Share

Part 40

"Sakit," rintihnya.

"Kalu begitu Paman jujur saja," ucapku setengah berbisik. "Atau kutambahi lagi luka-luka ini," sengaja kurapatkan gigi agar dia merasa terintimidasi.

Tak lama Ayah keluar dari kamar. Bilik yang tadinya adalah milik Paman Harun, memang memiliki kamar mandi tersendiri. Paman memberikan ruangan itu agar Ayah tak kesulitan jika tengah malam ingin keluar dan membuang hajatnya karena keterbatasan fisik.

Ayah sudah terlihat lebih segar selepas mandi. Dia melirik ke arah Paman sebentar. Paman hanya tertunduk. Kemudian Ayah langsung keluar menuju pintu depan. Mungkinpun dia sudah mendengar suaraku tadi saat bertanya kepada Paman Harun.

Aku menempelkan plaster menutupi luka di bagian pelipisnya. Lalu mengoles salap ke bagian pipi dan sudut bibirnya dengan katenbad. Dia terus saja merintih sambil sesekali mendesis dan membulatkan matanya ke arahku.

"Kau berkelahi dengan siapa, Harun?" Tiba-tiba Ayah sudah muncul dari depan pintu.

"Aku hanya terjatuh, Bang," bantah Paman.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status