Tanpa berpikir lagi, Dodi Rosadi segera meraih tubuh Aina yang masih di dalam bak, mengeluarkannya dan menarik tangannya ke luar dari kamar mandi. Situasi di luar kamar mandi sangat mengerikan, asap begitu hitam dan pekat, bau bahan kimia yang terbakar membuat kepala Aina berdenyut sakit, dadanya bahkan sangat sesak, hingga rasanya dia telah berhenti bernapas. Dia tidak kuat lagi, sehingga tubuhnya roboh dan tidak sadarkan diri. Dodi Rosadi bertambah cemas, tanpa menghiraukan apapun, dia segera membopong tubuh Aina menerjang haral rintang dan menerobos api. Kedua lengannya melepuh terlalap api, celana bahannya sebagian bahkan sudah terbakar. Sampai di luar gudang, sudah banyak orang yang berkumpul, sebagian dari mereka mengambil air pakai ember untuk memadamkan api dan sebagian yang lain mengambil ranting basah dan memukulkan api. Beberapa orang menyemprotkan api dengan selang dari pompa air. Ketika melihat Dodi Rosadi yang keluar gudang dengan keadaan yang mengenaskan, semua orang
Setelah jam besuk habis, Hasan berjalan gontai keluar dari ruang ICU, memang ruang ICU ketat untuk menerima kunjungan demi menjaga pasien kritis seperti Aina. Sebenarnya Hasan tidak rela meninggalkan Aina sendiri, dia ingin tetap berada di sana, ketika Aina membuk mata, dialah orang yang akan dilihatnya pertama kali.Di luar ruangan, dia sudah disambut oleh keluarga Aina dan juga Syarif beserta istrinya."Bagaimana keadaan Aina, Bang?" tanya Syarif, sampai sekarang Syarif belum mengetahui jika Aina berwajah cantik."Dia masih belum sadar," ujar Hasan dengan wajah sedih.Sebenarnya Syarif menelpon Hasan hanya mengabarkan jika gudangnya terbakar, ketika Hasan menanyakan ada korbannya atau tidak, dia secara spontan menjawab jika Aina dan Dodi yang menjadi korban, tidak disangka jika Abang tirinya itu berteriak saking terkejut dan paniknya. Syarif sudah mencurigai dari dulu jika Hasan menyukai Aina, namun bukankah di pesta pernikahannya dia membawa gadis cantik yang diakui sebagai pacarny
Kedua orang itu saling berpandangan, mereka takut untuk mengungkapkan kebenaran karena mereka memang tidak memperhatikan Aina yang tengah bekerja sendiri, mereka bahkan santai-santai dan bermain gaple sehingga peristiwa kebakaran berasal dari mana mereka juga tidak mengetahui."Kenapa malah bengong? Cepat ceritakan!" bentak Hasan tidak sabaran."Eh ... Anu, anu begini pak ... saya juga tidak tahu kenapa terjadi kebakaran. Hari itu sesudah makan malam, mbak Aina bilang akan mengecek sekali lagi jumlah pupuk yang masuk agar datanya benar. Jadi dia masuk ke gudang sedangkan kami berdua berjaga di depan pintu gerbang. Tidak berapa lama, saya mendengar teriakan minta tolong, setelah mendengarnya kami pergi menemuinya tetapi ternyata api itu sudah menyebar dengan cepat karena kemsan pupuk terbuat dari karung yang mudah terbakar dan pupuk itu juga bahan kimia yang juga mudah terbakar," jawab salah seorang dari mereka dengan gugup dan takut-takut."Pak, polisi datang meminta," ujar pak Suyono
"Nak Hasan, tidak perlu mencari ayah kandungnya, cukup dengan wali hakim saja," ujar Nur dengan nada sedih."Kenapa, Bik? Itu adalah tanggung jawab ayah kandung terhadap putrinya untuk terakhir kali," kata Hasan dengan nada heran."Tidak usah, sebaiknya wali hakim saja." Nur bersikukuh."Bagaimana kalau Fendi yang jadi wali? Bukankah dia saudara seayah dengan Aina?""Masalahnya, Aina tidak bernasab pada ayahnya."Nur berkata dengan nada sedih, bulir bening mengalir pada pipinya membuat Hasan tercekat, dia tidak mampu lagi mengucapkan kata-kata selanjutnya, pikirannya mencerna kata-kata Nur, maksudnya apa? Apakah Aina ..."Iya, Aina anak di luar nikah, sebelum menikah saya sudah hamil anak itu, Nak Hasan ... Itulah kenyataannya, Aina sesungguhnya tidak pantas menjadi pendampingmu, selain dia anak pembantu, dia juga anak diluar nikah. Tidak ada latar belakang yang baik darinya, tidak sepadan dengan Nak Hasan yang memiliki latar belakang terhormat, sebenarnya, tolong pikirkan lagi, jika
