Share

Bab 9- Aku cengeng

Lelahnya menahan malu dan rasa sakit, aku berjalan pulang dengan malas. Perlahan mulai overthingking akan hari yang belum terjadi.

“Yuuki.” Lirih seseorang yang ternyata Michio. Kami mengobrol cukup lama sampai akhirnya aku baru ingat kalau rumahnya kan nggak searah dengan kosku. Aku mengatakan padanya siapa tahu dia juga lupa, tapi dia malah bilang memang mau mengantarku pulang.

“Eh iya, kamu gak masuk angin karna tadi kan?”

Aku menggelengkan kepala dan memberitahunya tentang apa yang terjadi di pagi hari tadi. Ia hanya merespon seadanya saja, tapi aku cukup puas sih dengan reaksi yang ia berikan, karna ia tak menghakimi ataupun bertanya banyak hal.

Mulai tak ingin membahas Kyohei lebih lanjut, aku mengalihkan pembahasan sampai kami tiba di depan kos. “Udah sampe loh,” kataku sambil menunjuk kos.

Michio tiba-tiba mengatakan kalau aku menginjak sesuatu, spontan aku menundukkan kepalaku. Tapi,..

“Kamu udah bertahan dengan baik ya..” Lirihnya sambil meletakkan tangannya di atas kepalaku. Tak lama, akhirnya ia pamit pulang.

Tanpa melihat orang baik itu berlalu pergi, aku hanya berkata, ‘hati-hati’ karena menahan air mata yang sebenarnya ingin keluar.

Sungguh, betapa cengengnya aku kalau bersamanya.

Di hari festival olahraga, semua telah siap dengan pakaian olahraganya. Oh iya, aku jadi ingat tentang pakaian yang Shima pinjamkan untukku waktu itu. Setelah mencucinya, aku langsung mengembalikan celana beserta jaketnya.

Tak enak mengembalikannya begitu saja, aku memberinya beberapa bungkus makanan ringan dan bekal yang kubeli di minimarket. Jujur saat itu, aku cukup malu karna aku berterus terang kalau aku tak bisa memasak, jadi aku hanya membelikannya makanan di minimarket. Tapi dengan itu saja ia sudah terlihat senang.

Kembali lagi ke topik awal, aku yang hanya mengikuti lomba pemandu sorak menunggu giliran lomba tiba sambil menyemangati teman-teman yang sedang berlomba.

Teriknya sinar matahari yang menyentuh kulit tak mematahkan semangat semua siswa. Masing-masing kelas terlihat antusias untuk memenangkan kelasnya.

“Kyohei!! Semangat!!!!!”

Seru Minami berteriak saat Kyohei bersiap untuk lomba lari estafet. Dua teman yang setia bersanding dengan Minami menatap tajam ke arahku. Tatapan mereka sangat tajam sampai membuatku merinding..

Akhirnya aku menyerah untuk memandang mereka dan mengatakan pada Hiromi kalau aku ingin pergi membeli minuman dingin lebih dulu. Aku juga menawarinya barangkali ia ingin menitip, tapi ia hanya menggelengkan kepalanya saja.

“Haaahhh.. Gila panas banget, kok pada bisa semangat gitu semua anak. Punya energi seberapa besar mereka..”

Yah sebenarnya aku ingin sekali pergi dari keramaian dan pergi ke kelas, tapi tak ada satupun orang yang meninggalkan arena lomba, jadi aku merasa tak enak pada yang lain.

Aku kembali ke lapangan dengan dua teh dingin kalengan.

“Emmm, Hiromi? Kamu suka ini gak, aku terlanjur masukin uang lebih dan kepencet dua kali juga.”

“Haa, bisa-bisanyaa??”

“Hehe, yaa gitulah.. Gimana, suka gak ini? Aku gak mungkin sih minum dua-duanya.”

“Ya oke oke aja sih.”

“Kalo gitu, nih buat Hiromi satu.”

“Nanti uangnya aku ganti aja.”

“Gak usah lah, ngapain diganti.”

“Bener nih?? Oke deh, makasih.”

Kegirangan, Takumi berteriak, “Yossssha! Kelas kita menang!!”

Minami pun menyombongkan pacarnya yang turut serta dalam lomba setelah mendengar teriakan ketua kelas. “Iyalah, ada Kyohei yang ikut,” begitu katanya sembari melihatku.

Mungkin Hiromi juga enggan melihatnya, ia menekuk muka manisnya itu mengajakku untuk kembali ke kelas.

“Padahal yang bikin kelas kita menang dari tadi Shima.”

“Hehe, iya ya.. Yah biarin aja deh, biar dia seneng.”

Kukira aku dan Hiromi yang pertama kali sampai di kelas, ternyata ada beberapa anak laki-laki yang sudah sampai di kelas. Diantaranya ada Souta. Raul langsung mendekat begitu ia melihatku.

“Hei hei, Yuuki..,”

“Ternyata si Souta waktu itu berantem loh sama Kyohei, kamu apa tahu?”

Aku menoleh ke arah Souta yang terlihat mengerutkan keningnya melihat Raul. Sambil menggeleng, aku bertanya balik, “Kok bisa?”

Setelah semua orang terdiam, beberapa saat setelahnya Souta menjawab.

“Yah urusan cowok aja. Gak ada hal lain kok, tenang aja.”

Teman-teman yang ada di kelas menyoraki Sakata karena jawaban yang ia berikan seperti pengungkapan perasaannya untukku.

Berbagai kegiatan selesai dilaksanakan, hari pertama festival pun berjalan dengan lancar.

“Yuuki yuukii??” Terdengar suara Shima. Dia mengajakku untuk pergi bersamanya, mencari sesuatu. Hadiah untuk seseorang katanya.

Sebenarnya aku berniat pulang bersama Hiyori. Setelah mengobrol banyak hal, kami jadi tahu kalau ternyata jalan pulangku dengannya satu arah. Tapi rencana kali ini kugagalkan karna Shima sampai memohon pada Hiyori.

Aku dan Shima pun pergi ke mall terdekat.

“Jadi? Kamu mau cari apa dan buat siapa?”

Bersambung..

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Blow X outsiders
Novel yang keren ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status