Share

Tumbal Pertama

“Hai, Kim, tadi malam main kabur aja.” Aku sudah sampai di kantor dengan tubuh yang lesu.

“Parno aku, takut banget tadi malam berasa lihat hantu,” jawabnya sambil pakai lipstick.

Kami duduk di meja masing-masing sambil menunggu yang lain datang. Aku melanjutkan pekerjaan yang tertunda kemarin sambil perutku terus saja keroncongan. Tak lama setelah itu datang dua porsi sarapan pagi.

Aku tanya siapa yang memesan dan rasanya nggak mungkin kalau Awan. Dia tahu aku lagi malas makan. Pengantar bilang nggak tahu.

Masuk pesan ke ponselku dari Om Andi. Tumben pagi-pagi dapat sinyal. Aku balas sambil makan nasi kuning. Satu porsi lagi ingin aku berikan sama Kimmi tapi katanya dia udah sarapan.

[Om lagi ada di Malaysia. Kamu ada titip?] tanyanya. Tak kurasakan sosok Om Andi yang gaptek seperti ketika datang ke kota ini. Atau aku saja yang sok tahu tentangnya.

[Nggk ada, Om, hati-hati di sana. Jangan lupa makan dan minum. Udah, ya, Indah balik kerja lagi.]

[Iya, terima kasih, kalau lelah k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status