Tak sampai di situ, tangan nakal Damar menyelusup masuk ke dalam kemeja coklat milik Intan, tangan kirinya menyelusup ke dalam bra, memainkan ujung buah dada Intan di dalam sana. Sementara tangan kanannya bersusah payah membuka resleting celana pendek milik Intan."Akh! ja-jangan .. Ahh!" pekik Intan ketika tangan kanan Damar berhasil memasuki celananya, memainkan gumpalan daging kecil di sana, membuat tubuh Intan menggelinjang hebat."Akh!" pekik Intan, merasakan sensasi yang luar biasa ketika Damar meremas gundukan kembarnya secara kasar, sembari terus memainkan lidahnya di telinga dan tengkuk milik Intan."Apakah kamu menikmatinya?" bisik Damar, ketika menyadari bagian bawah Intan yang terasa basah. Intan hanya mengangguk pasrah tanpa perlawanan, sensasi seperti ini telah lama di nantikannya dari Bayu, namun belakangan ini, sikap Bayu mendadak berubah terhadapnya, tak pernah lagi menyentuh tubuhnya seperti dulu."Bi-bisakah jan-jangan melakukannya di si-sini?" ucap Intan terengah-e
Intan terkejut bukan main, melihat alat vital Damar yang telah mengeras, menampakkan urat-urat kecil di sana, itu bukan ukuran orang normal, besarnya hampir menyerupai kepalan tangan orang dewasa, dengan panjang yang luar biasa, membuat Intan sangat ingin segera mencobanya."Akh! sa-sakit! pe-lan sedikit!" pekik Intan ketika tanpa sadar, si joni dengan paksa mencoba memasuki lubang kenikmatannya. Namun Damar seakan tuli, dia mengacuhkan Intan yang terus meronta sembari meringis kesakitan."Akh!" pekik Damar ketika berhasil menerobos pertahanan Intan di bawah sana, terlihat darah segar yang mulai mengucur, ini memang bukan pertama kalinya untuk Intan, namun karena ukurannya yang sangat besar, membuat Intan harus merasakan perih di area kewanitaannya, hingga membuatnya meneteskan air mata.Tanpa aba-aba, Damar mempercepat temponya, memompa tubuh Intan, hingga membuat Intan kewalahan mengatur nafas."Pe-pelan sedikit!" ucap Intan dengan nafasnya yang tersengal, namun lagi-lagi Damar tida
"Ikut aku!" Bayu dengan cepat menarik tangan Intan untuk mengikuti langkahnya, sementara seorang pria tua yang tengah menggendong sebuah map, dengan pakaian rapi berjas, terlihat terus mengikuti mereka.Bayu seketika menghentikan langkahnya, melihat seorang pria tua yang tidak berhenti mengikuti mereka."Bapak ini siapa?" Bayu spontan bertanya pada bapak tua itu."Penghulu, yang akan menikahkan kita hari ini!" jawab Intan datar, membuat Bayu seketika terkejut mendengar hal itu."Apa!?" Bayu kembali menatap tajam ke arah Intan, ada perasaan tidak terima dalam hatinya, nafasnya menderu, giginya bergemeretak, dengan tangan yang mengepal sempurna. Seakan telah siap untuk bertinju dengan lawannya.Namun Bayu tak bisa melakukan hal itu pada Intan, dirinya hanya bisa pasrah. Bayu nampak beberapa kali memijat keningnya, dirinya benar-benar merasa frustasi dengan semua ini. Karena sebuah penghianatan, dirinya harus hidup dalam kehancuran, di ombang-ambing oleh ombak kehidupan, tanpa sebuah pil
Bayu akhirnya menarik Intan untuk memasuki mobilnya, di ikut bapak penghulu yang tak ingin ketinggalan dengan mereka. Bayu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, bak seorang pembalap profesional, menyalip beberapa mobil yang tengah berlalu-lalang di jalanan kota, tanpa menginjak rem sedikitpun.Intan tak banyak protes, dia tidak ingin Bayu semakin marah dengannya, Bayu bersedia untuk menikahinya saja sudah bersyukur.Intan berpegangan erat di sabuk pengaman yang tengah dipakainya, beberapa kali memejamkan mata, merasa ketakutan, seandainya Bayu menabrak sesuatu di depan sana.Srrttt!Bayu menginjak rem dengan kuat, membuat Intan dan bapak-bapak penghulu yang duduk di bangku belakang terpental ke depan.Intan hanya melihat wajah Bayu sekilas, nampak banyak amarah yang tengah di pendamnya saat ini. Bayu nampak menghembuskan nafas kasar."Turun!" Perintah Bayu pada Intan yang sedari tadi mematung di sampingnya."Oh!? Oke!" Intan seketika terkejut dengan bentakan Bayu padanya. Intan
