Share

6. Hantu, siapa?

Bab 6

Bandar Udara Soekarno Hatta

Seorang gadis cantik dengan tinggi semampai, terlihat sangat modis dengan kacamata hitam beserta beberapa barang limited edision yang dikenakannya. Ia terlihat sedang kesusahan dengan dua koper yang ditariknya susah payah.

Tetapi, dia menikmatinya. Dibandingkan harus terus dikawal oleh lelaki-lelaki berbadan kekar yang membuat hidupnya susah dalam mencari seorang teman. Wanita itu adalah Alice yang artinya klasik, manis,kuat, percaya diri dan itu juga sifatnya. ia adalah gadis berusia 22 tahun dan sedang menempuh pendidikan di USA. Namun saat ini dia sedang ada cuti dan itu berlangsung lama yang membuatnya datang berkunjung untuk menemui grandma kesayangannya.

     "Halo. Kakak ada dimana? Bukankah kau bilang kau ingin menjemput adikmu yang cantik ini?"

      "...."

      "Apa! kakak nggak bisa ngejemput aku. Hmmm, baiklah aku pergi naik taksi aja. Setidaknya kalau nggak mau jemput, kakak harus telpon aku, biar aku langsung cari taksi dan nggak nungguin kakak kaya gini."

       "Hhmmm baiklah, bye brother grumpy."

Alice mencari taksi dan menemukannya.

       "Pak anterin saya ke xxxx."

        "Eh, nggak jadi. Sepertinya jalan-jalan dulu jauh lebih menyenangkan! Pak antar saya ke mall Pak."

         "Baiklah nona."

         "Oh ia, bapak temenin saya yah seharian ini, cargo nya hidupin aja terus. Nanti saya akan bayar seperti yang tertera di cargo nya."

         "Benarkah nona?baiklah."

****

Anesia masih merasa bingung, harus kemana dirinya saat ini, disaat dirinya tak punya uang, tempat tinggal atau apapun itu. Ia hanya berjalan dan duduk disebuah taman yang ramai dikunjungi orang. Ia ingin mencari pekerjaan walau hanya diberi sepiring makanan, karna dirinya sungguh merasa lapar dan haus saat ini.

Sedangkan disatu sisi, Alice sangat bersenang-senang di sebuah taman hiburan dan menikmati sebuah es krim yang manis. 

Anesia memandang lalu lalang orang yang sedang menikmati kehidupan mereka dan ia terpanah pada seorang gadis yang sangat elegan sedang menikmati sebuah es krim. Anesia terus memperhatikan gadis tersebut ralat eskrim tersebut. Berharap dia bisa merasakan sensasi, manis dan dingin dari eskrim yang dapat menghilangkan rasa hausnya. 

Saat Anesia terus memandang gadis tersebut, seseorang merampas tas miliknya hingga eskrim yang dimakannya terjatuh.

       "Heyy, tasku. Tolong, tolong, help me please, ada pencuri!" teriak Alice.

Anesia yang melihat itu langsung mengejar pencuri tersebut dan melemparkannya dengan sebuah batu hingga mengenai kepalanya dan pingsan.

Anesia langsung bergegas dan mengambil tas yang dicuri oleh orang tersebut.

       "Hhuuu dasar, makanya jangan macam macam sama gue."

      "Hebat juga aku yah, walau tinggal sisa sisa tenagaku, aku masih mampu menangkap seorang pencuri dan pasti nya aku juga bisa menangkap lelaki yang membuatku seperti ini."

Anesia langsung menuju gadis itu dan mengembalikan tas miliknya.

      "Heyy, ini tas kamu." 

        "Wooow kamu hebat. Makasih yah, kenalin nama aku Alice. Kalau kamu?"

       "Namaku Anesia."

        "Nice to meet you Anesia. Maukah kau menjadi temanku, karna aku sangat ingin punya teman yang kuat seperti dirimu."

   "Haaa. Apa? Kau mengajakku menjadi temanmu? Apa kau tak takut pada orang yang baru kau kenal?"

           "Tidak, karna aku yakin kau pasti baik, iakan?"

            "Hhmmm, mungkin."

          "Kau maukan menjadi temanku?"

          "Yahh tentu saja."

