***[Bisa ke kantor penerbitan? Ada yang mau dibicarain sama kamu.]Baru membuka mata beberapa menit lalu, Kalania sudah disuguhkan pesan tersebut yang kini terpampang nyata di layar ponselnya. Beringsut, setelah itu hal tersebutlah yang dia lakukan sebelum mencerna kembali ucapan sang editor yang pagi ini mengiriminya pesan."Ini ada apa nih mendadak disuruh ke penerbitan?" tanya Kalania. "Revisinya kan belum selesai."Masih di fase mengumpulkan nyawa karena rasa pusing yang kini melanda, untuk beberapa saat Kalania duduk bersila hingga setelah tak ada rasa pusing pasca bangun tidur, yang dilakukannya setelah itu adalah; menghubungi Rena sang editor untuk memastikan.Menunggu sedikit lama panggilannya dijawab, Kalania sempat berdecak ketika sang editor tak kunjung menjawan telepon darinya hingga persis ketika dia beranjak dari kasur, panggilan terhubung bahkan suara Rena sang editor yang menangani naskahnya pun terdengar memberikan sapaa
***Dari siapa Calista tahu hubungannya dengan Rainer.Itulah pertanyaan yang langsung memenuhi benak Kalania sekarang dan tentunya tak hanya rasa penasaran, perasaan bingung pun muncul karena harus mengiakan atau menyangkal, Kalania mendadak tak tahu harus melakukan apa sehingga alih-alih langsung memberikan jawaban, dia justru diam."Kalania.""Untuk apa Ibu nanyain itu?" tanya Kalania. "Apa ini ada kaitannya sama kerjasama kita sebagai penulis dan penerbitan.""Ya intinya jawab dulu sih, saya pengen tahu soalnya," kata Calista. "Benar enggak kamu pacarnya Rainer?""Kalau yang ibu maksud itu Rainer Langit Mahendra yang punya saudara kembar Rajendra Bintang Mahendra dan Aisha Bulan Mahendra, jawabannya iya," ucap Kalania. "Saya pacarnya dia dan hubungan kami belum berjalan lama.""Oh jadi kamu.""Jadi kamu?" tanya Kalania dengan sebelas alis yang kini naik. "Maksud Ibu gimana?""Ya itu kamu," kata
***"Apa?" tanya Kalania—masih di mode singa, karena demi apa pun dia tak takut sama sekali pada Calista. "Udahlah, enggak penting banget saya ngeladenin cewek ambisius kaya Ibu. Cari sana bu cowok lain yang mau sama ibu, jangan ambil pacar saya. Nanti saya viralin lho di sosmed. Gini-gini saya pengikutnya banyak.""Belagu kamu!" ujar Calista—masih dengan suara tinggi, yang justru dimanfaatkan Kalania untuk meledek."Iri bilang sahabat, wle!"Terlalu malas untuk berdebat lebih lama, setelahnya Kalania memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan Calista dan begitu keluar, dia cukup terkejut melihat para staff yang berkumpul sambil memandangnya."Apa lihat-lihat? Mau gue kasih upil?" tanya Kalania sambil memasukan telunjuknya ke hidung tanpa merasa malu.Tak menunggu jawaban, setelahnya yang dilakukan Kalania adalah pergi dengan segera menuju mobilnya dan begitu sampai, yang dia lakukan adalah; mengomel hingga setelah perasaan
***"Witwiw, cewek!"Berdiri dengan tubuh condong di pagar pembatas lantai dua, godaan tersebut lantas dilontarkan Rajendra pada dua perempuan yang kini terlihat asyik dengan kegiatannya menonton televisi.Bukan orang lain, dua perempuan tersebut adalah Aleora juga Aisha dan tentunya setelah mendapat godaan, kedua perempuan tersebut kompak mendongak untuk melihat sosok Rajendra sebelum akhirnya salah satu dari mereka, buka suara dan bukan Aisha, yang bertanya adalah Aleora sang sesepuh rumah."Kenapa, Jen?" tanya Aleora. "Kamu manggil Mama sendiri udah kaya godain cewek lewat aja.""Hehe." Nyengir, itulah yang dilakukan Rajendra sebelum akhirnya buka suara lagi. "Enggak, Ma, cuman mau nanyain Rainer. Dia kok belum pulang ya? Perasaan ini udah jam lima kurang.""Dia pulang telat hari ini, Jen. Jam tujuhan katanya baru pulang," ucap Aleora."Lembur?" tanya Rajendra."Enggak, ketemu Kala," ucap Aleora. "Tadi Rainer
***Menghela napas kemudian mengubah posisi menjadi miring, Rajendra kini memandang rak berisi album di kamarnya hingga tak berselang lama dia beringsut secara spontan setelah sebuah ide muncul di otak.Tak banyak menunda, setelahnya yang dilakukan Rajendra adalah; mengambil ponsel dan mencari kontak Rainer untuk kemudian dihubungi. Menunggu selama beberapa detik, senyuman terukir di bibir setelah panggilannya dijawab oleh sang kakak."Halo," sapa Rainer singkat seperti biasa."Lo di mana? Kok belum balik?" tanya Rajendra—pura-pura tak tahu."Basement apartemen," kata Rainer. "Kenapa?""Apartemen siapa?" tanya Rajendra yang cukup terkejut, karena dia pikir Rainer akan bertemu dengan Kalania di luar."Kala, gue mau ketemu sama dia sore ini karena ada sesuatu," ucap Rainer. "Kenapa?""Lo ketemuan sama Kala di apartemen dia?" tanya Rajendra kepo. "Kenapa enggak di luar, njir? Bahaya lho.""Bahaya apa?
