[Kupikir kamu akan menikahi Selena, ternyata dia mau menikah dengan pria lain. Kasihan sekali nasibmu.]Farrel membeliakkan mata membaca pesan dari temannya yang memberitahu soal pernikahan Selena.“Dia benar-benar membuangku!” Farrel sangat geram mengetahui hal itu.Farrel mencari-cari tahu soal informasi siapa pria yang akan menikahi Selena, hingga dia sangat syok saat tahu jika calon pengantin prianya adalah Gio.“Apa-apaan ini? Apa dia ingin mempermainkanku?”Farrel begitu geram dan tak terima karena Selena akan menikah dengan Gio.Farrel pun pergi dari ruangannya. Dia hendak menemui Selena untuk meminta kejelasan, bagaimana bisa wanita itu mau menikah dengan Gio.Farrel mencari Selena di perusahaan milik keluarga wanita itu.“Maaf, Bu Selena sudah dua hari ini tidak masuk kerja,” ucap respsionis yang ditemui Farrel.“Apa kamu tahu dia di mana?” tanya Farrel penasaran.“Saya tidak yakin, mungkin Anda bisa mengecek di apartemennya karena beliau bilang sedang sakit,” ujar resepsioni
Emily pergi ke kafe untuk membeli kopi. Dia baru saja menemui klien bersama sekretarisnya, lalu sekarang mampir dikawal Fandy.“Kamu mau?” tanya Emily ke Fandy.Dia tak mungkin mengabaikan bodyguardnya itu yang sejak tadi terus memantau dirinya.“Tidak perlu,” tolak Fandy sungkan.“Kenapa menolak? Kamu menolak rezeki. Akan aku adukan ke Al kalau kamu menolak pemberianku! Sana pesen buruan!” Emily menawari tapi juga memaksa agar pengawalnya itu ikut memesan.Sekretaris dan staff yang ikut langsung mengulum bibir mendengar Emily memaksa. Jangan harap bisa menolak jika Emily sudah menawari.Fandy hanya menggosok tengkuk karena Emily memaksa, sampai akhirnya dia pun memesan sesuatu hanya untuk menyenangkan istri bosnya itu.“Kamu semeja saja dengan kami, tidak apa-apa,” kata Emily saat mereka mencari meja untuk duduk.“Saya di meja lain saja yang masih dekat dengan Anda,” tolak Fandy tidak bisa semeja dengan atasannya.Emily mengedarkan pandangan, hingga kemudian berkata, “Semua meja hamp
“Dapat sesuatu?” tanya Alaric saat Billy datang ke ruangannya.“Mau kabar yang mana dulu?” tanya Billy balik malah menawari.“Terserah kamu mau menyampaikan yang mana,” balas Alaric dengan entengnya.Billy melepas kancing jasnya, lantas duduk di depan meja Alaric.“Baiklah, aku mulai dari rencana kita. Aku sudah menyusun semuanya, akan ada kehebohan di pesta pernikahan Gio,” ucap Billy jemawa.Alaric hanya mengangguk, lantas kembali bertanya, “Lalu kabar lainnya?”“Hm … soal mamamu. Aku benar-benar tak mendapat apa pun. Dia tak pergi ke banyak tempat akhir-akhir ini, bahkan lebih banyak di rumah dan rumah sakit. Apa mungkin masalahnya dari rumah?”Billy bicara sambil menatap Alaric seolah meminta sahabatnya itu untuk mengingat apakah ada kejadian di rumah.Alaric pun berpikir sejenak saat mendengar ucapan Billy.“Kurasa tidak ada. Atau mungkin karena perdebatan Kakek dan Bibi menyangkut soal Mama, karena itu Mama sedih?”Alaric menatap Billy, kenapa dia tidak kepikiran sampai sana.“B
Saat malam hari. Alaric menemui Mia setelah mereka makan malam. Pria itu datang ke kamar Mia untuk menanyakan kondisi sang mama. “Bagaimana kondisi Mama? Beberapa hari ini Mama terlihat pucat, apa benar jika baik-baik saja?” tanya Alaric yang cemas. Mia tersenyum mendengar pertanyaan putranya itu, kemudian mencoba meyakinkan. “Iya, mama baik-baik saja, Al. Mungkin mama hanya lelah saja, makanya kelihatan tidak sehat,” jawab Mia. Alaric menggenggam telapak tangan sang mama, hingga kemudian berkata, “Jika ada masalah, bicarakan denganku, Ma. Jangan disimpan sendiri.” “Mama sudah menyimpan banyak beban sendiri. Setidaknya sekarang berbagilah jika memang beban yang Mama rasakan terlalu berat,” ujar Alaric mencoba meyakinkan sang mama jika tak sendiri. Mia menatap putranya yang sangat mencemaskan dirinya. Andai bibirnya bisa berucap, dia pun ingin bicara. Namun, isi kepalanya berteriak jangan, membuat Mia hanya bisa memendamnya. “Iya, kamu tenang saja. Sekarang fokuslah ke rumah tang
