“Saya tidak akan menyerah dengan mudah, Tante! Selama ini Mas Arya sudah membohongi saya. Bagaimana bisa dia bersikap seakan-akan tidak melakukan kesalahan apapun?” pekik Ayda yang tak bisa menerima permintaan Marisa dengan mudah.Dunia seakan telah hancur. Cinta yang ia yakini murni dari dalam hati ternyata menyimpan luka yang begitu menyakitkan. Selama ini Arya selalu bersikap baik dan berusaha membantunya. Ayda sama sekali tidak menyangka bahwa semua itu Arya lakukan untuk menutupi kesalahan yang sudah ia lakukan.“Seharusnya kamu sadar diri Ayda. Saya sudah mengetahui semuanya, Arya menikahi kamu dengan imbalan dirinya akan membayarkan semua biaya rumah sakit ayah kamu bukan? Lalu apa itu bukan bentuk tanggung jawab yang Arya lakukan, hah? Seharusnya kamu berterima kasih Ayda, karena Arya sudah berbaik hati dengan membantu kamu!” erang Marisa mengungkapkan semua hal yang ia ketahui.Semua yang dirahasiakan selama ini pun terungkap. Ayda memejamkan matanya dan menangis terisak. Ia
“Satu hal apa Ayda?” tanya Darma sambil menatap Ayda dan Marisa secara bergantian.Dengan senyum yang masih bertahan di wajahnya, Ayda berjalan mendekati Marisa dan membisikkan sesuatu padanya. “Jika Tante tidak ingin saya mengatakan kebenarannya, maka jawablah pertanyaan nenek. Karena saya tidak terbiasa untuk berbohong,” ucapnya dengan keberanian penuh.Marisa yang tak menyangka Ayda akan melimpahkan situasi sulit ini padanya pun langsung menatap tajam ke arah menantunya. Sedangkan Ayda hanya tersenyum seakan tidak terjadi sesuatu pada dirinya.“Ada apa dengan kalian?” Darma kembali mengajukan pertanyaan saat melihat kedekatan Ayda dan Marisa yang tak biasanya.“Tante Marisa yang akan menjelaskan maksud dari perkataan Ayda, Nek. Lagi pula Ayda sudah telat untuk berangkat kerja, sampai jumpa, Nek,” urai Ayda yang terlihat sangat terburu-buru dan bergegas keluar rumah.Membiarkan Marisa menjawab semua pertanyaan Darma adalah jalan terbaik bagi Ayda. Ia tidak bisa mengatakan sebuah keb
“Apa Ayah ingin Ayda meninggalkan Arya?” sambung Ayda saat Rahman tak kunjung melanjutkan perkataannya. Hanya itu yang terlintas dalam pikirannya. Meskipun selama ini Arya sudah bersikap baik pada keluarganya, tetapi tetap saja. Sikap Arya tidak bisa dibenarkan begitu saja.“Apa kamu ingin meninggalkannya?” Rahman balik bertanya pada Ayda yang langsung mengernyitkan dahinya.Dengan ragu Ayda pun menganggukkan kepala. Meski ia tidak bisa membohongi hatinya, tetapi Ayda tak ingin bersikap egois. “Ayah tidak perlu mempedulikan perasaan Ayda. Apapun yang Ayah putuskan, Ayda akan menerimanya dengan lapang dada,” ungkapnya dengan yakin.Rahman yang sangat mengenal Ayda pun menganggukkan kepala. seakan dirinya memberikan kode bahwa dirinya tidak akan melakukan kesalahan hanya karena perasaan. “Baiklah. Ayah ingin … kamu memaafkan Arya dan kembali padanya,” ujar Rahman setelah berpikir panjang.Ayda yang seakan tak percaya ayahnya akan mengatakan hal itu pun langsung menatap Rahman untuk mema
“Syukurlah kamu sadar. Seharusnya dari dulu kamu pergi dari rumah ini,” ucap Marisa yang tiba-tiba memasuki kamar.Saat mendengar perkataan yang tak asing. Ayda menghela napas dah meletakkan ponselnya di atas anjang. Tanpa menanggapi perkataan Marisa, Ayda lebih memilih untuk melanjutkan persiapannya untuk pergi. Meskipun hanya untuk sementara, tetapi Ayda tak akan memberitahukan Marisa apa yang sedang direncanakan olehnya.“Ingat Ayda, saya akan selalu mengawasi kamu. Kalau kamu berani melanggar janji kamu, maka saya tidak akan tinggal main-main dengan perkataan saya untuk menghancurkan hidup kamu,” urai Marisa yang kembali mengingatkan Ayda tentang perjanjian.Sambil memasukkan beberapa pasang baju dan kebutuhan lainnya, Ayda melirik ke arah Marisa dan mengulum senyumnya. “Saya tidak akan melanggar janji, Tante. Percayalah,” balasnya dengan tenang.Setelah memastikan semua barang bawaannya selesai, Ayda pun bersiap untuk pergi. Keberadaan Marisa di dalam kamar dan mengawasi dengan t