Sementara itu, di kediaman Kinara.Drrttt .. Drrttt ..Ponsel Kinara nampak beberapa kali bergetar di atas nakas, membuat Kinara terbangun dari tidur lelapnya. Kinara tidak bermaksud untuk tidur sebelumnya, namun ketika menidurkan Nathan di tempat tidurnya, tanpa sadar dirinya ikut tertidur lelap di sana.Nampak sebuah notifikasi panggilan telepon dari layar ponsel. Kinara mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa berat beberapa kali, dirinya merasa enggan untuk menerima panggilan telepon saat ini, namun ketika notifikasi panggilan itu menampakkan nama Arka, membuat Kinara penasaran untuk segera mengangkat panggilan teleponnya. Sangat jarang Arka untuk meneleponnya, terlebih lagi malam hari seperti ini."Halo." Kinara mengangkat telepon itu dengan nada enggan."Halo Ra! apa kamu sudah melihat pesanku!?" Arka terdengar panik dari seberang telepon, membuat Kinara terkejut, hingga menjauhkan ponselnya dari telinga."Pesan apa?" jawab Kinara enggan, seraya menutup mulut yang beberapa
"Tidurlah! ini sudah malam," ucap Bayu, hendak mengusap lembut puncak kepala istrinya, namun Kinara lagi-lagi menghindar, membuat Bayu mematung sesaat, sampai akhirnya menarik kembali tangannya, sembari menghembuskan nafas berat."Lembur lagi?" tanya Kinara datar, merasa enggan untuk menatap wajah sang suami. Kinara bertanya hanya untuk sekedar berbasa-basi, meskipun sebenarnya dirinya mengetahui ke mana sang suami pergi hari ini."Iya, pekerjaan di kantor banyak sekali," jawab Bayu santai, tidak ada kegugupan tersirat di wajahnya, benar-benar sudah ahli dalam hal kebohongan. Kinara tahu, Bayu akan terus berdalih untuk menutupi semua kebohongannya yang menjijikkan."Apa kamu perlu membeli sesuatu? besok aku mengambil cuti bulanan, aku akan mengantarmu jika perlu membeli sesuatu," ucap Bayu sembari sibuk melepaskan dasinya di samping nakas.Kinara mematung untuk waktu yang cukup lama, jarang sekali Bayu menawarkan diri seperti ini, jangankan untuk sekedar membeli sesuatu, bahkan saat N
Setelah dirasa cukup lama berdiam diri dalam kamar mandi, Kinara memutuskan untuk keluar dari sana, perlahan berjalan kembali memasuki kamar. Kinara bernafas lega, mendapati Bayu yang telah tertidur pulas di samping Nathan.Perlahan Kinara menghampiri Bayu, berjongkok menghadap wajah sang suami, menatap lekat manik yang tengah terpejam, menelusuri setiap inci dari wajah yang pernah mengisi ruang di dalam hatinya.Perlahan netra itu kembali berembun, ada perasaan tersirat dalam hati, yang tidak bisa diungkapkan dengan mudah.Kinara memalingkan wajah sesaat, hingga akhirnya bangkit dan kembali berjalan keluar dari kamarnya.Di luar dugaan, Bayu yang sebelumnya memejamkan mata, mendadak membuka kedua matanya, melihat punggung Kinara yang semakin menjauhi dirinya, membuat hatinya semakin terasa sakit.***Keesokan harinya, di kediaman Kinara.Tok! Tok! Tok!Di pagi buta, seorang perempuan cantik nampak mengetuk pintu rumah Kinara untuk beberapa kali, membuat Kinara yang masih sibuk di dal
Kinara mendadak mendapatkan sebuah ide. Kinara dengan cepat mendekati Bayu, membelai lembut pipi sang suami penuh kasih, membuat Bayu terperanjat kaget dengan perlakuan Kinara padanya."Aku di sini! Ada tamu di rumah kita, sebaiknya kamu mandi dulu, setelah itu kita sarapan sama-sama," ucap Kinara lembut penuh kasih, dengan senyum simpul yang menghiasi bibir, membuat Bayu terpanah dengan tatapan sendunya.Kinara sesekali melirik ke arah Intan yang wajahnya mulai menghitam, sepertinya dirinya sedang menahan kecemburuan yang luar biasa dalam hatinya.Bayu sebenarnya merasa heran dengan sikap Kinara yang tiba-tiba berubah, namun dirinya tidak mempedulikan hal itu sama sekali, yang terpenting saat ini, dirinya merasa sangat bahagia, melihat Kinara yang kembali perhatian terhadapnya, tidak peduli apapun alasan Kinara melakukan hal ini.Bayu mengecup kening Kinara dengan lembut di depan Intan, membuat madu Kinara itu kini mengepalkan tangannya sekuat tenaga, melampiaskan amarahnya untuk ses