"Apa! Bunga krisan? Bunga apaan itu? Kenapa selera kamu berbeda dengan wanita lain? Semua wanita sukanya sama bunga mawar, kenapa kamu malah suka sama bunga krisan?" Reval geleng-geleng kepala lalu duduk di samping Marsya. "Ya, sudah kalau kamu tidak suka buang saja bunganya. Kenapa penjual bunga itu berbohong?"
"Apaan sih, Sayang. Jangan dibuang ini bagus, kok. Terus kenapa kamu mau memarahi penjual bunga? Aneh kamu ini." Marsya mencium bunga mawar tersebut."Kata kamu tidak suka sama bunga mawar. Kenapa tidak dibuang saja? Terus Kata penjual bunga kebanyakan wanita suka sama bunga mawar." Reval cemberut sambil memperhatikan sang istri."Iya, tapi bukan berarti harus dibuang bunganya. Kamu ini, ya."Reval lalu tersenyum. "Oh, iya, ini aku bawa sesuatu lagi buat kamu. Jangan bilang kamu tidak suka lagi." Reval merogoh kotak berbentuk hati di dalam papper bag. "Ini buat kamu." Reval menyerahkan kotak tersebut kepada Marsya.Marsya menyReval mengumpat dalam hati bisa-bisanya Farhan memberikan klarifikasi tentang dia. "Pantas saja kamu tidak melapor tentang gosip ini. Dasar kamu Farhan." Reval kembali mengumpat dalam hati sambil menatap layar ponsel. "Sayang kamu kenapa? Kok, malah diam begitu?" Marsya mengambil ponsel dari tangan Reval. "Kamu tidak senang membaca gosip tentang kita?""Kenapa aku tidak senang? Aku senang, Sayang. Akhirnya, mereka tahu kebenarannya." Reval tersenyum kepada Marsya. "Tapi kenapa kamu diam begitu? Seperti ada yang mengganjal di hatimu?""Sudah itu perasaanmu saja." Reval mencium pipi Marsya. "Ya, sudah aku mau mandi. Sayang sudah lama kamu tidak memandikanku. Ayo, bantu aku mandi." Reval menarik tangan Marsya sambil menatap mesum. "Kamu tuh, ya." Marsya bangun dari duduknya.Reval kemudian tersenyum lalu merangkul Marsya sambil berjalan. ***"Sialan! Padahal aku sudah senang dengan gosip ini. Kenapa malah jadi begini?" Angel melempar ponselnya. "Kamu beruntung sekali Marsya. Reval ora
Reval membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Mbok Lasmi. "Kenapa istriku minum pil ini? Sampai sebegitunya istriku tidak menginginkan anak dariku!" Kemarahan Reval sudah di ubun-ubun, tidak percaya sang istri nekad minum pil KB tanpa sepengtahuan dia. "Mungkin non Marsya takut. Takut, Tuan tidak menginginkan anak dari non Marsya," kata Mbok Lasmi lalu menundukkan wajahnya. "Apa? Mbok bilang apa barusan? Tahu apa, Mbok tentang diriku! Pantas saja di saat aku membahas masalah anak, istriku seperti itu." Reval tersenyum sungging. "Dia istriku, Mbok mana mungkin aku tidak mengingingkan anak dari Marsya!" Dada Reval kembang kempis masih tidak percaya dengan kelakuan sang istri. "Iya, Tuan mungkin non ....""Sudahlah aku mau menunggu istriku," ucap Reval, "pantas saja istriku tidak hamil-hamil, tahunya minum obat ini. Berengsek!" Reval meninggalkan kamar Mbok Lasmi sambil mengumpat.Mbok Lasmi menatap punggung Reval yang sedang berjalan meninggalkannya sambil mengelus dada. "Mudahan-
Reval mendorong sang istri lalu berjalan ke arah mobilnya. Sama sekali Reval tidak menoleh kepada sang istri. Reval masih benar-benar marah kepada Marsya. Marsya menghela napas sambil memperhatikan sang suami masuk ke mobil. "Iya, aku memang salah. Tapi kamu seharusnya mengerti." Marsya bermonolog sendiri sambil memperhatikan mobil Reval yang sedang melaju.***"Aku benar-benar kesal dengan istriku. Masa dia tidak mau punya anak dariku, berengsek!" Reval mengumpat sambil memukul sandaran jok depan. "Apa, Tuan! Nona Marsya tidak mau punya anak dari, Tuan? Itu tidak mungkin. Nona Marsya, 'kan sangat mencintai, Tuan." Farhan menoleh sesaat ke arah kaca spion lalu Kembali fokus menyetir. "Memang seperti itu kenyatannya. Istriku benar-benar lain dari yang lain." Reval menyunggingkan senyumnya sambil menggelengkan kepalanya. "Kenapa, Tuan bisa mengatakan hal itu? memangnya istri, Tuan bilang kalau nona Marsya tidak mau punya anak d
Ternyata Marsya sedang mimpi bercinta dengan sang suami. Mimpi dia menjadi kenyataan, sang suami sedang melumat bibirnya dan juga tubuh Marsya sedang digerayangi. Sontak saja Marsya langsung terbangun. "Kenapa kamu ada di kamarku?" Marsya membelalakkan matanya sambil melihat sang suami sedang meringis kesakitan di lantai. "Sialan kamu, Marsya! Kamu mau membuat juniorku impoten? Bisa-bisanya kamu tendang juniorku seperti itu." Reval meringkuk di lantai sambil memegangi juniornya yang kesakitan. "Sakit sekali juniorku." Reval menahan sakit sambil meringis. "Maafkan aku, aku tidak sengaja. Lagian suruh siapa tiba-tiba kamu begitu sama aku." Marsya merasa bersalah dan ketakutan. "Kamu juga membalas ciumanku! Berarti kamu mau, 'Kan?" kesal Reval. "Siapa yang mau? Enak saja," ketus Marsya. "Jangan pura-pura kamu! Kamu juga menikmatinya, 'Kan?" marah Reval lalu melepaskan tangannya. Berangsur-angsur rasa sakitnya hilang.
