Bab 46
******
Tubuh Anesia mendadak kaku, bibirnya kelu tanpa bisa mengucap apapun. Ia, bingung? Mengapa? Mengapa David memeluknya. Jiwa dan raganya bahkan tidak menduga hal itu akan terjadi, dan apa yang Anesia rasakan? Tanpa sadar ia bahkan merasakan kehangatan. Ia menyukai pelukan itu. Ada apa ini?
Setelah hening beberapa saat, Anesia tersadar akan semuanya.
Ia kemudian ingin mendorong David yang dengan seenaknya memeluknya. Rasanya, ia menyesal berpamitan secara baik baik seperti ini, nyatanya David memang tidak akan paham dengan itu semua dan hanya mementingkan diri, ego dan keangkuhannya.
'Lelaki brengsek' batin Anesia.
Setelah ia hendak mendorong David. Tiba tiba David berbisik halus di telinganya, "Sutt, jangan bergerak, di belakang kamu ada Alice."
Ternyata, itulah alasan mengapa David memeluknya. Mengapa rasanya ia tidak suka dengan alasan itu dan mengapa David harus memeluknya, tanpa pelukan pun, semua sandiwara itu b
Bab 47******Setelah mendengar dan melihat apa yang ada di hadapannya, rasanya Alice tidak dapat menerima. Ia mencoba berpikir positif atas segalanya, tetapi semua yang dilihat dan didengarnya seolah menepis pikiran positif itu. Batinnya bergejolak. Otak rasanya berhenti berfungsi dengan baik.Ia langsung pergi meninggalkan Anesia yang terus memanggilnya.ia berlari dengan sangat cepat, agar Anesia tidak dapat mengikutinya.Ia masuk kamar dan langsung mengunci pintu. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya."Al!...Alice, bukain kak An. Ini nggak seperti yang kamu bayangin. Kak An bisa jelasin." Anesia terus menggedor pintu itu, ia tidak ingin Alice salah paham padanya."Jelasin apa kak? Sebaiknya kakak pergi. Aku ingin sendiri dulu! Jangan menggangguku!!" Samar, namun Anesia masih dapat mendengarnya."Baiklah, nanti jika kau sudah merasa tenang, kuharap kau mau mendengar penjelasanku."Anesia melangkahkan kakinya menjauh. Ia, tid
Bab 48*****"Kalau begitu, kau berdirilah! Naiklah sendiri ke atas, aku tahu kau hanya berbohong!"seketika Laura terjatuh karena dilepas oleh David. Dia tidak lagi berada di gendongan David.Sebenarnya, David tidak sekejam itu. Ia bahkan melepaskan Laura dengan perlahan.Namun karena Laura terus ingin digendong oleh David. Ia berteriak dengan kencang."Auwww, Sakit David. Kau sangat tega hiks hiks hikss, aku tau aku memang tidak pantas berada disini, aku akan pergi!" Laura berdiri seketika untuk membuktikan ucapannya, namun ia langsung terjatuh sempoyongan."David, tolong dia!! Kenapa kau seperti ini?" ucap Grandma dengan sedikit kemarahan sedangkan Anesia menolong Laura yang lemah."Grandma, dia itu..." ucap David terpotong."Shut, nggak usah ngebantah, ayo angkat dia!""Ayo, cepatlah David. Lihatlah, dia sangat lemah! Apa kau tidak kasihan sedikit saja? dia baru saja dilecehkan oleh seseorang. Bagaimana bisa kau
Bab 49****Laura telah membawa Anesia menuju kamar."Anesia, apa kau tahu, sebelumnya aku sangat mencintai David. Dulu kami saling mencintai. Sampai suatu saat, David salah paham padaku. Dia menyangka aku menyelingkuhinya. aku sangat sedih saat ia menjauh dariku."Rasanya aku tidak bisa hidup tanpanya. Sampai akhirnya ia kembali kesini dan meninggalkanku di swiss." Laura berhenti bicara dan kemudian meneguk minuman yang ada di meja tempat duduk mereka.Anesia hanya mendengarkan. Bahkan pikirannya sudah berkelana. Cara apalagi yang harus ia lakukan untuk membujuk Alice. Sebentar lagi David pasti akan marah padanya."Anesia, hey. Apa kau mendengarku?""Ahh, yahh.. maaf kamu tadi ngomong apa?"'Dasar wanita ini, sejak tadi aku bicara padanya. Tapi dia hanya terus melamun. Pasti dia terus berpikir cara untuk bisa dimaafkan oleh Alice. Itu nggak akan terjadi. Bahkan jika harus berbicara sampai berbusa pun akan aku lakuin, bia
Bab 50******Anesia berdiri di ujung tangga dengan perasaan syok, dalam sekejap wanita yang mereka sebut Grandma itu terguling dengan berlumuran darah akibat benturan itu.Ia terdiam dan menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia syok sampai tak bisa berkata atau berteriak.Sedang Alice yang datang dengan tergesa gesa dari dalam kamarnya, sangat kaget.Ia berteriak histeris.Dilihatnya, Grandma terkapar tak berdaya di lantai ujung tangga. Bajunya yang berwarna putih itu, sudah berubah merah. sebanyak itu darah yang keluar. sepanjang anak tangga terlihat darah segar wanita itu. Yang paling mengejutkan. Anesia, wanita yang bahkan belum mendapat maafnya kini berdiri di ujung tangga atas dengan tampak syok.Alice langsung berlari dengan air mata yang langsung membanjiri. Ia memeluk Grandma sambil berteriak-teriak histeris. Semua pembantu
