Beruntung Ema berada di belakang Ellena, dengan cepat Ema menangkap tubuh Ellena yang limbung, Erwin yang panik langsung menghampiri mereka berdua, namun Erwin tidak langsung menolong Ellena, Erwin malah sibuk mengeluarkan kalimat protesnya terlebih dahulu.
"Bik! Kenapa kau membawanya kesini?!" ujar Erwin setengah berteriak. jika Ema tidak andil ikut membesarkannya, maka Erwin tidak segan-segan melayangkan tinjunya kepada wanita paruh baya itu.
"Ampun Tuan! Nona Ellena sudah sangat lama penasaran dengan tempat ini, saya rasa tidak akan masalah membawanya datang kemari, bagaimanapun juga nona harus mengetahui semua tentang Anda," sahut Ema dengan memangku kepala Ellena.
Erwin mendengus, dia berusaha mengontrol emosinya. Lalu dua penjaga yang berada di dekat mereka bermaksud membantu Ema dengan membopong tubuh Ellena, namun baru saja mereka menunduk dan menjulurkan tangan, suara murka Erwin kembali menggelegar.
"Apa yang kalian lakukan!!! Aku potong tangan
Sesuai dengan janjinya, mulai hari ini Ellena akan menghujani Erwin dengan cinta dan perhatian, jika kemarin-kemarin Ellena memang melayani Erwin karena sebuah tugas, meskipun Ellena melakukannya dengan tulus, tapi rasanya tidak melegakan seperti hari ini.Kali ini Ellena merasa lebih bebas, dia merasa tidak takut lagi setelah kemarin ia berbicara dengan Erwin, Ellena juga ingin membuktikan bahwa selama ini dia bukan wanita bermuka dua yang seperti Erwin tuduhkan.Erwin Yang baru saja membuka mata terperanjat melihat wajah Ellena yang berada tidak jauh dari wajahnya, bahkan senyum manis Ellena terukir indah menghiasi wajah cantiknya."Selamat Pagi," sapa Ellena ramah."Saya sudah menyiapkan semua keperluan Tuan, permisi ...." Ellena hendak meninggalkan kamar Erwin, namun Erwin terlebih dahulu mencegahnya."Tunggu! Kau tunggu aku di sini saja," ujar Erwin datar.
Setelah makan siang Erwin tidak menyuruh Ellena pulang, Erwin malah menyuruh Ellena untuk menunggunya bekerja, rencananya Erwin akan mengajak Ellena berbelanja kebutuhan anak panti dan anak-anak jalanan yang tinggal di rumah singgah milik Azkia.Setelah cukup lama akhirnya pekerjaan Erwin selesai, ketika mendongak Erwin melihat Ellena yang tengah tertidur pulas di sofa singel dengan posisi duduk, wajah Ellena yang cantik begitu tampak damai, dan tanpa sengaja membuat Erwin menarik sedikit kedua sudut bibirnya.Ketukan pintu mengganggu momen langka itu, membuat Erwin berdecak kesal, dengan lantang Erwin menyuruh orang itu masuk, hingga membuat Ellena terbangun dari tidurnya.Merasa malu karena sudah ketiduran, Ellena bergegas pergi ke kamar mandi di dalam ruangan Erwin, dia akan mencuci wajahnya untuk menghilangkan jejak kantuknya.Sedangkan orang yang mengetuk pintu itu adalah Julian, dia sedang mengantarkan kopi dan jus yang tadi sempat dipesan Erwin kep
Satu tahun kemudian.Hubungan pernikahan Ellena dan Erwin tetap berjalan di tempat, mereka berperan layaknya majikan dan pelayan dengan kedok sebuah pernikahan. Namun tanpa diketahui siapapun, sebenarnya ada yang aneh dengan sikap Erwin, jika diperhatikan dengan seksama, semakin lama semakin ke sini Erwin terlihat suka mencari perhatian Ellena, tentu dengan cara yang tidak disadari oleh siapa pun.Seperti saat ini, Erwin harus berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian Ellena. Tubuh atletis Erwin kini tampak terbaring lemah di ranjang, suhu badannya tidak panas sama sekali, namun ia mengeluh perutnya terasa mual dan ulu hatinya terasa nyeri. Erwin mengaku jika asam lambungnya naik, jadi ia sekarang sedang berpura-pura tidak nafsu makan."A ...." Ellena memperagakan dengan membuka mulutnya untuk Erwin agar segera membuka mulutnya, satu sendok bubur sudah berada di depan mulut Erwin, namun Erwin masih enggan membuka mulutnya."Tidak mau, pahit," ujarnya
Beberapa hari kemudian...Setelah beberapa hari menikmati drama sakit, akhirnya hari ini Erwin mulai kembali bekerja.Jika saja Ellena tidak bersikeras ingin menghubungi dokter pribadi Erwin, dikarenakan ia sangat khawatir dengan penyakit Erwin yang 'tak kunjung sembuh, sudah dapat dipastikan, saat ini Erwin masih bisa menikmati sandiwaranya untuk mengerjai Ellena. Namun sayangnya, Erwin memang harus menyudahi sandiwaranya sebelum Ellena curiga kepadanya.Hari ini demi tidak dicurigai oleh semua orang yang berada di sekitarnya, Erwin meminta sekretaris sekaligus pengawal pribadinya untuk menjadi sopirnya hari ini, dia harus masih berpura-pura lemas untuk menyempurnakan sandiwaranya.Erwin sengaja menyuruh Lucas, yaitu sekretarisnya yang masih berumur dua puluh tahun, seorang pemuda yang tampan dan juga pintar, tidak hanya itu, kemampuan bela dirinya juga tidak main-main, karena dia dididik langsung oleh Erwin sepe
