Part 35. Disekap
Pagi itu, Akira berencana meliput sebuah berita feature. Di sebuah kampung yang terletak sekitar beberapa meter dari kota. Dari informasi yang ia terima ada seorang warga diduga gila sedang dipasung karena kerap mengamuk dan melukai warga sekitar. Akan tetapi orangtua dari pemuda itu tak rela bila anaknya dipasung. "Berita bagus ini," pikir Akira. Tak seperti biasa, kali ini Akira memutuskan berangkat seorang diri. Sebab, Meta dan Bimo sedang meliput berita lain. Mengendarai sepeda motor kesayangannya, gadis itu dengan semangat mencari alamat sesuai pesan singkat yang diterimanya. Cukup sulit menemukan lokasi rumah tersebut. Apalagi beberapa warga yang ia tanya tak mengetahui alamat tersebut. Sampai akhirnya, gadis itu berhenti di depan sebuah rumah bercat hijau mPart 36. Kabur "Cepat buka pintunya! Atau kami dobrak!" teriak seseorang di luar kamar mandi. Akira terkejut, ketahuan! Jantungnya berpacu dengan sangat cepat, hanya ini kesempatannya untuk melarikan diri. Ia melihat ke bawah lagi, lalu Bismillah. Hupp! Akhirnya gadis itu meloncat, kakinya mendarat tak sempurna diantara belukar berduri. "Aduh, sakit!" lirihnya. Tak berlama-lama menikmati rasa sakitnya. Akira langsung berdiri dan mencari-cari arah menuju jalan utama. Ia harus menemukan orang untuk menolongnya. Dengan napas memburu gadis itu terus berlari ke jalan raya. Sayup-sayup terdengar suara gedoran pintu yang semakin keras sepertinya mereka berhasil mendobrak pintu.
Lelaki itu terhempas jatuh ke lantai dan menggeram marah mendapat perlawanan dari Akira. Mencoba bangkit namun gadis itu kini meraih sendok yang ada di dekatnya. Entah apa fungsi benda itu sekarang. Namun Akira tetap menodongkannya ke arah Edy. "Jangan mendekat! atau sendok ini bisa membuatmu buta!" geramnya marah. Menyaksikan itu, Edy hanya tertawa dan kembali mendekati Akira yang kini beringsut mundur. Ia ingin melepaskan jeratan di kaki namun Edy masih terus mengawasinya. "Apa kamu mau menyerangku pakai benda itu. Sudahlah menyerah saja," kata Edy meremehkan. Dengan mata berkilat marah, lelaki itu bergerak ingin meraih sendok yang ada si tangan Akira. Namun dengan gesit gadis itu menyarangkan benda itu ke wajah Edy.
"Setidaknya akan ada yang melihat jejak ini," pikirnya. Ia berdoa semoga orang-orang di depannya tidak menyadari apa yang ia perbuat di belakang. Ada 3 kaleng cat ia buka dan tumpahkan semua isinya. Berharap ada pengendara yang menyadari keanehan ini. Sambil sesekali mengintip ke luar. Ternyata kendaraan mulai memasuki jalan utama, hatinya semakin berharap ada yang memperhatikan cat yang tumpah di mobil ini. Tiba-tiba dirasakan perlahan mobil bergerak lambat dan kini berhenti. Menajamkan pandangan mengintip ke luar, ternyata mereka sedang berada di pinggir sebuah kantor pemerintahan. Saat itu masih pagi jam kerja, seharusnya banyak orang di bangunan itu. Tak lama Edy membuka mobil dan keluar dari kursinya. &
Ramdan menghela napas panjang, berkali-kali ia menghubungi nomor ponsel Akira namun tak ada jawaban. "Kemana kamu Akira?" gumamnya gelisah. "Apa benar dia ada masalah dengan keluarganya sehingga ia tak mau menerima telpon dariku?" pikir Ramdan. Ramdan mencoba mengingat apakah dirinya berbuat salah? tetapi rasanya tidak ada. Terakhir bertemu mereka baik-baik saja. Akira juga terlihat bahagia, ia bahkan dengan antusias menanyakan kapan akan menghubungi orang tuanya. "Tapi kemana gadis itu? lebih baik aku coba hubungi Meta," ucapnya gelisah. Lelaki itu pun mencari kontak Meta sahabat Akira. Lalu beberapa detik kemudian mereka pun terhubu
Part 40. Nyaris Ternoda Waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Namun, Ramdan tak kunjung meninggalkan kantor. Sementara Edy yang menyaksikan kesibukan Ramdan dalam hati merasa menang. Karena rencananya telah berhasil untuk membalaskan sakit hatinya. "Rasakan ini balasannya untuk mu bos. Dan sebentar lagi, kamu akan kehilangan gadis yang kamu impikan itu. Karena dia akan jadi milikku," gumam Edy sambil tersenyum dengan penuh kemenangan. Rupanya, ekspresi wajah Edy menjadi perhatian Bimo yang saat itu hendak berpamitan pulang. Lantas pria jangkung itu pun menegurnya. "Mas-mas, kenapa senyum-senyum sendiri? Nggak baik lho, udah malam," sapa Bimo sembari pamit pulang lebih dulu. "Husss .
