Share

Emas Putih

Di sinilah aku sekarang. Datang dengan pakaian panjang bahkan menggunakan selendang hitam bersama Kimmi. Kami menghadiri pemakaman Awan yang tewas karena kecelakaan mobil tunggal.

Aku bagaimana? Baik-baik saja karena secara mendadak pindah di kursi belakang. Aku hanya lecet sedikit di bagian kepala. Terlihat kedua orang tua Awan menangis ketika liang kubur mulai ditutupi tanah.

“Mana masih muda,” ujar Kimmi yang tak tahan panas. Kami menggunakan payung dan kaca mata demi menghalau sinar matahari yang menyengat.

“Sama seperti Bang Angga. Mati nggak kenal usia,” sahutku mengingat dia yang sudah tiada juga.

Kami menunggu sampai prosesi pemakaman selesai. Terlihat bunga ditaburi di atas gundukan tanah setelah batu nisan dipasangkan. Awan meninggal memasuki usianya di angka tiga puluh tahun lebih.

Kami berangsur pulang. Aku dan Kimmi jalan kaki bersama dan menunggu grab datang menjemput. Tak ada rasa sedihku sama sekali. Justru aku seperti ketagihan ingin mencari tumbal lagi.

“Dipikir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status