Share

7. Kau!!

Bab 7

       "Sahabatmu? Jangan bilang itu wanita semalam yang terus memanggilku hantu.

       "Hantu?hahhaahha. Siapa yang memanggilmu hantu?" Alice dan wanita itu tertawa terbahak bahak.

       "Kak An, kemarilah!"

       "Tunggu sebentar."

***

        "Maaf lama, tadi aku lagi beresin dapur setelah selesai memasak."

      "Ia, nggak papa kok aku dan Granma hanya mau ngenalin kak An, ke kakak aku."

      "Kak lihat dong kebelakang kakak? Itu teman aku yang masak nasi goreng ini."

Lelaki itu hanya sibuk memakan nasi gorengnya, tanpa menoleh ke belakang untuk melihat wajah Anesia.

        "Kak!" teriak Alice. Setelah mendengar teriakan Alice, lelaki itu langsung menoleh walau ia sedang mengunyah makanannya.

Tiba tiba...

     "Kamu," ucap mereka berbarengan.

Uhuk uhuk uhuk,

 tiba tiba David tersedak oleh makanan yang sedang dikunyahnya.

       "Kak David kenapa? Apa kalian saling kenal? Ini minumlah air dulu." Alice menyodorkan air ke kakaknya.

Anesia yang menyadari siapa yang ada dihadapannya langsung melangkah mundur secara perlahan. Ia kembali merasa takut. Walau ia sangat marah tetapi, kemarahannya mengalahkan rasa takut dan trauma yang dirasakannya. Tanpa sadar ia meneteskan air matanya.

"Jangan mendekat, kumohon!"

       "Aku takkan membuat kesalahan yang sama lagi, padamu. Tapi biarkan aku hidup dengan tenang!" Anesia tidak bisa lagi mengontrol dirinya, semua umpatan umpatan yang ingin ia sampaikan kepada David mendadak lenyap seketika, karna aura dari David yang terlihat sangat menakutkan hingga membuat tubuhnya gemetar.

       "Ada apa kak An? Apa yang terjadi padamu?" tanya Alice.

      "Kak, ada apa antara kau dan dia, kenapa dia sangat takut padamu? Jangan jangan...."

     "Ia David, apa yang telah kau lakukan padanya cerita ke Granma."

David yang melihat ekspresi Anesia hanya tersenyum

       "Ternyata kau masih hidup? Banyak juga nyawamu yah?"

       "Apa yang kau lakukan David, kau membuatnya semakin takut. kau tidak boleh mendekatinya, pergi sana. Jika dia kenapa kenapa Granma takkan maafin kamu, faham."

        "Kenapa Granma membela orang yang tidak Granma kenal."

        "Dia bukanlah orang asing, dia adalah teman Alice adikmu dan Granma sangat menyukainya, dia wanita yang baik."

David yang mendengar pujian untuk Anesia hanya tesenyum geli 

"wanita baik? Mereka sangat berlebihan, dia itu hanya wanita cerewet yang sangat mengganggu.dan memiliki banyak nyawa dan sebenarnya  masakannya sangat enak.

Alice membawa Anesia menuju kamarnya dan menenangkannya.

     "Kak An ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi padamu dan kak David."

      "Dia dimana?"

  "Kak An nggak usah takut, kak David ada dibawah, dia nggak akan berani gangguin kakak kok. emang sebenarnya ada apa kak?"

      "Kamu inget kan, yang aku ceritain ke kamu tentang orang yang ngebunuh aku dan ngebuang aku disungai, itu dia kakak kamu."

"Astaga, kak David ngelakuin itu ke kamu. Nggak bisa dibiarin nih, aku harus bicara dengan kak David."

Saat Alice beranjak pergi Anesia melarangnya.

      "Ngaak usah Alice, aku nggak mau dia semakin marah sama aku."

      "Hmm, baiklah.tapi kakak nggak usah takut, karna apapun yang dikatakan Granma kak David akan nurutin semuanya. Jadi dia nggak akan berani ngapa ngapain kakak. Kakak nggak usah takut lagi yah."

       "Sebaiknya kak An istrahat yah aku mau kebawah dulu sama Granma dan nggak usah takut!"

Granma dan Alice duduk dikursi sedang mengintrogasi seseorang yang tak lain adalah David.

     "Apa yang telah kakak lakuin ke Anesia. Kenapa kakak tega ingin ngebunuh dia."