Bab 51*****"Sebenarnya, semalam aku mendengar sesuatu. Perbincangan antara David dan Anesia. Aku tidak ingat jelas apa yang mereka katakan. Yang intinya, David mengancam Anesia, dan dari perbincangan mereka aku tahu, bahwa mereka hanya berpura pura. Mereka tidak benar benar memiliki sebuah hubungan.""Apa? Apa yang kau katakan? Apa kau bercanda?" tanya Alice dengan raut kemarahan."Mereka tidak mungkin membohongiku, apa untungnya buat mereka? Nggak ada," tanya Alice tidak percaya."Hmm, aku tidak memaksamu untuk percaya, aku hanya memberitahu semua yang aku dengar. Aku tidak mengada ngada.""Nggak nggak, nggak mungkin!" Alice meremas rambutnya dengan kedua tangannya. Ia frustasi dengan semua masalah yang tidak dipahaminya sama sekali."Alice, aku merasa ini adalah rencana Anesia," ucap Laura pelan dengan sedikit penekanan."Apa maksudmu?" tanya Alice bingung."Maksudku_ maksudku... apa kau tidak pernah berpikir,
Bab 52Anesia memandang pijakannya yang baru saja terjatuh. Piramida yang disusunnya telah hancur berantakan."Huff, untung aku udah berhasil membukanya. Kalau tidak, aku akan kembali jatuh,"ucapnya dengan badan setengah tergantung.Anesia segera naik, namun ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Saat ia mengerahkan kekuatannya, rasanya kepalanya ikut berdenyut dan hampur saja ia kembali terjatuh. Namun akhirnya berhasil.Ia melarikan diri.****'Huff, untunglah Grandma masih bisa diselamatkan walau kondisinya kritis. Aku harus menemui gadis itu, apa benar dia yang melakukan semuanya,' batin David."Hallo, gimana Lex? Apa kamu udah dapat petunjuk?" tanya David pada asistennya. Selepas kejadian itu, David langsung menghubungi Alex dan memcari tahu kebenarannya."Ya, saya menemukan sebuah petunjuk kecil Tuan. Sebuah anting yang tak tahu siapa pemiliknya. Saya akan segera menyelidikinya Tuan. Dalam satu dan dua hari ini saya aka
Bab 53"Pria arogan?" Seketika sekelebat bayangan David muncul di kepala Anesia kala mendengar julukan itu hingga membuatnya terdiam sesaat.Seketika ia langsung menggeleng gelengkan kepala"Akhhh Anesia, apa yang kau lakukan? Kenapa kau memikirkan lelaki brengsek itu! Lupakan dia!" Anesia memukul kepalanya pelan, agar menyadarkan dirinya. Kemudian langsung pergi ketujuannya, dan melupakan perkataan beberapa perawat itu.***"Akhh, wanita itu, kemana sebenarnya dia melarikan diri? Kenapa Alex belum juga mendapatkan info apapun?" batin David sembari berjalan ke rumah sakit.Selepas kejadian Anesia melarikan diri, David menjadi sangat marah. Emosinya tidak dapat di kontrolnya. Ia tidak tahu, kemarahan seperti apa, ia hanya merasa sangat marah saat Anesia menghilang. Kemarahannya bahkan sampai pada para perawat yang merawat Grandmanya. Sedikit kesalahan akan membuatnya sangat marah."Kak David! Kakak dari mana aja, kata Dokter keadaan Gr
Bab 54Angin berhembus kencang menerpa wajah gadis cantik yang sedang melamun mencari ketenangan. Dipejamkannya mata, sambil berteriak, menghadap lautan dimana suara ombak bertabrakan dengan karang."Ahhhhh, aku benci kamu, David Edward. Kenapa? Kenapa kau bisa sekejam itu padaku? Kenapa kau harus muncul di hidupku yang suram ini dan menambah beban hidupku.. akkhhh aku sangat sangat dan sangat membencimu. Pergilah kau ke neraka dasar bedebah psikopat," teriak Anesia di pinggiran pantai dengan dada naik turun meluapkan semua emosi dalam dirinya.Sedangkan sejak tadi Azka hanya bisa memandangnya. Menatap indahnya ciptaan Tuhan. Ditambah terpaan angin di wajah yang membuat rambutnya melambai lambai menambah karisma kecantikannya. Azka tidak tahu apa yabg sedang dirasakannya, tetapi ia menyukai peraasan itu."Heyyy, sebenarnya ada apa? Siapa David?" tanya Azka.Anesia berbalik menatap Azka dengan senyum mengembang di bibirnya. Rasanya ia sudah lega.