Share

Tanda Biru

Aku udah pulang, pagi-pagi buta dari hotel tempat Om Andi menginap. Nggak menunggu waktu lama buatku untuk bersiap-siap pergi ke kantor. Sebelumnya aku berhenti di tempat dulu aku sama Bang Angga sering sarapan berdua.

“Sendiri aja, Neng, pacarnya mana?” tanya tukang nasi uduk yang udah lama aku nggak ke sini.

“Udah meninggal, Bu.” Sekarang aku jawabnya biasa aja. Nggak terlalu terbawa perasaan seperti dulu. Ya, karena udah ada penggantinya mungkin.

“Hah, kapan?” Kan, ditanyain lagi. Sebenernya aku males, tapi nggak enak kalau nggak dijawab.

“Udah sekitar satu bulan lebih yang lalu.”

“Karena?”

“Sakit, tipes.” Aku jawab asal aja. Males merembet ke sana ke sini.

Selesai sarapan aku langsung berhentikan taksi menuju ke kantor. Akhir-akhir ini pengeluaranku bengkak banget. Transportasi salah satu alasannya. Nggak ada yang antar jemput lagi. Uang dari Om Andi aku pakai bayar.

Aku belum kepikiran untuk beli mobil, males, kena macet. Motor juga aku nggak pinter bawanya. Dari dulu aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status