Dengan perlahan aku mencoba membuka mataku. Bayanganku buram, tapi aku berusaha untuk membuka mataku dan melihat pandangan menjadi lebih jelas. Ini bukan di kediaman Philip, Kastil Burchard ataupun Kastil milik Raja Tua itu. Lantas di manakah aku berada sekarang? Entahlah. Kepalaku terasa berat, saat aku mencoba memfokuskan pandanganku. Langit-langit yang biasa, dan aku rasa bahwa aku sedang berada di sebuah rumah. Akan tetapi, ini di rumah siapa? Dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk bangun dan beranjak dari sini. Aku yakin bahwa aku sedang tidak dalam bahaya. Akan tetapi, aku tidak boleh kembali terlibat dengan mereka. Aku tidak boleh kembali ke kastil itu, atau kastil manapun. "Jane!" Suara ini? "Kau tidak boleh memaksakan dirimu untuk bangun! Beristirahatlah!" Aku menyipitkan kedua mataku, berusaha melihat wujud dari suara ini. Aku mengenali suara ini. Akan tetapi, aku tidak yakin. Cahaya di rumah ini cukup gelap, hanya di bantu penerangan dari perapian di sana. Laki-la
Tatapan Cedric tidak pernah lepas menatapku. Dia bahkan selalu terjaga. Aku tidak pernah tahu kapan dia tertidur. Ketika aku menutup mata dan saat terbangun, Cedric masih menatapku dengan awas. Aku merasa bahwa aku seperti tahanan di sini, tanpa diikat.Saat aku menanyakan kapan dia tertidur, dia selalu menjawab bahwa dia tertidur saat aku tertidur juga. Bahkan dia mengatakan ketika aku sudah terlelap, dia akan tidur di ranjang bersamaku. Aku tidak yakin akan hal itu, dia berusaha menakutiku agar aku menunjukkan wajah tidak suka. Raut wajah seperti itu yang sangat disukai Cedric. Aneh!Rumah ini terlihat sederhana, aku rasa di sini memiliki beberapa kamar. Namun, Cedric lebih memilih tidur di sofa di kamar bersamaku.Aku semakin ragu untuk pergi dari sini. Karena aku tidak tahu caranya bagaimana? Aku masih bisa lolos dari penjagaan yang ketat yang terdiri dari banyaknya pasukan. Namun, aku tidak bisa lolos dari satu orang ini.Cedric mengajakku makan malam di ruang makan.Hanya cahaya
Aku membuka mataku dan terbangun.Dengan sontak, aku membuka mataku lebar-lebar, dan menduduki kasur.Cedric?Apa yang sudah dia lakukan di kasur ini? Apa aku telah tertidur bersamanya?Aku diam mematung menatapnya, sampai dia mulai membuka matanya.Berbeda denganku, dia tampak berbahagia sekali di pagi ini.Dia tersenyum, kemudian beranjak duduk. "Selamat pagi, Jane." Dia mengusap pipiku. Namun, aku menepisnya."Pagi yang indah." Dia merenggangkan kedua tangannya ke atas.Aku mengerutkan dahi, melihat tingkah Cedric yang aneh."Aku senang jika penglihatan pertamaku di pagi hari adalah dirimu. Akan lebih indah jika kau tersenyum bukan memasang wajah yang seperti itu."Dia tersenyum licik."Tidak masalah, aku tetap menyukaimu."Aku beranjak dari kasur, kemudian membuka jendela. Udara pagi hari sangat segar, jadi lebih baik aku menghirup udara pagi ini dan menikmatinya. Aku menutup mataku, dan membiarkan cahaya matahari menyinariku serta angin menyapu seluruh wajahku.Cedric memelukku d
Badanku terguncang-guncang mengikuti arah jalan yang membuatku terbangun. Apa aku bermimpi tadi?Aku menarik napas yang dalam lalu terbangun, nyawaku seperti bangkit kembali. Setelah itu aku terbatuk-batuk, tenggorokanku terasa gatal. Mungkin karena sisa asap yang masih membekas di tenggorokanku. Menyadari hal ini, berarti kejadian itu bukanlah mimpi.Setelah seluruh anggota tubuhku tenang, lalu hidungku menghirup udara bersih yang cukup, dan mulutku menghentikan batuk. Aku melihat sekitar, bahwa aku sedang berada di dalam kereta kuda dan di hadapanku terdapat seorang laki-laki yang berumur sekitar pertengahan 40-an. Dia memiliki kumis berwarna coklat, dan jenggot panjang berwarna yang sama. Rambutnya panjang dan ikal. Dengan penampilan seperti itu, dia membuatku ketakutan. Tatapannya tidak berhenti menatapku."Sudah aku katakan jika kau akan aman berada di sana," ucapnya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Kemudian dia bersandar dan mengubah posisi duduk menjadi lebih santai