Marsya tercengang mendengar ucapan sang suami. Dia malah memperhatikan Wajah Reval dari pinggir. Sementara sang suami sedang menatap lurus ke depan sambil tangannya merangkul pundak sang istri. "Sudah tidak usah melihatku seperti itu. Kamu masih belum percaya kalau aku yang punya hotel in? Asal kamu tahu, kalau bisa aku beli pulau ini." Reval berbicara sambil menatap lautan lalu mencium pipi sang istri. "Iya, deh yang punya duit banyak. Tapi kamu jangan sombong mentang-mentang duitnya banyak." Marsya geleng-geleng kepala lalu tersenyum. "Aku sudah sombong dari dulu, Sayang. Kamu ingat kekayaanku tidak akan habis tujuh turunan." Reval berkata dengan angkuh. "Ayo, Sayang kita mandi. Sepertinya aku pengen mandi, kita mandi bareng." Reval tiba-tiba mengangkat tubuh sang istri dan membawanya ke kamar mandi."Aahh, Sayang kamu apaan, sih?" Marsya berada di pangkuan sang suami. Reval menatap wajah sang istri sambil tersenyum mesum. "Ingat ki
Reval tiba-tiba muncul di balik pintu karena mendengar Marsya sedang berbicara. Dia mendengar obrolan sang istri dengan Galih."Maaf, saya cuma ...." Galih tertawa dipaksakan. "Tapi Anda sudah tidak pernah marah-marah lagi, 'kan sama teman saya? Ingat jangan buat istri Anda sedih lagi. Sampai harus ke curug sendirian." Galih berucap sambil sedikit meledek. Marsya tersenyum ke arah Galih. "Suamiku sudah tidak begitu. Iya, 'kan, Sayang?" Marsya merangkul pinggang Reval."Dengarkan baik-baik omongan istriku. Jangan sembarangan kamu berbicara. Kamu mau aku ....""Sayang aku sudah lapar." Marsya memotong ucapan Reval lalu mengambil satu piring beef lasagna."Tidak usah diambil biarkan dia membawanya ke dalam. Suruh simpan di atas meja." Tangan Reval memegang tangan Marsya. "Iya, Iya," jawab Marsya. Galih tersenyum lalu masuk ke ruangan. Dia kemudian menyimpan satu piring beef lasagna dan dua cangkir kopi ke atas meja. Gali
Marsya berteriak kepada sang suami. Secara refleks Marsya mengangkat kedua tangannya. Dia menutupi wajahnya agar jet ski tersebut tidak mengenai wajahnya. Namun, secara bersamaan ketika sang suami mendengar teriakan sang istri. Dia menoleh ke arah Kanan dan membelalakkan kedua matanya. Reval secara refleks melajukan jet skinya dengan kencang. Niat hati agar sang istri tidak terkena jet yang akan menghantam Marsya."Aaaahhhh ...." Tubuh Marsya terserempet jet ski tersebut dan tubuhnya terjatuh ke laut.Sementara jet ski yang menyerempet tubuh Marsya pun terguling. "Marsya!" jerit Reval lalu langsung meloncat ke air laut untuk menyelamatkan sang istri, "kenapa kamu melepaskan tanganmu?" Reval berenang ke arah Marsya sambil berbicara dalam hati. Orang-orang yang bermain jet ski langsung menolong. Speed boat langsung sigap menghampiri kejadian tersebut. Begitu pun yang sedang berada di daratan langsung sigap menghubungi ambulan.R
Reval merasa heran karena Galih ikut bersama Farhan. "Ngapain nih, orang ke sini?" Reval menatap tajam Galih sambil bicara dalam hati. Begitu pun dengan Marsya, dia merasa kaget karena ada Galih menjenguknya. "Galih!" "Tuan," ucap Farhan setelah berada di hadapan reval lalu memperhatikan Marsya, "Nona Marsya semoga, Nona lekas sembuh." Farhan menundukkan kepalanya kepada Marsya. "Iya, terima kasih, asisten Farhan."Galih yang sedari tadi diam saja merasa terkesima melihat ruangan VVIP dan juga Marsya. Seorang Marsya yang dia kenal bukan siapa-siapa. Kini sang teman sangat dihormati. "Ngapain kamu bengong?" tanya Reval kepada Galih. "Maaf, maaf, Tuan." Galih langsung menyimpan parsel di atas meja. "Marsya kamu baik-baik saja, 'kan?" Galih menghampiri Marsya. "Memangnya kamu tidak lihat keadaan istriku bagaimana? Masih nanya lagi!" kesal Reval. "Sayang, dia, 'kan menanyakan keadaanku," kata Marsya lalu meno