Share

22. Permintaan Bram

Pagi itu, usai semalaman Bram membujuk. Aku akhirnya kalah, anakku itu ternyata sudah jatuh hati pada gadis yang bernama Inamah.

"Dia cantik lagi shalihah. Lulusan pondok pesantren. Dia juga mau menerima Bram apa adanya."

"Dia bisa menjadi menantu yang baik untuk Ibu."

"Dia sebatang kara. Tak punya siapa-siapa."

Bram terus saja meyakinkan. Kutatap kedua manik hitam putraku dalam-dalam. Ada binar penuh harap di sana. Ia sudah menemaniku bangkit dari keterpurukan. Dan ia juga ingin bahagia.

Kuembus napas pelan. Aku tak boleh egois bukan? Dengan berat hati kuizinkan ia menikahi gadis yang bernama Inamah itu. Walau sejujurnya luka hati yang tersimpan masih cukup dalam.

Ya, Inamah.

Setiap menyebut namanya. Terbesit sesuatu berlabel pengkhianatan di benakku. Gadis yang keluarganya telah menghancurkan pondasi rumah tanggaku. Merebut kasih dari seorang pria yang kusebut suami.

Ah, andai ia bukan dari keluarga perusak itu. Mungkin ... aku tak akan me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status