           "Bang, es krimnya 2 yah, untuk aku dan dia," ucap Alice pada penjual eskrim.

        "Emm, nggak perlu repot repot Alice."

       "Hmm nggak repot kok, aku hanya lagi nyari teman makan aja, bosen kalau makan sendiri."

      "Ohh, ia. Rumah kamu dimana? Siapa tau aja aku bisa jalan-jalan kesana nanti."

      "Hmmm,sebenarnya... aku nggak punya rumah. Aku udah diusir sama papa aku."

      "Diusir?kenapa?"

       "Mereka menuduhku menjadi penyebab dari kematian ibuku, padahal kenyataanya nggak seperti itu."

       "Emang sebenarnya seperti apa?"

       "Emm waktu itu...." mengalirlah kisah itu sampai selesai, dimana ia hampir mati dan sampai seperti ini.

       "OMG, beneran? Jahat banget yah, orang yang buat kamu kaya gitu. Tapi kamu beneran kuat sih, buktinya masih hidup aja sampe sekarang."

       "Emm, mungkin."

        "Berarti kamu sekarang nggak ada tempat tinggal dong, gimana kalau kamu nginap di tempat aku?"

        "Haa, beneran? Kamu nggak takut?"

          "Yah beneran lah masa boong, ngapain juga aku takut sama kamu"

            "Makasih yah." Ucapa Anesia berkaca kaca.

           "Ia, tapi ada syaratnya yah."

            "Syarat?"

            "Ia, syarat. Syaratnya kamu harus nemenin aku makan dan berkeliling oke."

       "Baiklah."

Setelah puas berkeliling Slice memutuskan untuk pulang, karna Grandma nya pasti telah lama menunggunya.

******

Kediaman Edward Family

      "Ayo masuk!"

        "Em, ia... tapi, beneran nggak papa nih, nggak akan ada yang marah kan?" tanya Anesia ragu.

          "Yah nggak ada lah, siapa juga yang mau marahin aku. Semua orang dirumah ini baik baik semua kok, kecuali si Grumpy itu sihh."

        "Grumpy? Siapa?"

        "Siapa lagi, kakak aku lah,dia tuh sayang sama aku tapi selalu marah-marah nggak jelas, jangan inilah jangan itulah. Pusing aku. Udah ah ayo masuk." Alice langsung menarik Anesia memasuki rumah megah tersebut.

       "Wow, rumahmu bagus banget."

       "Hmm, tapi ini belum seberapa sih dengan rumah ayah ibuku di Swiss."

       "Wow, Swiss, itu tempat yang indah."

       "Yah tentu saja, itulah mengapa ayah ibuku betah disana, hingga mengabaikan orang tuanya, yang selalu berceloteh meminta mereka pulang kerumah ini," canda Alice.

       "Granmaa, aku pulang," teiak Alice

        "Kalian nggak ada yang nyambut aku, gitu?"

      "Hello, mana sih orang rumah, kok nggak ada yang nyambut."

      "Siapa bilang nggak ada yang nyambut, ini Granma nyambut cucu Granma kok." Pelayan langsung membungkuk, setelah melihat kedatangan wanita berwibawa tersebut.

     "Ini juga pelayan banyak yang nyambut kan."

     "Granma." Alice berteriak 

      "I miss you." Alice langsung memeluk ibu dari ayahnya tersebut.

      "I miss you to sayangku."

      "Granma, aku sangat marah kekakak, dia nggak jemput aku tadi."

       "Hmm, mungkin dia lagi sibuk sayang, hmm ini siapa?" Wanita itu menunjuk Anesia yang sedari tadi hanya menyaksikan keharuan pertemuan nenek dan cucu tanpa berkata apapun, ia sangat terharu. ia jadi kembali mengingat ibunya, dan itu membuatnya berkaca kaca.

        "Astaga, i'm sorry Anesia, aku melupakanmu. Kenalin Granma ini Anesia, teman baru Alice."

       "Hmm, ia oma...." 

       "No, no, no  jangan memanggilnya oma, itu sangat tidak keren, panggil lah Gran-ma, oke. Itu jauh lebih keren."

      "Baiklah. Granma, kenalin aku Anesia."

      "Ia Granma dia ini teman aku, kami bertemu baru beberapa jam, tapi aku sudah sangat menyukainya, apakah aku boleh mengajaknya nginap dan tidur bersamaku?"