      "Ia David, kenapa kamu melakukan itu padanya, apa kamu pikir dengan membunuhnya bisa menyelesaikan semua masalah?" ucap Granma setelah mengetahui yang membuat hidup Anesia menjadi seperti ini adalah karna cucunya sendiri.

       "Waktu itu dia sudah membuatku sangat marah Granma, dia merusak jaguarku. Granma kan tau sendiri jaguar adalah kesayanganku. Jadi aku hanya ingin menghukumnya."

       "Dengan membunuhnya?" tanya Alice

       "Ya."

       "Kakak benar-ben...."

        "Suuuut, nggak usah ribut, dia kan masih hidup. Itu sudah cukup menebus dosanya ke aku. Jadi semuanya impas."

      "Pokoknya, mulai saat ini kamu jangan deketin Anesia lagi, dia akan tinggal dirumah ini sampai ia kembali kerumahnya dan jangan pernah menyentuhnya tanpa seizinku. jika tidak kau akan tau apa yang akan Granma lakukan padamu, karna Granma sangat kecewa padamu."

Granma dan Alice meninggalkan David sendirian.

       "Shitt, kenapa mereka malah membela wanita itu."

       "Sebaiknya aku segera bergegas keperusahaan, sebelum aku terlambat untuk kedua kalinya, dan itu karna orang yang sama."

****

       "Alice, apakah David masih dibawah?"

       "Nggak,  kak David udah pergi, kak An nggak usah takut."

Mendengar jawaban Alice, Anesia langsung bergegas untuk pergi.

      "Kak An? Kak An mau kemana?"

      "Maafkan aku Alice, aku tidak bisa terus tinggal ditempat ini bersama dengan orang yang ingin menghabisi nyawaku."

      "Kak An kumohon jangan seperti ini!"

      "Oh ia, tolong sampaikan kepada Granma bahwa aku minta maaf tidak sempat berpamitan kepadanya dan katakan aku menyayanginya juga terima kasih telah mengizinkan aku untuk tinggal dirumah ini."

Anesia langsung menuju pintu rumah dengan terburu buru.

       "Baiklah, kalau kakak ingin pergi pergilah dan lupakan semua persahabatan kita. Jangan pernah kembali, karna kakak bukan, temanku lagi dan tak akan punya teman selama lamanya."

       "Aku menyangka kakak bisa menjadi sahabatku satu satunya dan hanya karna kak David, kak An meninggalkanku. Kakak mungkin tidak pernah merasakan berada diposisi aku, tidak punya teman, karna mempunyai seorang kakak yang sangat menakutkan bagi mereka. Dan sekarang kak An juga sama, pergi karna kak David. Kalian tidak pernah memikirkan perasaanku sedikit saja, kalian hanya memikirkan diri kalian. Aku benci kalian semua." Alice berlari kekamarnya dengan air matanya meninggalkan Anesia yang juga mengejarnya.

        "Kenapa kakak mengikutiku, bukankah kakak ingin pergi? Pergilah! Didunia ini memang tak ada yang pernah benar benar peduli padaku."

     "Alice, maafkan aku. Aku  tidak berfikir sampai disitu, aku tidak tahu jika kau akan sangat menderita karna ini, sungguh aku tidak bermaksud seperti itu, aku... hanya ingin menjauh dari David kakakmu, itu saja. Tolong maafkan aku."

      "Buat apa meminta maaf, sekarang itu tak berarti lagi bagiku, pergilah!"

Sejenak kemudian Anesia melepaskan kembali tas yang ingin dibawanya tadi.

       "Kenapa melepasnya?"

       "Hmm, kenapa yah kira kira?" tanya Anesia bercanda.

     "Yah karna aku akan tinggal disini untuk beberapa hari lagi, hmmm, ngomong ngomong ngapain juga aku takut pada David, kita kan sama sama manusia dan suka makan nasi, kalau dia bisa menyakitiku, aku juga bisa membalasnya, yah kan?"

     "Benarkah kak An, tidak jadi pergi?"

      "Yah, tentu saja."

Alice langsung tertawa girang kemudian memeluk dan mencium Anesia dengan rasa senangnya."aku mencintaimu, sungguh."

      "Dan masalah kak David, aku akan membantumu membalaskan dendam dan aku menjamin dia tidak akan berani mencelakaimu, karna dia sangat menyayangiku, hanya dengan sedikit ancaman dia tidak akan berkutik."

