“Ini pasti tahayul! Pendekar baru lulus macam apa yang bisa lolos dari jeratan rantai hakim para dewa?!”
Lingga mengumpat dalam hatinya tidak berhenti. Para prajuritnya pun terheran-heran melihat kehebatan Raksha mematahkan rantai hakim para dewa itu. Mereka semua masih berusaha mencerna apa yang baru mereka lihat.
“Bocah kurang ajar!” Lingga melontarkan tinjunya. Raksha sadar akan serangan Lingga, tetapi dia memilih untuk diam dan menahannya.
Raksha terpelanting jatuh dengan sedikit lebam di pipinya. Rasa sakit ini masih bisa dia tahan karena dia sadar kalau tinju Lingga begitu lemah dan serampangan. Kemungkinan besar Lingga melakukan itu hanya untuk meluapkan emosinya.
Lingga terlalu murka sampai-sampai dia tidak sadar kalau Raksha telah memerintahkan Gardapati, sang Siluman Srigala, untuk masuk menyusup ke dalam bayangannya. Bahkan pasukan Lingga pun tidak menampikkan sedikitpun rasa curiga karena masih tercengang dan terlalu fo
‘Jurus Penukar Jiwa!’Sepersekian detik setelah Raksha menyerukan itu, tubuhnya langsung berpindah tempat ke satu komplek perumahan yang terdiri rumah-rumah kayu sederhana. Langit malam menaungi dengan sinar bulan purnama penuh yang menerangi, tetapi Raksha tidak melihat satu pun batang hidung penduduk Desa Yada sejauh dia memandang.Komplek tempat Raksha sekarang berada letaknya kurang lebih 500 kaki dari daerah kota utama Rasagama. Komplek ini terdiri dari puluhan rumah kecil. Dilihat dari bahan kayu yang kasar yang menjadi pondasi utama tiap rumah yang ada di komplek itu, Raksha yakin kalau penduduk Desa Yada hanya diberikan lokasi berupa tanah kosong oleh Yasa untuk tinggal. Lokasinya sengaja agak jauh dari kota karena Yasa mengerti sebagian orang di Kota Rasagama masih memiliki prasangka buruk terhadap orang dari luar kotanya.Namun kali ini, situasi di komplek perumahan itu benar-benar sunyi. Hanya ada suara banyak orang batuk sekilas lalu kemb
“Ari! Ini aku, Raksha!”Seruan lirih Raksha dibalas Ari dengan tendangan cakarnya. Raksha reflek mengangkat lengan kanannya pendek untuk menangkis tendangan Ari, tetapi dia tidak mengira kalau Ari lanjut melontarkan tendangan berikutnya yang berhasil mendarat di dada Raksha sehingga dia terdorong semakin jauh.“Yang Mulia Raksha!”Siluman Srigala Gardapati dan Suja Sang Prajurit Arwah Elit keluar bersamaan dari balik bayangan Raksha. Keduanya menerjang Ari yang hendak melumat Raksha dengan kedua cakar di tangannya.Gardapati menerkam kedua kaki Ari dengan taringnya, sedangkan di saat yang sama, Suja menahan tinju kanan Ari lalu mencekik lehernya. Kedua pengawal Raksha itu sontak mundur karena Ari masih memaksa merangsek masuk untuk menghajar Raksha.“HAH!”Ari menyeru keras seraya memutar tubuhnya kencang hingga Suja dan Gardapati ikut berputar lalu terpental, terlepas dari tubuh Ari. Walau kakinya robek d
“Percuma melawan, Raksha! Bergabunglah dengan Yaksha! Kita balas kezaliman Kanezka dengan darah!”Aryasatya menyeru sambil tersenyum remeh, menikmati kepayahan Raksha dan pasukannya yang habis dibantai secara perlahan oleh pasukan Yaksha-nya. Saat itu tatapannya tertuju pada Raksha yang masih di lindungi oleh ketiga pengawal arwahnya yang terkuat, yakni Suja, Gardapati, dan Asoka.Tiba-tiba aura ungu Kanuragan Ozora yang ada di sekitar tubuh Raksha menyeruak hebat hingga menyelimuti Raksha dan sebagian pasukannya. Beberapa saat setelah itu, Aryasatya tidak lagi melihat sosok Raksha di posisinya yang semula. Dia hanya melihat Suja, Gardapati, dan Asoka berlari ke arah yang berbeda melewati kerumunan prajurit arwah dan pasukan Yaksha yang tengah berseteru satu sama lain. Tetapi dari arah lari mereka yang perlahan menuju satu titik, Aryasatya tahu kalau tujuan mereka adalah dirinya.“Jadi itu trik murahanmu, bocah?! Menggelikan! Kau memalukan nama
