Share

Part 58

Jatuh sudah air mata kebahagiaanku melihat sesekali Ayah mengusap pucuk kepala Paman. Hubungan mereka memang lebih pantas sebagai Ayah dan anak. Hanya karena tuturan silsilah, kini mereka terjebak dalam hubungan Abang beradik.

Aku terus memandangi kegiatan mereka sambil merendam kakiku di sumber mata air gunung Sibayak di tanah Karo ini. Dinginnya udara terbayar dengan kakiku yang kini mulai menghangat.

"Hei, kenapa tidak bergabung di sana?" suara Hana mengagetkanku sembari menyentuh pundakku.

"Tidak ada. Aku hanya tak ingin mengganggu aktivitas mereka," sahutku tanpa mengalihkan pandangan.

"Paman kau itu begitu penyayang," pujinya sambil ikut menurunkan kaki di hangatnya air belerang.

"Kau menyukainya?"

"Kau tahu aku menyukai semua pria tampan."

"Kalau begitu, kenapa tak kau perdulikan penampilanmu itu?"

"Tidak cukupkah kalau aku kaya saja?"

Aku tertawa kecil. Hana benar-benar sedang menguji kesabaranku.

"Ya, itu cukup," sindirku. "Cukup untuk morotin semua milikmu, setelah itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status