      "Nginap?" 

      "Emm, Anesia, kamu duduk dulu yah, aku mau bicara sama Granma dulu, nggak lama kok, sekitar lima menitan aja, kalau kamu mau sesuatu, panggil aja pelayan disini yah, tunggu sebentar oke, jangan kemana mana!"

Alice menarik Granmanya menjauh dari Anesia.

     "Apa maksudmu Alice, dia itu baru saja kau kenal beberapa jam yang lalu, kalau dia itu penjahat bagaimana?"

      "Yah nggak mungkin lah Granma, dia itu orang yang baik, tadi dia nolongin aku loh dari pencurian. Dan dia itu, nggak punya rumah, kasian banget kan?"

      "Nggak punya rumah? Maksud kamu?"

      "Ia, dia itu diusir sama ayah dan kakaknya sendiri karna...." mengalirlah cerita bagaimana Anesia bisa diusir dari rumahnya hingga berada dirumahnya saat ini.

         "Yah Tuhan, kasihan sekali gadis malang itu, baiklah Granma izinin dia tinggal beberapa hari. tapi, kalau sampai dia ngelakuin hal-hal aneh, Granma nggak segan-segan ngusir dia, oke."

        "Oke, Granma emang paling the best sedunia."

Alice langsung memeluk dan mencium  wanita itu dan meninggalkannya dan langsung menemui Anesia.

        "Emm, sebelumnya, aku boleh nggak manggil kakak ke loh?"

         "Emm, tentu saja."

         "Ahh kamu sangat baik. Kak An Granma ngizinin kakak kok nginep di rumah, jadi kakak nggak usah takut lagi yah, yok kita kekamar aku?"

       "Beneran?"

          "Yaiyah, masa boongan, yuk." Mereka langsung menuju kamar Alice. Anesia yang melihat dekorasi kamar tersebut tercengang, karna dekorasinya sangatlah indah, sangat berbeda dengan kamarnya yang biasa saja jika dibandingkan kamar Alice. 

Nuansa putih dan emas. perpaduan keduanya menjadi sangat mewah, ditambah beberapa pernak pernik mahal yang tak mungkin ada di kamarnya, walau ia termasuk orang berada tapi tak bisa setara dengan kekayaan keluarga Alice.

       "Kamarmu sangat mewah."

       "Hmm, emang. Ini semua tuh kerjaan kakak aku, dia yang buat semuanya seperti ini,dan sebenarnya aku sangat tidak menyukainya. Karna menurutku ini sangat berlebihan untuk sebuah kamar yang jarang ditempati. Tapi dia, orang yang keras kepala, makanya seperti ini, padahal aku tuh suka yang simple simple aja gitu."

       "Wow, kamu punya kakak?"

       "Ya, dia seorang lelaki, dia sangat pemarah, keras kepala, cerewet kepadaku, tapi hanya kepadaku kalau ke orang dia tuh menakutkan. Tapi aku sama sekali tidak takut padanya."

       "Trus sekarang kakak kamu dimana? Tadi aku nggak liat?

         "Yah, emang nggak liat, dianya nggak ada, katanya sibuk sampai nggak bisa jemput aku dibandara."

Mereka berbincang bincang mengenai banyak hal, ditemani beberapa cemilan, yang diantar oleh pelayan. Alice yang merasa lelah akhirnya tertidur. Sedangkan Anesia tidak bisa tertidur karna ia kembali mengenang ibunya yang telah tiada.

          "Aduhh, aku haus banget mana Alice udah tidur lagi."

Anesia langsung bergegas mencari dapur untuk mengambi air.

       "Ihh, kok lampu dapurnya remang remang gini sih."

Anesia langsung mencari dimana kulkas berada, dan mengambil air didalamnya. Tapi sebelum ia menemukannya.

Ia melihat bayangam lelaki tinggi, yang seolah olah sedang menatapnya dan itu membuaatnya sangat ketakutan. Ya dia sangat takut pada yang namanya hantu.

     "Ha-ha-ha, hantu aaaaa."

Anesia berlari menjauhi bayangan tersebut, tetapi saat ia berlari ia langsung menabrak seseorang.