“Uhh…”Raksha membuka matanya walau dunia yang dia lihat masih buram. Sejenak dia mengedip-ngedipkan matanya lalu mengatur napasnya, pandangannya menjadi jelas. Namun yang dia lihat hanyalah kegelapan yang tidak ada ujungnya.“Kakak!”Raksha terjembap kaget. Dia kenal suara yang memanggilnya. Baru saja dia membalikkan badan, sosok perempuan mungil memeluknya. Perempuan itu adalah adiknya, Ira.“Ira? Bagaimana bisa?” tanya Raksha kebingungan.“Kakak! Akhirnya kakak datang kesini! Kita bisa bermain lagi!” Ira melebarkan senyum polosnya.“Kamu kelihatan lelah, nak Ibu sudah siapkan makan.”“Raksha, istirahat dulu.”Suara ayah dan ibu Raksha mendadak terdengar disamping kiri dan kanan Raksha. Raksha tidak menyangka kalau kedua orang tuanya itu tengah berdiri dengan senyum hangat khas yang biasa menyambutnya setelah dia lelah bekerja.“Ayah&h
“Mata dibalas mata! Darah dibalas darah! Kanezka dan Kota Rasagama harus menerima ganjarannya!”“Bangkitlah Titisan Ashura! Bangkitlah Titisan Ashura! Bangkitlah Titisan Ashura!”Aryasatya menyeru penuh antusias menyambut kebangkitan Raksha yang telah menyatu dengan Kanuragan Yudha. Seluruh dukun yang ada di sekitarnya pun ikut menyeru dengan gegap gempita.Raksha bangkit perlahan. Tatapannya masih kosong.“Raksha Mavendra! Ini adalah momen bersejarah! Pendekar Sakra dan Yaksha bersatu! Kami Rajendra dengan senang hati menyambut kesatuan titisan Ashura!” Aryasatya masih antusias.Raksha mengerling ke arah Aryasatya. Namun belum mengatakan apapun.“Ayo, Raksha! Menyatulah denganku! Kita akan hancurkan Kerajaan Kanezka! Kita tunjukkan pada Nusantara kalau titisan Ashura-lah pahlawannya! Para pemuja dewa itu akan runtuh ditangan bumi pertiwi!” Aryasatya menjulurkan telapak
“Ah…!”Sena bangun dari mimpinya dengan tubuh penuh keringat. Wajahnya lembap karena air mata membasahi kedua pipinya. Dia melihat sekeliling, lalu tersadar kalau dia bukan lagi di dunia yang penuh kegelapan, tetapi dikamarnya sendiri.Walau kepalanya masih terasa pusing, Sena menyeka air mata sekilas lalu segera beranjak dari tempat tidurnya. Rambutnya masih berantakan, wajahnya masih sembab, para pembantunya memanggilnya karena cemas, tetapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan cepat menuju kamar Raksha.“Raksha…?” Sena memanggilnya berkali-kali setelah dia mengetuk pintu sampai lima kali lebih tetapi tidak ada jawaban. Perlahan, dia membuka pintu kamar itu yang ternyata tidak terkunci.Dada Sena rasanya berdegup lebih cepat. Dia tidak melihat siapapun di kamar. Tempat tidurnya masih rapi dan jendela pun tertutup rapat. Tidak ada jejak secuil pun yang menunjukkan Raksha kabur dari kamarnya.“N-nona Sena
‘Jurus Penukar Jiwa’Seluruh raga Raksha sontak berpindah tempat, bertukar posisi dengan Asoka yang sudah ada di Benteng Bisma. Dia tiba di salah satu lantai puncak menara jaga di benteng tersebut. Sekilas dia melihat sekitar, terdapat tiga prajurit Kanezka yang tergeletak tewas dengan leher terkoyak didekatnya. Raksha tahu kalau mereka tewas diserang Asoka sebelumnya untuk memastikan keamanannya.Raksha kini mengalihkan perhatiannya ke luar menara. Dari sana dia bisa melihat tembok besar terbentang sepanjang hampir 2000 kaki membatasi area Kota Rasagama dari hutan terlarang Adwaya. Hutan itu jarang dijamah oleh orang-orang karena siapapun yang pergi kesana berakhir tewas atau hilang diserang siluman. Para siluman di hutan tersebut semakin liar semenjak Pendekar Dunia Arwah yang biasa memberikan persembahan kepada mereka tewas dibantai Pasukan Kanezka.Benteng Bisma yang dibangun Pasukan Kanezka terletak sekitar 5000 kaki di arah utara Kota Rasagama
“Jayendra?! Kau si bajingan Jayendra katamu?!” Lingga yang semula takut mendadak murka. Kemarahanya itu melebihi rasa takutnya sehingga semangat bertarungnya berkobar.“Dia Jayendra Mavendra? Kukira dia sudah mati….” Damar tidak percaya.Lingga mengepal tinjunya keras. Kematian adiknya, Suja Bhagawanta, di Desa Yada yang terbakar habis tanpa sebab itu membuat dia yakin kalau Jayendra-lah pelakunya karena adiknya itu sedang dalam misi pencarian Jayendra. Ini adalah kesempatan emas untuk membalas dendam.Lingga melesat tanpa peringatan. Tinju bajanya sudah siap melayang untuk melumat kepala Raksha.Raksha sadar akan ancaman musuhnya yang menghadang. Namun dia tidak memasang kuda-kuda ataupun bersiaga. Mendadak Suja muncul menyeruak dari balik bayangannya lalu menerjang maju menahan tinju Lingga.Lingga dan Suja beradu tinju sehingga Kanuragan Kshatriyas dan Kanuragan Ozora dari tinju mereka berkecamuk memercikkan kilata