Share

Part 142 Puncak Rasa 1

"Ris, kita nggak usah ke sana saja. Nanti mas kirim pesan permintaan maaf pada Pak Kyai," ujar Aksara saat mereka rebahan setelah salat zhuhur.

Kenzi sudah terlelap setelah digantikan bajunya dan selesai minum susu. Kamar kos Aksara kali ini lebih luas daripada sebelumnya. Aksara bayar sendiri untuk sewanya, sedangkan kosan yang lama adalah fasilitas dari perusahaan.

"Kita ke sana sebentar saja, Mas. Untuk menghargai niat baik Pak Kyai yang sudah mengundang kita. Aku ngerasa nggak enak karena beliau juga ngomong ke aku tadi."

Aksara memiringkan tubuh menghadap ke istrinya. "Mas nggak ingin setelah dari sana kita berselisih paham lagi. Sudahlah, biar saja mereka beranggapan apapun pada kita."

"Kadang aku juga bingung dengan situasi yang seperti ini. Mbak Hafsah juga masih ada di sini. Setelah pindah, apa Mas pernah bertemu dengannya?"

"Enggak, semenjak pindah kosan. Mas juga pindah laundry, nggak pernah keluar kecuali ke kantor dan beli makan."

Hening. Keduanya menyusuri arus perasaan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Heni Hendrayani
langsung d sambut kaya nya udah nunggu lama ya jeng hafsah nunggu dtng nya suami orang kasian sekali kamu
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
pergi juga ya
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
selalu dan selalu Hafsah yg bikin Aksa n Marisa berselisih paham.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status