Share

Menghitung Hari

Detik demi detik waktu berlalu membawaku dari pagi sampai akhirnya menuju jam makan siang. Aku sibuk sekali, maksudku, aku menyibukkan diri. Baru satu hari aku ditinggal Om Andi, tapi aku mulai kepikiran.

Aku cek handphone, balasan pesan dariku nggak ada. Susahnya menjalin hubungan sama orang tua, nggak ada WA nggak ada messengger, apalagi facebook dan twitter. Ditelpon juga nggak nyambung.

“Indah, makan yuk, katanya ditraktir, tuh, sama Pak Hengki. Dari tadi dia lihatin kamu terus, loh.” Kimmi mulai mencolekku yang terus memikirkan Om Andi. Ck, ganggu aja.

“Dia, kan, udah punya istri, sih, ngapain cari aku, emang aku pelakor?” Aku menutup sheet kerja di excel dan mulai mengemas handphone serta dompet. Soal makan siang aku masih bisa beli sendiri, kok.

“Ya, sama sesekakek itu emangnya apa?” Kimmi mengikutiku.

Aku memutuskan nggak mau bergabung dengan rombongan Pak Hengki, biarin deh mau dibilang sombong.

“Om Andi kan duda, hati istri mana yang aku sakiti. Aduh capek aku klarifik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status