Syilla memindai beberapa tanaman kesayangannya dengan baik ketika ia sudah berdiri diantara aneka jenis tanaman legendaris dan jenis tanaman beracun di sekitarnya, yang ditempatkan secara khusus di lantai dua.
"Hm, Looks like my deadly nightshade plant (belladona), Onyx Odysses Hellebore and Castor Oil Plant have started to bloom, I can't wait to start researching the poison test in this plant." Desisnya saat melihat pemandangan indah tiga jenis bunga syurga bermakna neraka itu bermekaran sempurna.
Walaupun dua jenis bunga pemilik buah kecil aneh itu tampak seperti tanaman liar, namun- bunga-bunga itu tak dapat dianggap enteng bahkan ketika bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung. Secara alami, dua jenis tanaman itu begitu mematikan di dunia bahkan banyak di Indonesia dijadikan obat atau sayur-mayur.
Berbeda dengan satu jenis bunga pemilik kelopak warna hitam, yang sering disebut *Bunga racun* dengan nama latin Onyx Odysses Hellebore. Bunga jenis ini
Izzuddin baru saja sampai di Mansion mewahnya dengan wajah lelah, hari ini lelaki itu harus rela kerja lembur sampai lupa mengabari sang istri dirumah. Wajah tampan pria itu terlihat tampak gusar ketika mencoba menghubungi istri mungilnya, selalu saja ponsel wanitanya itu tak aktif."Dimana, istriku?" Tanyanya ketika berpapasan dengan kepala asistennya yang kebetulan berdiri cemas didepan pintu utama.Melihat kedua wanita beda usia yang tengah berdiri didepan pintu utama itu sudah membuat hati Izzuddin merasa cemas, bagaimana pun juga tidak biasanya kedua wanita itu berdiri dengan gelisah saat melihat mobilnya memasuki gerbang. Izzuddin tahu betul jika Syilla sangat akrab dengan dua wanita itu, sehingga tanpa berbasa-basi lelaki itu langsung bertanya keberadaan wanita hamil itu karena akhir-akhir ini Syilla tidak mau ditinggal dirinya dalam waktu cukup lama."N-nyonya ada di istana kaca, T-tuan."Satu jawaban dari mulut Bi Sima membuat Izzuddin mengerutka
"Eoh, tidak. Bukannya kau mau mandi, itu ada air cukuplah buat Kakak mandi." Jawab wanita hamil itu polos, membuat Izzuddin sedikit kesal di buatnya. "Tapi itu kolam ikan, sayang. Kamu menganggap suamimu ini ikan, hm?" Tanya Izzuddin gemas. "Tidak, Syilla malah menganggap suamiku ini seorang buaya darat tampan penuh pesona." "Heh, suamimu ini bukan player kali." Kata Izzuddin sambil melotot kesal, namun yang ditatap tidak menunjukkan takut sama sekali. "Siapa yang bilang Kakak player?" "Kamu." "Kapan?" "Barusan." "Nggak tuh, Syilla kan ngomongnya Kakak itu seorang buaya darat bukan player." Dengus wanita hamil itu langsung melengos kesal ke arah kumpulan bunga-bunga indahnya. "Dasar bumil, iyain saja deh-- biar cepat." "Eh, Kakak mau apa?" Pekik Syilla cemas ketika suaminya itu mengangkat tubuhnya secara tiba-tiba. "Nggak pegangan jatuh." Refleks Syilla mengalungkan kedua lengannya dilehe
Adzan sholat subuh berkumandang begitu merdu, menyentak kesadaran seorang wanita hamil yang sedang merajut mimpi beberapa jam yang lalu.Buru-buru wanita itu melepaskan diri dari pelukan lengan kekar sang suami yang terlelap begitu damai, memandang wajah tampan selaras jelmaan malaikat itu sambil membalas kalimat adzan dengan lirih."Laaillaha illalallaah.." kemudian di teruskan membaca doa setelah adzan dengan fasih.Syilla tampak tersenyum ketika menatap lembut wajah tampan itu ketika tengah tertidur, mengecup dahi sang suami penuh dengan cinta.Hati Syilla tampak jauh lebih tenang ketika bibir mungilnya mengucapkan doa-doa adzan, kemudian mengusap wajah bak dewa itu lembut. "Kak, ayo bangun, sudah subuh ini.""Eeuggh.. five minut, baby." Jawab lelaki itu serak sambil bergerak pelan menutup wajahnya dengan bantal, seakan-akan lelaki itu tak ingin tidurnya terganggu dengan apapun.Syilla mendengus pelan, kemudian menarik