***"Gila, kan?" tanya Rainer tanpa ragu. "Saya takut kamu mendadak gila kalau enggak dikasih es krim.""Ish."Tak menimpali, Kalania hanya bisa mendengkus sebelum akhirnya berpamitan untuk menyimpan es krim sekaligus membawakan minum. Tanpa membutuhkan waktu lama, Kalania kembali dengan minuman kaleng juga beberapa camilan di toples kecil yang dia bawa secara bersamaan."Minum," ucap Kalania sambil menyodorkan minuman kaleng yang dia bawa. "Di apartemen enggak ada yang spesial, jadi aku cuman bisa suguhin kamu itu.""Kamu minum minuman kaleng?" tanya Rainer dengan raut wajah yang terlihat penasaran."Iya, kenapa?" Kalania balik bertanya. "Air putih juga minum kok, cuman sering aja minum minuman itu. Segar.""Enggak sehat," kata Rainer. "Kurangin minum minuman kaleng karena kadar gulanya tinggi. Diabetes nanti.""Udah," ucap Kalania yang justru membuat Rainer tak mengerti."Maksud kamu?"
*** "Rajendra!" Berhasil keluar dari keramaian kemudian masuk ke backstage setelah mengenalkan diri, seruan tersebut lantas keluar dari bibir Kalania ketika pada jarak beberapa meter, sosok yang dia cari tengah berjalan ke sebuah tenda. Rajendra. Bukan orang lain, yang Kalania panggil adalah dia dan bukan berstatus teman, Rajendra adalah kekasihnya yang sudah Kalania pacari selama dua bulan terakhir. Berawal dari Kalania yang sering menonton bahkan mengikuti band yang dianggotai Rajendra juga ketiga temannya, gadis itu tiba-tiba saja mendapat keberuntungan untuk naik ke atas panggung setelah salah satu anggota memilihnya sebagai penonton paling aktif, dan karena posisi Rajendra adalah vokalis, Kalania tentunya banyak berinteraksi dengan pria itu di atas panggung. Itu saja? Tentu saja tidak, karena setelah dipanggil naik ke atas panggung, Kalania dihampiri lagi oleh Rajendra untuk kemudian diajak berkenalan bahkan dimintai nomor telepon. Bak kejatuhan durian runtuh, Kalania yang
***"Udah cantik belum sih gue? Mau ketemu CEO degdegan banget rasanya."Berdiri di depan cermin besar yang ada di kamar, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Kalania pada dirinya sendiri yang barusaja menyelesaikan kegiatan berdandan.Tak akan berdiam diri di apartemen seperti biasanya, siang ini Kalania memang akan pergi ke suatu tempat dan bukan tempat sembarangan, yang akan dia datangi adalah sebuah gedung perusahaan ternama.Bukan untuk melamar pekerjaan, tujuan Kalania datang ke gedung perusahaan tersebut adalah; untuk menemui seseorang yang dia pikir bisa membantunya membalaskan dendam pada Rajendra, karena memang tak main-main, niat Kalania balas dendam sangat serius.Diputuskan secara mendadak tanpa memiliki kesalahan, Kalania merasa dipermainkan dan sebagai perempuan, dia tentu saja tak terima sehingga pembalasan pun harus dilakukan dan dari semua cara yang bisa dipakai, dia memutuskan untuk memakai ide iseng sang sahabat yaitu; memacari saudara kembar Rajendra.Rainer Lan