Share

DITALAK SUAMI DILAMAR TUAN MUDA BERKEDOK SANTRI
DITALAK SUAMI DILAMAR TUAN MUDA BERKEDOK SANTRI
Author: Laa Rachma

bab 01

šŸŒ¹Mungkin sekarang kamu mencintainya dalam Diam, Layaknya cinta Fatimah kepada Ali. Mungkin sekarang bagimu untuk memilikinya adalah hal yang tidak mungkin, tapi bukankah mudah bagi Allah untuk membolak-balikan hati seluruh manusia?ā£

*********

"Menikahlah dengan den Arya nduk, Abah akan selalu mendoakan kebaikan untukmu,"

Aku yang sedang duduk bergelendotan di lengan ummi pun menoleh mendengar perkataan Abah.

"Maksud abah apa ya?"

"Kemarin, juragan Harja melamarmu kesini. Beliau berharap anaknya mendapat istri yang dapat mendidiknya ke jalan yang lebih baik,"

"Tapi bukan harus Mona kan bah? Mona tidak mencintai mas Arya,"

"Maafkan abah nduk, tapi abah sudah menerima lamaran itu. Abah sungkan menolaknya karena banyaknya bantuan yang juragan Harja berikan ke pesantren ini."

Air mataku pun menetes begitu saja. Jadi maksud abah semua ini tentang balas budi. Ku tolehkan kepala bermaksud meminta bantuan kepada ummi, namun hanya anggukan dan tatapan sendu yang aku dapatkan.

*******

Aku Monalisa Adzkia. Sebuah nama cantik yang diberikan oleh cinta pertamaku 20 tahun silam. Terlahir menjadi putri seorang kyai bukanlah hal yang mudah. Semua hal yang kulakukan harus terlihat sempurna di mata semua orang.

Dulu abah selalu mengajariku semua hal yang berbau pendidikan. Kehidupanku pun hanya berputar di titik itu saja. Mencari dan mengamalkan.

Hingga tepatnya saat aku berumur 19 tahun, kisahku dimulai. Hidupku yang awalnya semu menjadi lebih berwarna.

Ku edarkan pandangan dari jendela kamarku. Tatapanku bertumpu pada seorang pemuda berkaos oblong putih dengan peci senada. Kulit bersih dan wajah yang tercetak indah sesuai porsinya, membuatku sulit untuk kembali berpaling. Aku merasa ada perasaan asing yang menelusup membuat jantungku berdegub lebih cepat dari ritme biasanya.

Ah, aku sampai melupakan batasan melihat yang bukan mahramnya.

"Kang Faiq,"

Panggilan itu berhasil membuat si empu menoleh dan menghampiri sang pemanggil.

"Ternyata namanya kang Faiq, kenapa aku baru melihatnya sekarang?" gumanku pelan.

Sore harinya, adalah rutinitasku untuk membagi ilmu yang ku punya di asrama putri. Kedatanganku di sambut dengan anggukan oleh para santriwati, bahkan tak jarang anak anak kecil menyambut tanganku untuk dikecup.

Seperti itulah adap yang diturunkan oleh seniornya untuk menghormati keluarga Kyai.

Di tengah kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, ku dengar beberapa santri mengobrol. Jarak antara aula dan kamar hanya tersekat tembok setengah ruang memperjelas obrolan mereka hingga terdengar di telingaku.

"Kalian tahu kang Faiq gak sih?"

Mendengar nama kang Faiq disebut, entah kenapa aku ingin mendengar pembicaraan mereka lebih lanjut.

"Tahulah, dia viral lho dikalangan mbak2 senior karena ketampanannya,"

"Tapi yang ku dengar, dia itu misterius lho, masa gak mau nyebutin nama orang tuanya saat pendaftaran, untung abah mau menerima dia jadi santri di sini,"

"Mungkin ada sesuatu yang membuatnya enggan menyebutkan orang tuanya, atau mungkin sudah meninggal, jadi kang Faiq tidak mau mengingatnya lagi."

Aku membenarkan ucapan terakhir itu, mungkin orang tuanya sudah meninggal, jadi enggan untuk mengingatnya lagi.

Pantas saja, saat aku pernah mengutarakan rasa kagumku untuk kang Faiq kepada ummi, beliau menjawab

"Nduk kita sebagai orang tua ingin kehidupan anaknya terjamin kedepannya nanti,"

Ternyata ini toh alasannya. Tapi bukankah keterjaminan itu bukan melulu tentang harta?

Pernah sesekali aku melihat kang Faiq sedang merapikan tumpukan bukuku di aula utama.

Memang sering ku tinggalkan sebagian buka catatan serta kitab kitabku di sana. Namun yang membuatku penasaran adalah ketika tangannya menyelipkan sesuatu di antara lembaran buku.

Karena penasaran, beberapa waktu setelah kepergian kang Faiq dari aula, aku pun beranjak untuk meneliti setiap lembaran guna menemunakan sesuatu yang terselempit.

Ah, ini dia. Sebuah note berwarna merah muda dengan ukiran sebaris kata, š™Žš™šš™”š™–š™§š™–š™Ø š™š™–š™Øš™– š™—š™šš™§š™”š™–š™£š™™š™–š™Ø š™žš™Æš™žš™£ š™Øš™–š™£š™œ š™„š™šš™£š™˜š™žš™„š™©š™–.

Entah kenapa aku merasa jika wajahku tiba tiba menghangat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status