      "Brukk" Anesia terjatuh

Saat ia melihat sosok lelaki tersebut, ia kembali merasa ketakutan

      "Aaaaaaa, setan pergi kamu aaaaa." Anesia memukul sosok yang dianggapnya hantu kemudian langsung melarikan diri.

        "Ohh, shitt, siapa gadis itu kenapa dia memukulku seperti itu. Dasar tidak waras."

Yang perlu kalian tahu, setiap pintu yang ada dirumah itu kedap suara, jadi walau Anesia berteriak suaranya hanya terdengar samar bahkan tak terdengar.

Anesia kembali ke kamar alice, dan melanjutkan tidurnya, tanpa merasa haus lagi, walau ia tidak meminum air sedikitpun.

*****

Pagi telah tiba Anesia bangun sangat pagi, dan menuju dapur, dilihatnya para pelayan sibuk mempersiapkan hidangan untuk para majikannya.

       "Ehm, pagi Mba," sapa Anesia kepada pelayan yang kiranya seumuran dengan ibunya.

       "Pagi nona, nona ngapain disini? Nona teman nyonya Alice kan?"

       "Ia, saya teman Alice."

      "Kami mohon nona, nggak usah didapur karna nanti nyonya Alice akan marah."

       "Ahh, nggak akan lah Mba, ntar kalau dia marah. Aku bakalan ngomong ke dia kok tenang aja, aku cuman mau bantuin aja, nggak enak aku numpang tapi nggak ngapa ngapain."

      "Baiklah nona."

      "Kalian mau masak apaan?"

       "Kita mau buat nasi goreng nona, untuk sarapan pagi semua orang."

       "Oh, nasi goreng, boleh nggak Mba aku yang masak, dijamin bakalan enak kok, soalnya ini masakan kesukaan mama aku."

        "Nona yakin?"

         "Yah, tentu saja"

          "Baiklah, kalau begitu saya mau mengerjakan pekerjaan lain lagi yah."

Anesia memasak dengan gembira, tanpa ia ketahui, harum masakannya membuat granma dan Alice langsung menuju dapur karna aromanya. Karna wanginya tidak biasa seperti biasa. 

Granma dan Alice langsung turun mencari bau yang menggugah selera itu, dan mendapati Anesia sedang memasak nasi goreng.

       "Emmm, ternyata baunya dari sini, Granma."

Anesia yang mendengar suara Alice langsung menengok dan melihat keduanya sedang memandangnya.

       "Astaga, kamu ngapain masak Nak, kan ada pembantu."

        "Nggak papa Gramna, aku nggak enak aja kalau harus numpang tanpa kerja apa apa."

        "Hmm, baiklah. Kamu sedang masak apa, baunya sangat wangi."

       "Emmm, ini nasi goreng resep kesukaan mama saya. Granma dan Alice tunggu aja dimeja, ntar aku hidangin.

Anesia menghidangkan nasi goreng buatannya.

Granma dan Alice langsung memasukkan nasi goreng ke mulut masing masing.

       "Hhmmmm, ini sangat enak kak an, aku suka banget."ucap Alice

        "Ia sayang ini enak sekali, kau sangat pintar memasak." Puji wanita tua itu.

Anesia betgegas kedapur dan membersihkan peralatan masak yang telah digunakannnya.

Sedangkan didalam sebuah kamar terdapat kakak Alice yang terbangun karna tak kuat menahan godaan dari dapur yang di ciumnya.

      "Ahhh, wangi apa ini, sangat menjengkelkan. Kenapa harus ada bau wangi seperti ini disaat aku masih ingin tidur."

       "Granma, bau apa ini baunya sangat enak, sampai aku yang tidurpun ikut terbangun."

       "Sinilah sayangku, rasakan ini sangat enak kan wanita itu langsung menyuapkan cucunya tersebut.

      "Hmmm, sangat enak, siapa yang memasak ini?sangat enak sekali rasanya."

       "Benarkan, sangat enak. Itu masakan dari Anesia sahabatku."

       "Sahabatmu? Jangan bilang itu wanita semalam yang terus memanggilku hantu.

     "Hantu?hahhaahha. Siapa yang memanggilmu hantu?" Alice dan wanita tua itu tertawa terbahak bahak.

       "Kak An, kemarilah!"

      "Tunggu sebentar."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status