Hari pernikahan Gio dan Selena pun tiba. Alaric sebenarnya enggan datang, tapi karena ada yang ingin dilihatnya, membuat pria itu bersiap-siap pergi ke hotel tempat pesta diadakan.“Apa kamu yakin ingin pergi?” tanya Emily memastikan.Alaric menoleh Emily, lantas membalas, “Tentu saja.”Alaric menjawab sambil mengancingkan manik ujung lengan.“Sepertinya Mama tidak akan ikut. Aku lihat dia belum keluar dari kamar sama sekali sejak pagi,” ucap Emily.Alaric terdiam mendengar ucapan Emily. Sudah satu minggu mencari tahu alasan perubahan sikap sang mama, tapi ternyata Alaric masih belum juga menemukan jawabannya.Dia ingin melihat rekaman Cctv di ruang kerja sang kakek untuk tahu alasan perdebatan antara sang bibi dan kakek, tapi sayangnya data Cctv masuk ke sistem sang kakek yang membuatnya tak bisa mencari tahu lebih banyak.“Aku sedikit curiga, tapi aku tidak langsung menuduh,” ujar Alaric.“Curiga kalau sikap Mama berubah karena ulah bibimu?” tanya Emily memastikan.“Ya, kira-kira be
Di kamar tempat pengantin dirias. Selena merasa mual tapi terus ditahan. Dia belum memutuskan harus bagaimana menghadapi kehamilannya, apalagi beberapa hari ini harus mempersiapkan pernikahan itu.“Anda baik-baik saja?” tanya perias yang melihat Selena seperti ingin mual.Selena tak mungkin berkata jika sedang hamil. Dia pun membalas, “Aku belum makan sejak semalam, sepertinya asam lambungku naik jadi merasa agak mual.”“Kenapa tidak bilang? Saya akan minta agar seseorang mengirim makanan ke sini,” kata perias lantas meletakkan alat make up.Perias itu keluar mencari pelayan untuk membawakan makanan, dia pergi sendiri karena asistennya sedang ditugaskan mengambil barang di mobil.Saat perias itu pergi. Mia masuk ke ruangan itu lantas menghampiri Selena yang masih menahan mual.“Bibi.” Selena sangat terkejut melihat Mia di sana.Selena berdiri sambil mengangguk ramah ke Mia.Mia memperhatikan Selena dari ujung kaki hingga kepala. Tatapannya menunjukkan rasa tak senang ke wanita itu. Di
“Kamu bilang menantikan sesuatu. Apa kamu sedang merencanakan sesuatu?” tanya Emily penasaran.Emily duduk di kursi yang berjajar di depan altar pernikahan bersama Alaric. Dia penasaran dengan apa yang dikatakan Alaric saat di rumah.“Tunggu saja,” balas Alaric, “aku hanya ingin memberi sedikit pelajaran ke Gio,” imbuhnya.“Kenapa main rahasia-rahasiaan?” tanya Emily yang benar-benar tak sabaran.“Biar kamu menikmatinya, kalau aku beritahukan dulu, kamu takkan terkejut sama sekali dan biasa saja,” jawab Alaric malah menggoda istrinya yang sudah sangat penasaran.“Ish … padahal aku sudah kepo. Apa acaranya akan berantakan?” tanya Emily lagi.“Bisa jadi,” jawab Alaric enteng.Emily benar-benar penasaran, tapi tak mau menebak karena takut salah. Dia pun akhirnya diam, menunggu sampai kejutan yang dimaksud suaminya dimunculkan.Alaric mengedarkan pandangan, hingga melihat sang mama yang baru saja masuk ke ballroom, tapi terlihat berpapasan dengan Lena. Dia pun tampak menajamkan pandangan
“Aku menolak pernikahan ini karena seharusnya dia bertanggung jawab, bukan malah menikahi wanita lain!”Semua orang sangat syok dengan yang terjadi. Emily sampai melongo ketika melihat wanita yang baru saja berteriak lantang.“Dia, dia hamil anak siapa?” tanya Emily sangat syok melihat perut Aster sedikit membuncit.“Siapa lagi kalau bukan Gio,” jawab Alaric dengan entangnya.Emily semakin terkejut dengan rasa tak percaya. Hampir saja suaminya itu terjebak dengan Aster kalau tidak menikahinya, bisa saja Alaric harus mengakui anak yang bukan darah dagingnya.“Kejutanmu luar biasa,” gumam Emily.“Sudah kubilang bukan?” Alaric membalas dengan jemawa.“Lalu, bagaimana dengan Si Kabel Paralel?” tanya Emily karena Farrel juga datang ke sana.“Entah, mungkin kebetulan,” jawab Alaric yang tak tahu soal kedatangan Farrel.“Jadi, apa Selena hamil anak Farrel? Ini sangat luar biasa.” Emily ingin sekali bertepuk tangan, tapi tahu ini bukan waktu yang pas.Bobby hanya diam melihat kedatangan Aster