Tidak Lama Saka masuk menenteng Mukena putih dan sajadah.
"Kamu udah wudhu'?""Sudah,""Tunggu aku sebentar, kita shalat berjamaah aku ambil wudhu dulu!" Saka bergegas masuk kedalam kamar mandi Nauma memasang mukena dan membentangkan sajadah nya sambil menunggu Saka dia menunaikan shalat sunah fajar."Kamu udah shalat duluan, kan aku suruh tunggu dulu?" Tanya Saka yang terlihat rapi memakai baju Koko dan sarung"Hmm belum,""Barusan kamu siap shalat,""Shalat sunah Saka, ayok buruan nanti kelewat waktu Subuh nya," Saka mengangguk paham, dia membentangkan sajadah didepan Nauma, mereka shalat cukup khusyuk walaupun bacaan shalat Saka tidak terlalu merdu tapi bisa membuat hati Nauma tentram, setidaknya dia tidak lupa dengan Agama dan sang penciptanya."Ayok turun sarapan!""Mmm ia tunggu sebentar," Nauma berjalan ke tempat mukena nya disimpan tadi, dan memasang nya"Loh mau shalat apa lagi?" Saka menaikkan alisnya"Bukan, Jilbab ku belum kSampai di Apartemen, Nauma membuka kunci dengan sandi sepertinya tidak ada Arumi didalam, mereka melangkah masuk menyusuri setiap ruangan tapi tidak ada siapapun."Kamu mencari siapa?" Tanya Saka"Arumi, seharusnya dia sekarang disini, apa mungkin sudah ke caffe," jawab Nauma menerka"Bulan madu mungkin," jawab Saka enteng"Hmm," Nauma memutar bola mata malas mendengar perkataan Saka mengarah ke hubungan intim."Aku tidak salah kan? Mereka kan pengantin baru!" Seru Saka mengikuti Nauma memasuki kamar"Berhenti disitu!" Saka berdiri diambang pintu"Kenapa?""Kamu tunggu diluar,aku mau mandi." Nauma menutup pintu membuat kaget Saka"Padahal Uda sah sah aja, ngapain coba harus tunggu diluar," gerutu Saka"Kalau ga mau tunggu diluar, pulang saja." Teriak Nauma dari kamar"Apa pendengarannya setajam itu," gumam Saka kesal"Saka memainkan handphone diruangan tamu diatas sofa minimalis modern, tiba-tiba ada sebuah Notif pesan masuk dari Melis
"Prang.!! Awww..!! Nauma tersandung karena keadaan lantai yang licin. "Astaga! Kamu tidak bisakah bekerja dengan baik?" pekik Melisa sambil berdecak mengibaskan tumpahan jus dipakainya yang seksi dengan tatapan menghujam hendak menerkam Nauma. "Maaf Mba,saya tidak sengaja!" Nauma berdiri dan hendak membantu membersihkan bekas jus yang menempal dibaju Melisa Akan tetapi Nauma malah didorong hampir saja dia akan terjatuh untuk yang kedua kalinya, Nauma hanya bisa menutup mata karena akan merasakan sakitnya pantat mendarat di lantai. "Loh kok ga sakit?" batinnya seraya membuka mata, bukan nya berdiri Nauma malah menatap laki- laki tampan yang menangkap badannya dengan tangan kekarnya, mata mereka saling menatap satu sama lain seakan kisah lama terulang lagi. "Saka.!" gumamnya yang tidak didengar siapapun,Melisasi gadis menor memekik memecahkan gendang telinga. "Heii...!!" dasar pelayan ga becus, udah kerja ga becus beraninya kamu menatap tunanganku ." sengitnya lagi menarik lengan
"Kamu mengenalnya Mas, oh ia bukan kah kamu pemilik Aruna Caffe tadi?" tanya perempuan dalam mobil yang bersama Saka , wajahnya sangat berantakan dan rambutnya acak-acakan, entah apa yang mereka lakukan. "Jadi kita impas saja, tadi pelayan kamu membuat saya rugi atas kecerobohan nya." imbuhnya lagi, namun sekarang Arumi bukanlah orang saat dicaffe yang memiliki jiwa tenang, dengan tegas ia katakan untuk ganti rugi jika tidak dia akan laporkan ke pihak berwajib, dengan sedikit gertakan akhirnya Melisa terdiam."Kalau kalian mau bertengkar jangan dijalanan, kalian bisa membahayakan nyawa orang lain." tegasnya lagi menatap tajam kedua pasangan tersebut dan meminta kartu nama saka untuk dia hubungi nanti. Arumi tidak ingin berlama disana, ia takut nanti Nauma keluar dan melihat keberadaan Saka."Kok lama sekali sih Mi?" tanya Nauma saat Arumi masuk dan duduk dibalik kemudi mobilnya "Apa kamu baik - baik saja? tanya Arumi melihat dahi Nauma memerah. " Oh ini gapapa, cuma perih sedikit a
Karena tidak kunjung dihubungi oleh Arumi,Saka akhirnya memutuskan untuk datang ke Aruna Caffe, selain untuk bertanggung jawab atas kecelakaan yang dia buat tapi Saka juga ingin melihat kembali Nauma, Saka masih memendam rindu untuk nya, yang dia tinggal selama 5 tahun tampa pamit dan kabar berita. Sampainya di caffe saka mendapatkan telfon dari Melisa, tunangan hasil perjodohan paksa dari ayahnya."Kamu dimana Mas?" tanya nya tampa salam, Saka berdecak kesal dengan menyugar rambutnya kebelakang."Di caffe Aruna." jawab nya terlihat malas menjawab "Ngapain kamu kesana sepagi ini? jangan-jangan kamu mau menemui pelayan kemarin ya sampai kamu rela bertengkar dengan ku dimobil karena dia," cerocos melisa menyebalkan jika bukan karena paksaan Ayah aku tidak akan mau bertunangan dengan gadis manja sepertinya, umpat saka dalam hati."Saya mau bertanggung jawab atas kerusakan mobil Arumi." haruskah setiap urusan ku dia mengetahui nya menyebalkan gumam saka dalam hatinya. "Tunggu aku, aku
