Share

Seserahan

“Sudah puas?” tanya Om Andi. Aku bingung mendengar kata-katanya.

“Apanya, Om?” Justru aku bertanya balik.

“Ada di makam Nora Syafitri lama-lama. Dari tadi kamu hanya memandang batu nisannya saja. Sudahlah Nora, semua sudah berlalu.” Om Andi memegang bahuku.

Sesaat aku seperti tersihir. Mana dua sosok yang ada di sebelah Om Andi tadi? Rasanya sejak aroma bukhor makin masuk dalam hidungku, semua bayangan jadi gelap dan bercampur aduk.

“Sudah, Om, kita pulang aja sekarang, serem,” ucapku ketika langit semakin gelap.

“Bodoh kau, Indah, padahal kau punya kesempatan untuk lari.” Bisikan itu datang lagi.

Aku menoleh ke belakang. Sosok itu ada di depan pohon jambu, menunjukku dengan tangannya. Kemudian Om Andi menarik tanganku.

“Jangan kamu hiraukan penampakan di sini. Desa ini memang teramat sangat sepi. Lebih banyak jumlah hantu daripada manusianya.”

“Kenapa bisa gitu, Om?”

“Mati ditumbalkan. Sekarang sedang gencar-gencarnya pembangunan jembatan dan fasilitas di luar pulau. Jadi ad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status