Suasana taman mendadak menegangkan seketika, teriakan Erwin yang begitu keras, dingin dan menusuk, membuat orang di sekitar mereka merasakan ketakutan yang sama, seperti apa yang dirasakan Ellena. Namun tidak dengan segerombol pria tadi, mereka tampak memasang wajah datar, seolah-olah telah terbiasa melihat kemarahan Erwin.Tidak ada pembicaraan antara Erwin dan Nico, namun mereka saling melempar tatapan tajam bak pedang yang bisa saling mencabik-cabik tubuh mereka. Ellena yang semakin ketakutan melihat pemandangan itu, ia segera berpura-pura mengaduh kesakitan untuk memutus perang tatapan di antara kedua pria tersebut, Ellena takut jika akan sampai terjadi keributan di antara kedua pria yang tampak bermusuhan itu."Auwh ...." pekik Ellena seraya memegangi kedua lututnya yang terluka, darah segar tampak mengalir menodai kulit putih tersebut.Kedua orang itu kompak memutuskan pandangannya, semua tampak beralih memandang w
Di dalam kamar Ellena, sedari tadi Erwin tidak berhenti mengomeli Ellena, ia masih kesal sebab mengingat kejadian tadi, jika saja dirinya terlambat sedikit saja, Nico pasti bisa merasakan halusnya tangan Ellena, dan Erwin tentu tidak mau hal itu terjadi.Siang sudah berganti malam, namun Erwin masih belum bosan mengulang perkataannya untuk memperingatkan Ellena agar menjauhi Nico, jika mereka berdua tidak sengaja bertemu.Ellena mengangguk patuh, namun dalam hati ia tersenyum, Ellena merasa senang mendengar nada bicara Erwin yang tersirat rasa cemburu. Melihat kenyataan sekarang, bolehkah Ellena menerka, jika Erwin sudah mulai mencintainya?"Kau dengar tidak?!" Lagi-lagi Erwin bertanya dengan nada sedikit membentak.Ellena yang terkesiap refleks menganggukkan kepalanya cepat. "Saya mengerti, Tuan." sahut Ellena seraya menundukkan kepalanya.Posisi Ellena yang duduk di pinggir ranjang, sedangkan Erwin yang berdiri seraya berkacak pinggang, mereka be
Ellena yang hanyut dengan harumnya bunga mawar putih di tangannya, tersentak saat pintu kamarnya dibuka dengan sedikit kasar. Ellena ketakutan saat melihat sosok orang yang membuka pintu kamarnya tersebut, sorot mata tajam Erwin, dan rahangnya yang mengeras, mengantarkan sinyal pertanda bahaya bagi Ellena."Bunga dari siapa itu? Cepat buang!!!"Ellena yang bingung, tidak langsung mengindahkan perkataan Erwin, dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa Erwin sampai marah seperti ini?"Maaf, Tuan. Tapi kenapa Anda menyuruh saya membuang bunga ini?" tanya Ellena polos."Jangan banyak tanya! Cepat buang! Oh ... atau mungkin bunga ini pemberian dari selingkuhanmu!" tukas Erwin geram. Kepala Erwin terasa ingin pecah karena marah, ia barusan melihat sendiri bagaimana bahagianya Ellena mencium bunga tersebut, dan itu membuatnya tidak bisa mengontrol emosinya, sehingga dalam sekali tarikan, bunga itu berhasil dibuang Erwin ke dalam tempat sampah.Ellena terperang
Hari terus berganti, dan bunga kiriman dari Nico pun tetap berdatangan. Sampai saat ini Ellena masih belum tahu bunga itu dari siapa? Ellena juga lebih mengabaikan rasa penasarannya ketimbang memancing emosi Erwin, jadi ia terus mengabaikan kiriman bunga yang harganya tidak murah itu sia-sia terbuang di tong sampah.Erwin pun tetap pada pendiriannya, ia belum mau mengambil tindakan apapun untuk Nico. Namun, tetap saja hati Erwin terasa terbakar melihat istrinya terus menerus mendapatkan kiriman bunga dari lelaki lain, dan itu sangat tidak adil bagi Erwin, karena Ellena tidak merasakan rasanya terbakar api cemburu yang sama seperti yang ia rasakan. Jadi inilah waktunya bagi Erwin untuk mengetahui perasaan Ellena sesungguhnya kepadanya.Erwin sudah mengatur waktu pertemuannya dengan Rose, tepat di saat menjelang waktu makan siang, di mana Ellena akan mengantarkan bekal makan siang pesanan Erwin."Apakah semua sudah siap, B