Share

18. Bayi yang Tak Diinginkan

"Ayo, Nduk. Bisa! Pasti bisa!" Bu Darmi memberi semangat. Beliau sedang membantu persalinan Lastri. Pagi tadi air ketuban Lastri pecah. Setelah dicek dalam. Rupanya sudah pembukaan penuh.

Memegangi ujung kasur. Kedua tangan Lastri mencengkeram hebat. Bayang wajah Bram menari di pelupuk matanya. Ah, ia rindu sekaligus benci. Bagaimana mungkin satu hati menyimpan dua rasa bersamaan.

"Ayo, Nduk. Sedikit lagi!" Bu Darmi kembali mendikte.

Keringat sebesar biji jagung mengucur deras di kening Lastri. Rasanya ia sudah tak kuat lagi. Semilir angin yang masuk menerobos jendela kamar. Tak sedikit pun mampu menghalau rasa panas dari tibuhnya.

"Aaaaaaaaarrrgghhh!" Lastri mengejan hebat. Didorongnya sekuat tenaga bayi dari dalam perut. Ia ngos-ngosan. Tak lama setelah jeritan panjang itu, terdengar suara tangis bayi dari dalam kamar.

"Alhamdulillah! Alhamdulillah! Sudah lahiran, Bu," ujar Rudi dari balik dinding kamar penuh semangat. Statusnya memang belum resmi menjadi suami Lastri. Namun, d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status