Share

184. Rapuh

***

Nisa menatap Sean dengan lembut dan menuntunnya untuk berbaring di atas ranjang rumah sakit. Sean hanya terdiam, tidak banyak bicara. Matanya terlihat sayu. Nisa baru menyadari, bahwa di balik wajah lelaki yang dingin itu tersimpan banyak kerapuhan.

“Mau makan?” tawar Nisa dengan lembut.

Sean menggeleng lemah, tetapi Nisa tidak menyerah. Dia mengambil piring berisi nasi dan lauk, duduk di tepi ranjang, lalu menyodorkan sendok ke arah mulut Sean.

Sean kesal, “Aku sudah bilang, aku tidak mau makan.”

“Kapan kamu bilang begitu? Aku tidak mendengar apa-apa,” balas Nisa dengan santai.

Sean menghela napas pendek. Perempuan itu benar, dia memang tidak bicara tadi. Mau tidak mau, akhirnya dia membiarkan Nisa menyuapinya.

Nisa tersenyum puas ketika makanannya habis tanpa sisa. Dia kemudian menyodorkan segelas air putih pada Sean. “Kamu sudah makan. Nanti lima belas menit lagi minum obat. Kamu harus istirahat setelah minum obat. Aku harus pergi,” ucap Nisa.

“Kamu mau ke mana?” tanya Sean.

“A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status