"Kamu liat itu?"tanya Eko sambil berdiri tegak setelah mengangkut ranting dan dahan ke arah samping pagar. "Berarti Pak Atmo sedang mengawasi kita. Harus selalu waspada,"balas Faisal lalu mulai menyapu halaman. Tak berapa lama, halaman rumah Salim sudah tampak rapi dan bersih. Beberapa pohon terpaksa harus dipangkas karena insiden tadi. Tiba-tiba saku celana Faisal terasa bergetar hebat dan ada hawa panas yang keluar dari botol. Faisal merogohnya lalu berdoa dalam hati. Gerakan dalam botol mereda dan Faisal pun tersenyum lalu berucap kepada dua orang temannya. "Bisa jadi dalam waktu dekat Pak Atmo akan mencari salah satu dari kita atau semuanya." "Masalah apa?"tanya Eko yang belum paham dengan tindakan yang telah dilakukan oleh Faisal. "Dia bingung cari Nikita. Aku telah sekap dia dalam botol." "Serius? Memang bisa?"tanya Eko dengan ekspresi tidak percaya. "Mas Faisal gak sedang nge-prak kita?"Salim pun sulit untuk mempercayai omongan Faisal. Pria yang ditanya seketika
Sepersekian detik kemudian terdengar hantaman keras dari arah samping Faisal dan pria ini dengan membaca doa lalu buru-buru menghindar ke arah kanan. Setelah agak jauh, Faisal menghentikan motor di bahu jalan. Dia menoleh ke arah tempat hantaman barusan.Tampak sebuah bus hampir terguling. Seluruh penumpang terlempar keluar dari kursinya. Belum sempat Faisal turun dari motor karena bermaksud memberi pertolongan kepada penumpang bus, tiba-tiba data hantaman kedua. Kondisi bus kini ringsek terhimpit dua truk. Tak berapa lama, terdengar suara ledakan cukup dahsyat. Seketika keluar percikan api dari arah mesin. Dalam hitungan detik, api berkobar dengan cepat hingga membakar seluruh bagian bus. Teriakan minta tolong dan jerit kesakitan hiruk-pikuk bersama isak tangis para penumpang.Faisal yang hampir mendekat dan terpaksa berhenti karena menyaksikan kobaran api semakin membara hingga ke tempat para penumpang yang bergelimpangan. Semua serba kilat dan semua penumpang terpanggang hidup-hid
Rupanya hasil kerjaaan makhluk mengerikan yang jadi peliharaan. Makhluk berapi itu berusaha menempel ke arah tubuh Faisal. Namun pria ini tidak mau lengah. Dia buru-buru melafalkan doa. "A‘udzu biwajhillahil karim, wabikalimatillahit-tammatil-lati la yujawizuhunna barrun wa fajirun, min syarri ma yanzilu minas-sama’i, wa min syarri ma ya‘ruju fîha, wa min syarri ma dzara’a fil-ardhi, wamin syarri ma yakhruju minha, wa min syarri fitanil-laili wan-nahsri, wamin syarri thawariqil-laili, wamin syarri kulli thariqin illâ thariqan yathruqu bi khairin, ya rahman." [HR. Malik, an-Nasa’i, ath-Thabrani, dan yang lain] Setelah Faisal selesai membaca doa tersebut, makhluk menyeramkan itu langsung tersungkur dan apinya pun padam. Makhluk mengerikan tersebut langsung berubah jadi abu. Dari gumpalan abu yang berserak itu tiba-tiba muncul sosok Pak Atmo. Meski berupa bayangan, tetapi Faisal sangat yakin bahwa itu punya kekuatan layaknya wujud aslinya. Pria ini melihat ke arah tempat terjadiny
Salim menelepon Faisal setelah sampai di tempat yang dikatakan oleh Eko. Pria ini tidak mendapati temannya. Hanya tertinggal motor yang diparkir di bahu jalan. Pagi ini lalu lintas sudah mulai ramai."Tolong tetap di sana! Saya akan segera menyusul," ucap Faisal dari ujung telepon."Saya tunggu, Mas. Terima kasih." Salim langsung mengakhiri hubungan telepon.Tak berapa lama Faisal telah datang dengan langkah kaki terseok-seok. Salah satu kaki terluka cukup parah dan darah menetes deras dari kain celana yang terkoyak. Sementara lengan dan wajah ada bekas terbakar yang melepuh.Apa mungkin Eko bersedia jadi pengganti tumbal? Sengaja menyelamatkan Faisal agar bisa keluar dari jeratan hitam itu, batin Salim yang diliputi perasaan cemas.Faisal dengan sisa-sisa tenaga, akhirnya duduk terkulai di atas tanah. Salim berjongkok lalu merobek sebagian baju yang dipakai untuk membalut luka pada kaki kanan Faisal.Beruntung dirinya selalu membawa minyak kayu putih. Dengan gerakan pelan dan berhati