Izzuddin Elbarak putra kedua pasangan Elbarak, pria dari sejuta pesona dan kelebihan aneh dalam dirinya. Pria penuh kejutan tak terduga, siapa sangka pria manis, tampan nan gagah pemilik lesung pipit dua sisi itu lebih memilih mempersunting perempuan penuh dosa seperti diriku, Arsyilla Bellvania Azzahra. 'Aku tahu, tapi- aku sulit percaya ini.' Suatu kehormatan bila aku adalah salah satu wanita beruntung yang mendapatkan pria sempurna sepertinya, bahkan Tuhan memberiku izin untuk mengandung dan melahirkan keturunannya secara mutlak. Dalam akad pernikahan awal bulan juli lalu, membuatku teringat bagaimana glamor dan mewahnya lelaki itu memperlihatkan kekuasaannya tanpa cela. Menunjukkan secuil tampuk kekuasaannya dalam sebuah mansion megah, yang bisa diperkirakan seluas istana Royal Palace of Madrid. Tidak berlebihan jika aku mengatakan hal itu. Bahkan bagaimana caranya lelaki itu dengan mudah memberikan cincin pernikahan dengan cincin yang mem
"Jika kau mencintainya, maka tandatangani berkas itu." "Ya, aku sangat mencintainya untuk selamanya dan aku minta setelah ini kau tidak lagi menghancurkan hidupku." Jawabku sarkas, aku sudah lelah akan dunia kejam buatan King Frederich. Ancamannya membuatku muak sehingga tanpa membaca surat itu, aku membubuhkan tandatanganku di atas sampel lambang Rusian Mafia yang agung. Sekilas aku melihat lelaki gila yang sayangnya begitu mempesona itu menyeringai licik, namun- siapa peduli dengan kelicikkannya yang sudah tersusun dalam otaknya, yang aku tahu aku akan bebas darinya sebentar lagi. "Siapkan dirimu untuk malam ini." Ucapnya datar kemudian berlalu begitu saja. "Apa maksudmu?" Tanyaku sambil mengerutkan kening tanda bingung. Lelaki itu menghentikan langkahnya kemudian menoleh padaku dengan seringaian puas di wajahnya dan menjawab dengan tenang. "Malam pertama kita." Apa? Apa maksudnya? Kita? Malam pertama? Aku masih bingung dengan ucapan
'Lucu, ya? Aku kira pengantin wanita kebelet pengen cepat-cepat masuk kamar, ternyata sejak tadi sibuk mencari makanan.' 'Benar, lihatlah Syilla tampak ngegas terus-- eh, ternyata sedang lapar, Shifu juga terlihat sabar banget.' 'Pantas saja wajahnya yang ayu terlihat pucat walaupun sudah terpoles make up, ternyata Syilla sedang menahan lapar.' 'Iya, sungguh gadis polos bak porselan, bar-barnya minta ampun. Hihihi...' 'Eh, jangan ngitu, sekarang Syilla bukan gadis bar-bar diperguruan kita lagi. Dia sudah menjadi istri Shifu tertampan kita.' 'Iya, malu-maluin juga. Kasihan Shifu harus menahan malu gara-gara ulah Syilla.' 'Namanya juga baru dijemput tadi pagi, mungkin belum makan dia.' 'Ah, benar. Aku jadi iri, kenapa Shifu memilih Syilla? Padahal juga cantikan aku, dia kan cuma anak manja.' "Kamu-" Aku sudah tak tahan akan ocehan tak berakhlak dari para murid-murid wushu milik Kak Iz
Setelah kejadian dramatis tadi, kini aku bertingkah malu-malu kucing ketika pemilik sepasang manik coklat terang itu menatapku penuh cinta. Bukan tak percaya, tapi tatapan pria di sampingku ini mampu membuat bulu kudukku meremang."Why, baby?"Sontak aku menatapnya tak percaya, astaga-- apakah ini suamiku? Kenapa aku berasa duduk disamping sugar daddy? Huffhh.."Yes, Dad. I miss... kissing Daddy's lips." Jawabku polos tanpa dosa.Kak Izzuddin tampak mengulum bibir seksinya itu sambil melirikku menggoda, sial!! Aku tidak tahan, ku tarik tengkuk lehernya dan mengecup bagian menggoda itu penuh agresif.'Huh!'Tampaknya semua orang terkejut karena ulah nakalku ini, tapi aku tidak peduli."Naughty wife." Bisik lelakiku ini gemas. Reaksiku jangan ditanya, aku malah menjilat bibirku sensual kemudian bermanja ria di lengannya."Sekarang masih ada tradisi apa lagi, Pak?" Tanyaku santai tanpa rasa malu.Pak penghulu yang masih ter
Di dapur mewah dan luas kini hanya terdapat dua wanita beda usia sedang berkutat dengan alat-alat dapur. Bagai seorang Ibu yang mengajari putrinya memasak, Bi Sima hanya meminta Syilla mengupas bit merah sambil duduk dimeja mini bar.Rencana hari ini mereka berdua akan membuat sup merah, puding daging dan tumis daging. Syilla begitu semangat saat Bibi Sima akan membuatkannya sup merah, sehingga Syilla tampak tertawa geli ketika merasakan gerakan pelan dari perut buncitnya."Bi?""Iya, Nyonya.""Syilla boleh bertanya nggak? Tapi ini sedikit privasi." Tanya Syilla polos dan masih asyik memotong bit merah yang baru saja dikupas kulitnya."Silahkan, Nyonya.""Hm, boleh Bibi ceritakan pengalaman Bibi waktu nikah. Hm.. maksudku-- maaf."Bi Sima tersenyum akan pertanyaan istri dari Tuannya itu, bagaimana pun juga Syilla menikah diusia yang terbilang sangat muda yaitu delapan belas tahun. Kebanyakkan para gadis-gadis seumuran Syilla mas