusia. Mungkin inilah sebagian harapan kecil juga yang diinginkan tiap insan. Berkumpul dengan keluarga tercinta, bersenda gurau didalamnya, hangat menabur ria dalam untai tawa sebuah keluarga.Pagi yang begitu terasa beda, sorot sinar mentari menari indah dalam penglihatan, terasa begitu silau. Terbangun dari tidurnya, suara bising dari bilik dapur terdengar juga meninggalkan aroma roti gandum yang telah dibakar, ditambah lapisan selai coklat, menambah aroma pagi semakin kuat.“Pagi, Linara.” Bunda Adelia menyambut Linara yang baru saja tersadar dalam mimpinya, perlahan mengumpulkan nyawa sembari menatap heran dengan hari ini yang masih tak sangka bagi Linara akan bertemu dengan Bunda.Terdiam sesaat, sambil mengucek matanya dan tersenyum kecil. Lalu menerima kenyataan manis ini bahwa Bunda Adelia benar-benar sudah ada bersamanya, seketika hangat menyelimutinya. Langkahnya juga kini pasti, melangkah menuju Bu
Dug!Dug!“Siapa itu?!”Linara terkejut setengah mati melihat sosok misterius dibalik Pintu Kaca yang terus diketuk. Sepertinya dia hendak kedalam. Linara segera mematikan kompor api, membuat kuda-kuda untuk berjaga tampak waspada. Matanya membulat sempurna, hatinya begitu gelisah melihat sosok misterius yang mendadak hadir.“Siapa Dia?”Ketukan jendela semakin kuat, membuat Linara semakin menyiapkan diri untuk menghadapinya. Dengan perbekalan Pisau daging yang Linara pegang dengan kuat untuk menjaga dirinya. Wujud hitam itu semakin mengetuk keras, perlahan Linara mendekati, membuka tirai transparan untuk melihat lebih jelas siapa gerangan?Sepertinya sosok itu bukan sosok biasa, hanya orang tertentu dengan keahlian memanjat yang luar biasa. Tepatnya dilantai 10 yang berjarak tinggi sekali dari permukaan tanah, bahkan seekor kera
“Ini sudah terbilang sangat jauh, posisi kita aman. Berhentilah sebentar,” Theo memerintah Rayhan, segera Rayhan berhenti dibahu jalan yang cukup sepi.“Ada apa?”“Ada yang harus Aku lakukan dulu,” Ujar Theo sambil keluar dari mobil.Theo berjalan cepat menuju arah belakang mobil tepatnya bagasi mobil, dia membukanya dan mengambil sesuatu dibalik begasi itu. ternyata Theo melakukan pergantian plat nomor kendaraan, cara agar tak dikenali oleh Jarvas.“Ayo jalan lagi,” Ucap Theo setelah usai semuanya, dia menutup pintu mobil dengan sekali hentak.Perjalanan kembali dilanjutkan, hari semakin gelap, cuaca dingin juga memeluk begitu erat pada tulang dan daging yang terbalut. Rayhan tampak mengatuk, kini giliran Theo yang mengambilm alih kemudi. Saat terlepas dari setir, Rayhan langsung menguap dan menutupkan matanya dengan lelap.“Theo,” Sahut Bunda Adelia dari kursi belaka