Ketika Hasan sudah sampai rumah sakit, hari sudah tengah malam. Aina sudah dipindah ke ruang perawatan VIP. Dokter sudah menyatakan jika kondisi Aina sekarang sudah stabil, hanya tinggal pemilihan dengan minum obat.Hasan ketika datang langsung menuju ruang ICU, ketika seorang perawat memberitahunya Aina sudah dipindah ke ruang rawat, dia berlari menuju ruang rawat, di sana sudah berkumpul beberapa orang, ada Fendi, Dito, Nur, Faisal dan Dodi."Aina ...," panggil Hasan ketika membuka pintu, matanya tersirat kerinduan yang dalam."Aina, itu Nak Hasan sudah datang, selama kau tidak sadar, dia selalu menunggumu, dia baru pulang mengurus cuti kerja," ujar Nur berbisik di telinga Aina, membuat wajah gadis itu memerah.Nur mengajak semua orang untuk keluar dan beristirahat, karena hari juga sudah tengah malam. Hasan mendekati Aina dan membelai wajah gadis itu dengan hati-hati."Sayang, alhamdulillah kau sudah sadar, Abang sangat takut, kenapa kau berbuat seperti itu? Kau ingin membunuh Aban
Nur, Dito dan Hasan sudah kembali ke rumah besar, Hasan masih dalam masa cuti, dia kembali ke kota hanya untuk mengurus surat NA untuk pernikahannya, untung saja dia sudah mengurus KTP Aina, sehingga dia lancar saja mengurusnya.Pernikahan akan dilaksanakan di rumah Syarif, dia tidak mau mengambil resiko jika pernikahannya terganggu oleh hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan Nur kembali ke rumah besar karena tidak enak meninggalkan pekerjaannya terlalu lama."Aku akan menikah, acaranya Minggu ini," ujar Hasan ketika mereka tengah makan malam bersama."Kau sadar apa yang kau ucapkan? Kau pikir menikah itu cuma mainan?" tanggap Burhan sambil menghentikan makan malamnya."Apakah kau mau menikah dengan gadis yang kau bawa dipernikahan Syarif?" tanya Halimah dengan lemah lembut."Iya, Bu. Aku harap ibu datang dipernikahanku.""Kau mau menikah dengan gadis yang tidak jelas itu? Aku tidak setuju!" Burhan meradang melihat putranya yang selalu membangkang ini."Aku ke sini hanya untuk membe
Akhirnya hari H pernikahan mereka datang juga, Hasan bernapas lega, dia bangun dini hari untuk menjalankan salat tahajud, tujuannya untuk menenangkan diri dan bersyukur karena Allah sudah memberi jodoh terbaik untuknya. Senyumnya mengembang sempurna, menambah ketampanannya berlipat-lipat, setelah siksaan selama tiga hari, akhirnya dia hari ini akan melihat wanita pujaannya itu bersanding dengannya di depan penghulu.Kakak iparnya itu, Fendi, sungguh sangat kelewatan, walau mereka berada di lokasi yang sama, pemuda itu terus menjaga agar mereka tidak bisa bertemu seperti herder, membuat Hasan keki, ingin memaki-maki, tetapi lelaki bekas saingan cintanya itu punya kedudukan tinggi sekarang. Berbeda dengan Aina, subuh ini ketika bangun tidur dia langsung ke kamar mandi, sangat terkejut hingga memekik, membuat Hayana tergopoh-gopoh mendatanginya."Ai, ada apa, Ai?" seru Hayana sambil mengetuk pintu kamar mandi pelan.Syarif yang mendengar jeritan itu juga ikut melongok ke arah dapur di m
Syarif tidak langsung pulang setelah salat subuh, jika dia pulang awal maka Hayana akan menanyakan titipannya, tentu saja dia tidak mau istrinya kecewa. Sementara Hasan harus berputar-putar dulu di pusat kota hingga menemukan minimarket dua puluh empat jam, setelah masuk mini market, dia langsung mencari-cari rak pembalut berada, dia segera mencari merk yang dipesan Aina, membaca dengan teliti sesuai pesanannya, panjang 30 cm dan bersayap. Akhirnya setelah membaca dengan seksama dia menemukannya, daripada pusing bolak-balik, dia membeli sepuluh bungkus yang ukurannya paling besar. Setelah sampai rumah, dia segera masuk rumah Syarif yang sudah di dekorasi untuk tempat prosesi, dia dengan mudah menemukan kamar Aina yang tengah perawatan sebelum dirias pengantin. Hasan langsung mengetuk pintu, Hayana yang membukakan pintunya. "Bang Hasan? Kenapa ke sini? Pakaian dan perias pria sudah standby di rumah Fendi, acara akadnya jam sepuluh, tapi tamu undangan jam delapan sudah datang, Abang h