"Serapuh ini hatiku, 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk move on tetapi selama itu juga aku memupuk cintaku, suatu saat pasti akan mekar tapi sayang, cintaku overdosis." bathin Nauma "Tes.." tidak terasa air mata jatuh dipipi mulusnya dengan susah payah menata hati sekarang disirami asam lagi,mengetahui Saka sudah bertunangan dan melihat kemesraan nya membuat Nauma sakit menyaksikan nya."Jika saja kata pelakor bisa ku katakan untuk perempuan itu, tapi hubungan kami sudah lama tampa kepastian, rasanya tidak pantas aku menyimpan rasa untuk nya" Nauma berucap dalam hatinya"Drtt..drtt.." dering telfon membuyarkan angan Nauma, disana tertera nama Rendi, laki-laki yang selalu ditolak kehadirannya namun masih gigih mendekati Nauma."Jika tidak bisa menjadi cinta menjadi sahabat pun tak apa" kata Rendi saat ituNauma mengusap ganggang hijau di hp nya dengan menetralkan suara nya. "Hallo assalamualaikum Ren." "Waa'alaikumsalam, coba tebak aku lagi dimana?" cerocos setelah menjawab
Diluar Rendi telah datang menjemput Nauma untuk makan malam bersama keluarganya, penampilan nya selalu rapi dengan tubuh yang tegap, dia termasuk pria yang tampan, banyak wanita yang ingin menjadi kekasih nya, tapi dia tetap menyukai Nauma walaupun sudah ditolak berulang kali."Arumi, aku mau diner sama rendi dan keluarga nya, kamu aku tinggal gapapa kan, atau perlu aku telfon Dion untuk menemani?" sambil memoleskan lipstik di bibir ranumnya "Serius, sejak kapan?" Arumi kaget dan berdiri menghadap Nauma meminta penjelasan"Sorry,aku buru-buru Mi, Rendi Udah nungguin dibawah soalnya, aku tinggal ya bye." Nauma tersenyum simpul dan berlalu keluar tampa menjelaskan apapun. Arumi hanya bisa melongo dikiranya tadi Nauma hanya bercanda."Maaf ya Ren, jadi nungguin soalnya tadi aku ketiduran." setelah membuka pintu mobil dan duduk di samping Rendi, Rendi jadi pangling melihat penampilan Nauma walaupun Nauma selalu cantik di matanya."Rendi, kamu kok diam aja kamu marah?" tanya Nauma bingung
Malam ini begitu terlihat indah walau tidak ada bintang yang menghiasi langit , karena bintang itu ada dalam genggaman seorang Rendi Permana. Dilain sisi Saka Abimana merasa kelam, sungguh dia tidak rela cintanya direnggut sang kakak namun dia tidak berdaya untuk menjelaskan kebenaran ke semua orang."Ini tidak bisa dibiarkan." umpat Saka kesal meninju tembok dinding kamarnya Diluar terlihat Rendi akan mengantarkan Nauma pulang, dia membuka kan pintu mobil untuk Nauma dengan senyum yang tidak pernah lepas di pipinya. "Silahkan masuk tuan putri." Nauma merasa risih tapi sadar diperhatikan saka di balik jendela kamarnya ia bersikap manis untuk memanasi Saka."Terimakasih pangeran." Nauma tersenyum mempesona, Rendi sedikit heran melihat tingkah Nauma, biasanya dia akan ngomel jika digombali."Nauma." geram Saka dari dibalik jendela dalam kamarnya "Aku tidak bisa begini,aku akan meminta penjelasan Nauma." Saka mengambil jaket dan kunci mobilnya, dia mengikuti mobil Kakak nya dengan jara
Gelap nya malam membuat suasana semakin mencekam, Saka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit Bakti, tidak dia pedulikan lagi ancaman Melisa, dalam waktu 15 menit Saka sudah sampai dan memasuki rumah sakit terburu-buru dengan sedikit berlari."Permisi Suster pasien atas nama Rendi Permana ada di ruangan mana?" tanya nya dimeja resepsionis "Tunggu sebentar ya Pak saya cek kan dulu." jawab Suster nya ramah. "Pasien atas nama Bapak Rendi Permana masih berada diruangan UGD, Bapak bisa lurus dari sini kemudian belok kiri" jelasnya"Baik Sus, terimakasih." jawab Saka dengan langkah yang begitu terasa berat.Didepan ruangan UGD terlihat Mama Saka duduk ditemani Bi Inah pembantu rumah tangga nya, wajahnya dibanjiri air mata. "Ma..!!" panggil Saka dan memeluk mamanya memberikan kekuatan walau dia sendiri rapuh,mamanya semakin terisak."Mama harus kuat ya, Mas Rendi nanti sedih jika melihat mata Mama sembab." "Ini semua salah Mama Bi, disaat Rendi pulang dia melihat perteng