Share

5. Berbuat Ulah

Belum sempat Elya lari, kerah baju belakangnya sudah ditarik pria di belakangnya.

"Mau ke mana?" tanya Bariqi dengan tajam.

"Aku mau pergi, salah jalan," jawab Elya mencoba berlari, tetapi tarikan tangan Bariqi sangat kuat, membuatnya tidak bisa berkutik.

"Kamu gak salah jalan, itu Pak Dadang ada di sana," tunjuk Bariqi.

"Aku nggak beli nasi goreng, lepasin!" titah Elya. Bariqi tidak melepasnya, melainkan pria itu menarik Elya untuk mengikutinya.

"Eh, eh! Aku mau dibawa ke mana?!" jerit Elya.

Elya mencebikkan bibirnya kesal. Hari ini ia sudah kesal dengan Bariqi yang mengganggu tidur siangnya, dan malam ini harusnya ia bisa makan nasi goreng dengan tenang, tetapi ia malah bertemu dengan Bariqi.

"Sepertinya aku harus belajar lari jarak jauh, biar saat bertemu Bariqi bisa kabur," cicit Elya.

"Semakin kamu kabur, semakin semangat aku mengejar," jawab Bariqi tersenyum puas.

"Lepasin, aku mau beli nasi," ucap Elya memaksa Bariqi melepas cekalan tangannya.

"Aku beli kebanyakan, nih yang satu buat kamu," ujar Bariqi menyerahkan nasi pada Elya. Elya menatap nasi yang disodorkan Bariqi.

"Nggak, aku bisa beli sendiri," jawab Elya yang kini berlari mendekati Pak Dadang, saat tangan Bariqi tidak lagi memegang kerah baju belakangnya.

"Elya, aku sudah baik hati memberi kamu nasi," kata Bariqi.

"Aku masih punya uang untuk beli sendiri. Lagi pula kamu kenapa sih di mana-mana ada? Sehari saja aku pengen gak lihat kamu di mataku," oceh Elya mendorong Bariqi.

"Sudah ditolong malah mendorong, orang paling nggak tahu diri itu kamu," cibir Bariqi menunjuk-nunjuk kening Elya dengan tangannya.

"Neng Elya, nasi gorengnya habis," ucap Pak Dadang.

"Hah? Kok cepet banget? Biasanya jam dua belas masih ada," ujar Elya.

"Iya, hari ini laris manis," jawab Pak Dadang.

"Mi aja kalau gitu, Pak. Mie rebus," ujar Elya.

"Eh! anu, itu ...," Pak Dadang menjawab dengan terbata-bata. Bariqi menatap Pak Dadang, mengisyaratkan agar Pak Dadang bilang habis. Namun, Pak Dadang malah bilang a u a u.

"Mi-nya juga habis. Makanya makan saja punyaku," sela Bariqi menarik Elya menjauh.

"Eh! Tetapi mi-nya itu masih ada. Tuh di ember masih banyak!" Elya berteriak nyaring sambil menunjuk tempat mi milik Pak Dadang.

Bariqi menatap Pak Dadang dengan tajam. Pria paruh baya itu langsung menyembunyikan mi-nya.

"Mi-nya sudah dipesan orang," jawab Pak Dadang.

"Hah, tidak mungkin. Masa, aku nggak kebagian satu porsi pun?" gumam Elya.

Pak Dadang menggeleng, sedang Bariqi terus menarik Elya agar menjauh. Orang-orang yang tengah beli di sana pun menatap Bariqi dan Elya yang terlibat percekcokan.

"Pak, mi-nya habis?" tanya salah satu pelanggan.

"Tidak, Mbak. Masih bisa pesan. Tadi urusan anak muda yang lagi pacaran," jawab Pak Dadang yang merasa tidak enak hati. Kalau dia tidak diberi uang seratus ribuan, ia tidak sudi menuruti ucapan Bariqi.

Bariqi mengempaskan tubuh Elya saat sudah jauh dari Pak Dadang. Pria itu juga memaksa Elya untuk duduk di atas trotoar.

"Makanya nurut dengan ucapanku. Aku sudah baik hati memberimu nasi," ucap Bariqi memberikan kantong kresek pada Elya.

"Aku tahu pasti Pak Dadang tadi bohong. Masa jam segini semua sudah habis. Terus orang-orang yang antre di sana itu apa?" balas Elya tidak mau kalah.

"Sudah jangan berteriak, berisik!" seru Bariqi.

Bariqi mengambil duduk di samping Elya, pria itu mengalah membukakan nasi untuk gadis di sampingnya. "Nih makan!" titah Bariqi menyerahkan nasi dan sendok plastik pada Elya. Eya menatap Bariqi dengan pandangan penuh selidik.

"Jangan-jangan kamu memasukkan racun di sini," tuduh Elya.

Bariqi mengambil sendok satu lagi dan menyendokkan nasi milik Elya ke mulutnya, "Kalau ini aku beri racun, kita akan mati bersama," ucapnya.

Melihat Bariqi yang berani memakan, Elya pun dengan pelan mulai menyendokkan nasi ke mulutnya. Ia sudah lapar sejak tadi, tetapi baru keluar dari mess sekarang. Dan ia malah bertemu Bariqi yang bertingkah aneh memberinya nasi.

Elya merasakan hidungnya tertusuk saat mencium parfum Bariqi yang kelewat wangi. Saking wanginya membuat hidung Elya sangat gatal. Elya mencuri pandang ke arah Bariqi yang saat ini membuka nasinya sendiri. Merasa dilirik oleh Elya, membuat Bariqi tersenyum penuh kemenangan.

Dengan penuh percaya diri ia menggeser tubuhnya untuk lebih dekat dengan gadis mungil di sampingnya. Elya menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan pria berbaju hitam itu. Namun, semakin Elya menjauh, semakin pula Bariqi bergeser agar dekat dengan gadis itu.

"Chef apaan sih dekat-dekat aku?" tanya Elya ketus.

"Siapa yang dekat dengan kamu? PD banget jadi orang," hardik Bariqi.

"Lah, itu terus geser ke aku."

"Aku geser ke kamu agar kamu ketularan wangi tubuhku."

"Bau parfum kamu bikin aku mual. Lagian kamu kenapa pakai parfum sampai baunya menyengat gini. Kamu mau beli nasi goreng atau mau pergi cari sesajen, wanginya kayak orang mau cari pesugihan," maki Elya.

Bariqi tercekat mendengar ucapan Elya. Ia berdandan lama dan menyemprot dirinya dengan parfum yang banyak agar Elya meliriknya. Parfum yang digunakan Bariqi pun bukan parfum kaleng-kaleng, parfum dengan merek ternama dengan aroma jeruk mandarin yang dipadukan dengan ice tonic, yang membuat harum lebih elegan. Bariqi juga sengaja memakai kaus casual hitam dan menata rambutnya rapi agar terlihat lebih menawan, tetapi Elya benar-benar tidak mau meliriknya. Gadis itu menghina Bariqi secara terang-terangan! 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anita Ratna
Huahaha dikira menyan dong......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status