Share

Bab 82

Saat itu aku merasa benar-benar ditolak dunia. Dibenci masyarakat, tak dianggap oleh suami, juga tak punya pekerjaan. Lengkap sudah penderitaanku ini. Aku tidak tahu berapa lama aku menangis di kamar, sampai aku terbangun ketiak matahari sudah naik.

Aku memutuskan untuk turun, setelah sebelumnya memastikan tak ada suara di bawah sana. Rupanya pria itu sudah pergi. Ia bahkan meninggalkan rumah tanpa pamit.

Aku duduk di sofa bekas tidur Mas Syahru yang bahkan masih berantakan.

Haruskah aku yang membereskannya? Untuk apa, aku bahkan tidak dibayar sebagai pembantu.

Namun, tetap saja rasanya mataku sakit melihat pemandangan yang berantakan ini. Apa lagi bau selimut ini, seperti tak pernah tersentuh air. Warnanya saja sudah sangat dekil. Bagaimana dia bisa sejorok itu.

Akhirnya dengan sedikit perjuangan aku membawa benda bau dan dekil itu ke mesin cuci. Untunglah meski rumah ini sangat mini, tetapi peralatan elektroniknya cukup lengkap.

~

Entah ke mana dia pergi pagi ini. Bahkan, semalam ia
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status