      "Benarkah?"

      "Yah, tentu saja, kak An tenang saja."

Mereka bersenda gurai seharian sampai tidak menyadari waktu sudah menunjukan pukul tujuh tepat.

      "Astaga sudah jam tujuh, waktunya makan malam kita harus turun kalau tidak nenek akan marah."

      "Bagaimana dengan David?"

      "Yah ampun kak An, aku kan sudah bilang kepadamu, kalau aku ada bersamamu, dia tidak akan berani macam macam. ayo!" Alice menarik Anesia sampai di meja makan dan sudah ada Granma yang menunggu mereka.

     "Granma,kak David mana?"

     "Dia baru selesai mandi,sedikit lagi dia akan kemari. Emm Anesia kau tidak perlu takut kepada David,kalau dia berani kepadamu Granma akan menarik telinganya." Mereka semua langsung tertawa.

      "Telinga siapa yang ingin Granma tarik"

      "Tentu saja telingamu."

David langsung duduk dikursi untuk makan malam dan ia terkaget dengan adanya Anesia di rumahnya.

       "Kau? Kenapa kau masih disini? Apa kau tidak mengingat apa yang kulakukan padamu, apakah kau tidak takut kepadaku? Apa kau mau aku mengulanginya lagi?" Ucap David berdiri tepat dihadapan Anesia yang saat ini sedang ketakutan.

      "Apa yang kau lakukan kak, jangan membuatnya takut. Dia adalah sahabatku, kakak tidak bisa menyakitinya atau mengusirnya. Kalau kakak melakukan itu, berarti kakak tidak menyayangiku dan aku akan mengakhiri hidupku dihadapan kakak."

      "Apa yang kau katakan Alice, apa kau meragukan rasa sayang kakak padamu? kumohon jangan berkata seperti itu lagi, karna kakak tidak ingin mendengar kau berkata seperti itu lagi."

     "Benarkah kakak sangat menyayangiku?"

     "Tentu saja."

     "Terima kasih  brother grumpy." Alice langsung memeluk David.

     "Apa katamu? Brother grumpy?berani kau yah mengatakan itu padaku."

     "Hahahhah, ampun kak, sudahlah kak, aku sudah lelah." Mereka saling mengejar sampai merasa lelah.

     "Hmm, baiklah."

Anesia merasa aneh melihat David karna saat seperti itu dia tidak terlihat menakutkan sedikitpun dan kedekatan dua saudara itu, dia sangat iri, karna selama ini kakaknya tak pernah seperti itu kepadanya.

Mereka telah selesai makan malam, dan kembali kekamar masing masing. Tapi Anesia sedikit terlambat karna ia membereskan bekas makan malam mereka walaupun Alice sudah melarangnya tapi dia tetap bersihkeras dan saat ia ingin menuju kekamar Alice, David langsung menariknya.

     "Apa yang kau lakukan?"

"Menurutmu?" tanya David mengangkat sebelah alisnya.

      "Aku tidak takut kepadamu!apa yang akan kau lakukan." ucap Anesia memberanikan diri.

         "Aku hanya mau menyampaikan kepadamu, jangan bermain-main dengan keluargaku,  sampai kau melakukan sesuatu yang salah, kau akan mati ditanganku. Kau hanya sedikit beruntung karna adikku dan Granmaku  sangat menyukaimu dan karna itu aku membiarkanmu, tapi jangan pernah berani berpikir untuk menyakitinya."

      "Kau tidak perlu memberitahukan hal itu padaku, karna aku tak seperti dirimu yang tahunya hanya menyakiti seseorang, aku bersahabat dengan Alice, itu murni dari hatiku, karna adikmu sangat baik tak seperti dirimu." Anesia langsung bergegas meninggalkan David dengan perasaan marah dan juga sedikit takut.

      "Gadis itu, sangat berani kepadaku, sialan."

David langsung pergi kekamarnya.

     "Kak An, darimana? Aku dari tadi nungguin kakak?"

     "Kakak nggak dari mana mana, hanya dari dapur aja."

      "Kupikir kak David gangguin kak An lagi."

    "Nggak kok" 

"Nggak gangguin tapi kakak kamu ngancam aku, huuu dasar lelaki grumpy hahaha" batin Anesia sedikit tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status