Tiga kali pukulan keras yang dilayangkan Ramdan di kepala, seketika membuat pria itu ambruk ke lantai. Lantas, Ramdan membuka jaket yang dikenakannya untuk menutupi tubuh gadis yang dicintainya itu. Ditariknya sebuah selimut dari dalam lemari, agar tak ada satupun aurat gadis itu yang terlihat. Setelah itu, digendongnya Akira keluar dari kamar menuju mobil ambulan. "Semua sudah berakhir Akira. Sekarang kamu bisa istirahat dengan tenang," ucap Ramdan menatap Akira yang kini meringkuk di dalam ambulance. Tatapannya terlihat kosong. Tak ada suara yang keluar dari bibirnya yang pucat. Sesekali matanya berkaca-kaca hingga perlahan mengeluarkan air mata dalam diam. Ramdan yang menyaksikan hal itu merasa iba dan sakit menusuk di hatinya saat melihat gadis itu. Ia tak bisa me
Part42. Akira Dirawat Mendengar kabar bahwa Sari dan Akrom akan datang menemui, seketika itu juga Akira terkejut . Bagaimana tidak, gadis itu belum pernah sekalipun menceritakan soal perjodohan yang direncanakan orang tuanya kepada Ramdan.Ia khawatir terjadi salah paham antara keduanya. Ia bahkan belum sempat menyampaikan hal itu kepada Ibu dan Akrom. "Apa? Kak Sari dan akan Akrom datang!" teriak Akira. "Lho dari mana mereka bisa tahu? Mbak yang cerita yah?" tanyanya. "Yah mau bagaimana lagi. Habisnya kak Sari tidak bisa menghubungi nomor kamu. Jadi dia telepon aku, lalu aku jelaskan musibah yang menimpamu. Katanya dia mau datang kesini," tutur Meta. "Sama Akrom?" tanya Akira memastikan. "Iya,
Part46. Harus Jujur Meski Ramdan sudah menyiapkan rumah baru untuk Akira, namun gadis itu tetap saja memilih untuk tinggal di kos. Alasannya, karena permintaan untuk pindah itu terlalu mendadak. Sementara, dirinya juga belum berpamitan dengan Romlah yang bukan hanya dianggapnya sebagai ibu kos saja, tapi sudah seperti orang tuanya juga. "Mungkin saya belum bisa tinggal di rumah yang sudah bapak siapkan," ucap Akira disela-sela perjalanan pulang usai acara kejutan yang disiapkaan Ramdan. "Lho kenapa Ra. Kamu tidak suka yah?" tanya Ramdan. "Bukan begitu pak. Saya suka kok. Hanya kesannya tidak elok. Karena hubungan kita belum resmi secara agama dan hukum. Jadi untuk menghindari fitnah, sebaiknya saya tinggal di kos saja dulu," jelasnya. &