Salim menelepon Faisal setelah sampai di tempat yang dikatakan oleh Eko. Pria ini tidak mendapati temannya. Hanya tertinggal motor yang diparkir di bahu jalan. Pagi ini lalu lintas sudah mulai ramai."Tolong tetap di sana! Saya akan segera menyusul," ucap Faisal dari ujung telepon."Saya tunggu, Mas. Terima kasih." Salim langsung mengakhiri hubungan telepon.Tak berapa lama Faisal telah datang dengan langkah kaki terseok-seok. Salah satu kaki terluka cukup parah dan darah menetes deras dari kain celana yang terkoyak. Sementara lengan dan wajah ada bekas terbakar yang melepuh.Apa mungkin Eko bersedia jadi pengganti tumbal? Sengaja menyelamatkan Faisal agar bisa keluar dari jeratan hitam itu, batin Salim yang diliputi perasaan cemas.Faisal dengan sisa-sisa tenaga, akhirnya duduk terkulai di atas tanah. Salim berjongkok lalu merobek sebagian baju yang dipakai untuk membalut luka pada kaki kanan Faisal.Beruntung dirinya selalu membawa minyak kayu putih. Dengan gerakan pelan dan berhati
“Uang memang manis, Jenderal! Namun, aku lebih tertarik dengan tetesan darah dari daging tubuhmu yang tersayat.”“Siapa kamu? Apa yang kau inginkan? Di mana gadis itu?”Pria berjubah hitam dengan balaclava full wajah yang hanya menyisakan lubang di kedua mata tertawa terbahak-bahak.Langkah kaki bersepatu boots penuh lumpur mendekat ke arah tubuh pria tergantung dengan kedua kaki terikat tali ke plafon. Dalam posisi terbalik, beberapa kali ia meludah dengan emosi.Sang pria meronta sekuat tenaga dengan kedua tangan terikat menjuntai hampir menggapai lantai. Ia bisa pastikan, tubuhnya akan jadi sasaran cambuk dan torehan belati si jubah hitam kembali.Namun, apa daya perwira polisi bertubuh tegap bertelanjang dada tersebut, kini tergantung lemah mulai kehabisan darah.Beberapa bagian tubuh tampak penuh bekas sabetan dan luka sayatan yang menganga. Dari urat nadi kedua tangan yang sengaja dilubangi, tetesan darah sudah mulai tersendat-sendat.“Ha ha ha ... darahmu hanya segini doang, Je
Pak Atmo kini mulai membersihkan sisa ritual dan menutup kembali lubang di gundukan tanah. Ia beranjak ke kotak penyimpanan barang ritual. Jubah dilepas lalu menyimpannya dalam kotak bersama alat-alat ritual.Sesajen sengaja ia tinggalkan di atas gundukan agar jadi makanan hewan liar. Atmo Sukiman kini merapikan baju dan celana serta kembali memakai topi caping. Ia telah siap kembali bertugas sebagai penggali kubur tempat pemakaman umum. Senyum semringah mengiringi setiap langkahnya menuju tempat kerja dengan melewati gudang tua.“Ah, rupanya gagak-gagak Sang Ratu tengah berpesta. Tubuh perwira ini sangat berisi, mereka pasti puas menyantap dagingnya,”ujarnya sembari melihat puluhan burung pemakan bangkai tersebut beterbangan lewat genting yang pecah serta pintu dan jendela yang sengaja ia buka lebar.“Nduk, kalo udah dapat mangsa. Ketuk pintu kamar Bapak,”ucap Atmo Sukiman saat semilir angin dingin beraroma bunga melati lewat di sampingnya.Atmo Sukiman—sang penggali kubur—kepercayaa
Pak Kades mengaku hanya dua teman Nik saja yang datang ke toko untuk bekerja. Hal itu dibenarkan oleh kedua teman putrinya. Padahal mereka berangkat bertiga ke kota. Lebih mengherankan lagi, kedua teman Nikita sekarang sukses bekerja di luar negeri karena jasa Pak Kades.Tunggu saatnya, semua belangmu akan terungkap, batin Pak Atmo sembari meremas jemari.“Bapak lapor di mana, Pak?” tanya Bu Silvia ikut prihatin dengan kejadian yang menimpa Nikita, anak buah kesayangannya.“Polisi sini, Bu.”“Kita lapor ke polisi kota. Nikita hilang di sana soalnya,” ucap Bu Silvia yang seketika membuat Pak Kades terlihat panik.“Eh, gak perlu, Bu. Polisi sini aja, bisa nangani. Mereka bisa saling telepon. zaman canggih, Bu,” sahut Pak Kades cepat.Pak Atmo hanya memperhatikan saja tingkah Pak Kades. Tiba-tiba dari arah jalan, tampak dua orang warga berlari ke arah rumah Pak Kades.“Pak Kades, toloooong! A-Ada mayat ... tinggal tulang!” teriak salah satu warga.Kedua pria tersebut tampak terengah-enga