Seseorang datang untuk memeriksa kondisiku. Dia seorang wanita paruh baya berpenampilan rapi. Aku bisa menilai jika wanita ini hampir mirip dengan Philip. Dia memiliki aroma yang menyengat, kadang aku merasa pusing tapi di saat yang lain aku merasa nyaman. Aku tidak tahu aroma apa yang dimiliki wanita ini. Tangannya meraba-raba tubuhku, memeriksa jika aku memiliki luka bakar ataupun luka yang lain. Lalu dia memeriksa mulutku, kemudian menyinari cahaya ke arah mataku menggunakan alat kecil yang mudah di genggam.Aku menyesal telah mengatakan bahwa aku tidak enak badan. Maksudku hanya untuk sebagai alasan agar aku tidak ikut acara makan atau perkumpulan dengan orang-orang ini. Namun, raja tua itu malah mengirim seorang wanita untuk memeriksaku. Benar-benar merepotkan."Sudah selesai, kau tampak baik-baik saja Mungkin karena efek yang ditimbulkan masih terasa, sehingga badanmu masih merasa lelah. Bergeraklah, itu akan terasa jauh lebih baik. Otot-ototmu butuh peregangan agar tidak kaku,"
Seorang pelayan berlari dengan kencang saat melihatku, kemudian dia membungkukkan badannya di hadapanku, napasnya tersenggal-senggal dan dia sedang berusaha mengatur napasnya agar kembali teratur.Dia adalah seorang pelayan yang bersamaku tadi. Mungkin saja dia mencemaskanku dan berlari mencariku.Dia masih mengatur napasnya untuk berbicara denganku. "Nona." Dia mengehentikan perkataannya, karena napasnya belum teratur."Maafkan aku, aku hanya perlu ke kamar mandi karena perutku sedang tidak enak," ucapku bohong.Aku sangat yakin jika dia ketakutan kehilangan diriku. Aku penasaran, bagaimana jadinya jika pada saat itu aku langsung kabur? Apakah dia akan diberhentikan dari pekerjaannya? Atau? Entahlah. Yang jelas aku sudah menolongnya saat ini.Kami tiba di ruang makan. Di sana sudah ada beberapa orang termasuk Sofia. Dia tidak menatapku sama sekali saat aku tiba di sini, aku yakin dia sedang berpura-pura dalam menjaga sikap. Jika semua org menghilang dari sini, aku akan tersenyum meli
"Jane." Williams datang mengenakan mantel serba hitam.Dia berjalan ke arahku, dan memberikan sebuah mantel untukku. "Udara malam ini akan sangat dingin, kau perlu mengenakan mantel ini."Selagi aku memakaikan mantel. Williams melanjutkan pembicaraannya, dia berkata, "Aku akan mengantarmu ke Kastil Burchard."Aku panik! Tubuhku memanas seketika. Rasa dingin dari udara malam ini menjadi tidak terasa di seluruh badanku, padahal aku baru saja memakai setengah bagian dari mantel ini. Aku tidak tahu harus menjawab apa dari perkataan Williams? Sedangkan Kastil Burchard bukan tujuanku. Tujuanku adalah pergi dari sini meninggalkan mereka berdua, dia dan Tom.Jika kami pergi menggunakan kuda yang berbeda, akan lebih mudah untukku kabur darinya. Namun, jika sebaliknya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Tidak mudah memikirkan alasan di saat seperti ini. Meskipun dia tidak tahu jika aku baru saja meninggalkan Tom. Dia tidak akan mengizinkanku pergi, selain ke Kastil Burchard. Sebaliknya,
Kedua tanganku kini terikat. Badanku terasa dibawa oleh sesuatu. Aku terbangun, tapi aku tidak bisa melihat sama sekali. Di sini sangat gelap. Kepalaku masih tertutup suatu kain. Badanku terguncang, mengikuti arah jalan. Aku yakin sekarang. Seseorang membawaku menggunakan kereta kuda.Kini aku sadar apa yang telah terjadi."Williams?" ucapku dengan nada bergemetaran, mengingat kejadian sadis waktu itu. Aku berharap jika Williams benar-benar—Tidak. Tidak mungkin kan? Seharusnya Williams baik-baik saja di sana.Aku menangis mengingat kejadian itu. Seharusnya Williams tidak bersamaku, seharusnya Williams tidak membantuku. Seharusnya aku menuruti permintaan ayahnya, seharusnya aku menikah dengannya. Seharusnya aku tidak membunuh temanku sendiri. Aku telah membunuhnya, padahal dia adalah penyelamat di saat hidupku hampir berakhir. Namun, aku sendiri yang mengakhiri hidupnya. Memang sudah saatnya aku harus menyalahkan diriku sendiri.Kereta kuda berhenti.Seseorang membukakan pintu kereta