Arya POV “Ada apa dengan Ayda? Kenapa sejak kemarin dia tidak menjawab telepon saya?” tanya Arya yang mulai merasa frustasi saat Ayda tak kunjung memberikan kabar padanya. Sejak keberangkatannya ke luar kota, Arya merasa sangat gelisah karena Ayda tidak menjawab telepon darinya. Pesan yang ia kirim bahkan tak ada satupun yang mendapatkan balasan. Sampai akhirnya, tiba saatnya Arya pulang ke rumah dengan rasa gelisah yang menggerogoti hatinya. Dalam perjalanan pulang, Arya terus memikirkan Ayda. Ia menghela napas panjang dan pandangannya tertuju pada satu buket bunga mawar merah yang berada di tangannya. “Semoga tidak terjadi hal buruk padanya,” lirih Arya mencoba untuk menenangkan dirinya. Rasa rindu yang ada dalam hati sudah tak dapat dibendung lagi. Meski dengan memandangi foto yang terpampang jelas di layar ponselnya. Arya hanya bisa tersenyum saat melihat foto Ayda yang sedang tertidur di lengannya. Ia bahkan dapat mengingat dengan jelas setiap momen yang ia lalui bersama istri
“Kamu harus menceraikan Ayda sekarang juga,” titah Marisa tanpa memahami apa yang kini sedang Arya rasakan.Dengan tatapan tak percaya, Arya pun menjauhkan diri dari Marisa yang terlihat seperti layaknya seorang penjahat. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, Arya tidak yakin itulah yang diinginkan Marisa terhadap dirinya. “Cerai? Itu yang Mamah inginkan, iya? Kalau begitu jawab Arya dengan jujur, Mah. Apa kebahagiaan Arya tidak berarti apapun bagi Mamah?”Marisa terdiam. Ia merasa tersudutkan dengan pembicaraan Arya yang mulai meragukan kasih sayangnya. “Cukup Arya. Apa kamu tidak pernah sadar bahwa Ayda bukanlah wanita yang baik untuk kamu! Dia wanita kampung yang tidak berpendidikan. Apa kamu pernah berpikir bahwa keluarga Ayda tidak sepadan dengan keluarga kita? Cinta Ayda sudah membuat kamu buta Arya!” Marisa mulai menaikkan nada suaranya.Situasi terasa semakin sulit. Arya tersenyum penuh luka dengan mata berkaca-kaca. “Ternyata benar, selama ini
“Ayda!” panggil Lasmi yang baru pulang dari sawah.Sambil membawa sapu di tangannya, Ayda berjalan keluar rumah untuk menghampiri sang nenek yang masih bersemangat di masa tuanya. “Nenek mau Ayda buatkan teh?” tanyanya tanpa diminta.Namun, Lasmi langsung menggelengkan kepala dan menyodorkan beberapa lembar uang pada Ayda. “Nenek tidak suka minum teh, lebih baik kamu belikan nenek minuman susu murni di perempatan jalan. Di sana ada banyak jajanan, kamu bisa membeli makanan yang kamu suka di sana,” ujar Lasmi sambil mengelap bulir keirngat di wajahnya.“Oke siap, Nek. Ayda akan segera kembali,” sahut Ayda dengan semangat.Kurang lebih setengah hari, Ayda menyibukkan dirinya untuk membersihkan rumah dan menyiapkan makan siang untuk Lasmi. Ia tidak mau hanya tinggal diam di rumah saat Lasmi melarangnya untuk pergi ke sawah. Meskipun perasaannya masih belum tenang, tetapi Ayda tak ingin larut dalam masalah.Sambil melihat pemandang sawah yang terbentang luas, Ayda berjalan perlahan. Meni
“Saya … lanjutkan Ayda,” lirih Arya menunggu kelanjutan dari ucapan Ayda yang terlihat sangat mencemaskan dirinya. Dengan gugup, Ayda pun langsung memalingkan wajahnya. “Ti-tidak ada kelanjutannya,” elak Ayda. Arya yang bisa melihat dengan jelas cinta yang Ayda miliki untuknya pun perlahan mendekatinya. “Saya haus, bisakah kita pulang sekarang?” Arya memasang wajah memohon agar Ayda tidak meninggalkan dirinya di desa yang terlihat sangat asing untuknya. “Tunggu di sini, saya akan mengucapkan terima kasih pada warga yang sudah bantu menghentikan perkelahian ini,” urai Ayda dan langsung berjalan mendekati Adam dan warga yang berusaha menenangkannya. Dengan tatapan kesal, Ayda menatap lelaki yang sangat menyebalkan. “Kita anggap masalah ini selesai,” ucapnya berharap tidak akan ada perdebatan lagi. Dengan wajah yang dipenuhi luka memar akibat pukulan, Adam tersenyum sinis. “Tidak semudah itu gadis kota!” ujarnya dan langsung pergi begitu saja. Warga desa yang sudah sangat mengenal si